"Eh, menurut kalian, Indira suka nggak sih sama gue?" ucap Manda dengan wajah penuh harap.
"Menurut lu aja deh, perlu gue ingetin lu ditolak berapa kali?" kata Giselle tanpa ampun.
Sementara itu, Raisha hanya terdiam, terlihat tidak seperti biasanya.
"Tapi gue yakin dia suka gue, Sel."
"Iya udah, iya, biar lu seneng" Giselle melirik Raisha, mencoba membaca ekspresi temannya.
"Lo kenapa, Sha? Lagi ada masalah? Cerita lah breeee," goda Manda.
"Nggak ada" ucap Raisha datar, tetapi pandangan matanya terlihat gelisah.
"Huh, ternyata kamu disini, Sha. Aku cariin dari tadi," ucap Kak Chika tiba-tiba. Kak Chika sudah berusaha menghubungi Raisha, namun semua kontak dan sosial media-nya sudah diblokir.
Raisha memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan sesuatu, lalu pergi meninggalkan kantin tanpa bilang apapun. Sementara Giselle dan Manda bertukar pandangan penuh tanda tanya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Raisha.
"Maaf, Kak Chika, lagi ada masalah apa sama Raisha?" tanya Manda, mencium adanya ketidaknyamanan.
"Nggak ada kok, cuma mau nitip ini," jawab Kak Chika sambil tersenyum, berusaha menyembunyikan sesuatu. Ia tidak ingin banyak orang mengetahui permasalahan ini karena pasti akan sulit menjelaskannya.
"Tolong kasih ke wali kelas kalian ya, terima kasih," kata Kak Chika sambil memberikan amplop yang berisi surat, kemudian pergi menuju kelasnya.
"Isinya apa ya kira-kira? Gue penasaran, boleh dibuka nggak sih?" Manda bertanya pada Giselle.
"Ya nggak lah, bego. Itu nggak sopan" jawab Giselle tegas.
"Tapi ini sangat amat membingungkan anjay, kek... Raisha terus Kak Chika sama surat ini, nggak nyambung bree" ujar Giselle, terlihat heran dan penasaran.
"Daripada bingung, mending masuk kelas deh kayaknya. Gue belum buat PR," ucap Manda sambil menghela nafas.
"Hah, ada PR kah? PR apa?" tanya Giselle, ekspresinya langsung berubah cemas.
Mereka berdua saling lirik, kemudian tanpa ragu berlari ke kelas. "Mudah-mudahan si Gaby udah buat nih PR. Ntar wali kelas yang ngajar, takut amay gue dimarahin," ujar Manda dengan nada cemas sambil berusaha mempercepat langkah."
-----
Sampai di kelas, tidak terlihat batang hidung Gaby. "Kayaknya nggak sekolah dia," ucap Manda sambil memasuki kelas.
"Kayaknya iya. Bentar lagi bel, nggak mungkin kalau si Gaby bolos," timpal Giselle.
"In gue pinjem PR dong, please... Pulang sekolah gue traktir apapun yang lu mau, janji. " Mohon, Amanda sambil berharap-harap cemas.
Indira melirik malas, "Bener ya, apapun. Nih, buat cepet," ucapnya.
Amanda dan Giselle buru-buru menyalin PR Indira, mengejar waktu yang semakin mepet.
Bel berbunyi, sebentar lagi pelajaran dimulai, namun Gaby belum juga datang. 10 menit setelah bel masuk, Bu Ayu memasuki kelas, wali kelas mereka. "Mohon maaf, Bu. Saya diminta memberikan ini kepada Ibu, tadi ada kakak kelas yang nitip," ucap Giselle sopan sambil menyerahkan amplop.
Bu Ayu mengambil amplop tersebut dan membukanya, namun ekspresinya mencurigakan saat membaca surat itu. Rasa penasaran dan ketidakpastian mulai merayap antara Amanda dan Giselle.
-----
Di kantin, Callie dan dua sahabatnya duduk bersama, saling berbincang. Kemudian, datanglah Amanda, Giselle, dan Raisha untuk bergabung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Going You at a Speed of 8706 : Gabriel&Callie
Teen FictionDi sekolah menengah SMA48, dua dunia bertabrakan ketika Gabriel, pemain bulutangkis terkenal dengan sikap dingin dan keangkuhannya, dipertemukan dengan Callista, seorang kutu buku ceria dan aktif sebagai anggota PMR. Keduanya sama-sama memiliki kepr...