Bagian31

537 57 2
                                    

Freya merasa tegang saat Raisha tiba-tiba meledak dengan kemarahan yang tidak jelas. Dengan sabar, dia mencoba menenangkan sahabatnya yang tampaknya terganggu oleh sesuatu.

"Kenapa lagi Sha? Eem? Kamu lagi PMS ya? Marah-marah mulu." tegurnya, mencoba mencari tahu akar masalah.

Raisha tampak gelisah, tangannya mencari-cari sesuatu di sekitar. "Kaos kaki gue hilang Fre! Pertandingannya sebentar lagi!" serunya panik.

Freya meneguk kerah dindingnya, mencoba memahami situasi. "Sha, ini baru jam 10. Kamu tanding jam 2 siang." ujarnya tenang.

"Ya, tetap saja, gue harus siap-siap Fre!" jawab Raisha, kegelisahannya masih terlihat jelas.

Freya menatap Raisha dengan ekspresi kesal, tapi dia berusaha untuk tetap tenang agar tidak memperkeruh suasana. "Iyaudah, ayo kemar!" ajaknya, berharap bisa membantu menyelesaikan masalah.

Namun, mata Raisha melotot kesal. "Gila ya lo! Malah ngajak ke kamar! Mesu-"

Tiba-tiba, sebuah pukulan kecil mendarat di bibir Raisha, membuatnya terdiam. Freya dengan cepat memberikan teguran.

"Aku udah jaga emosi ku Sha, kamu nggak jelas marah-marah mulu. Aku ngajak kemar buat nyari kaos kaki kamu ya! Kamu yang mesum, malah mikirin aneh-aneh! Gila!" ucap Freya sambil meninggalkan Ruang Tamu dengan cepat, niat baiknya tampaknya disia-siakan oleh kemarahan Raisha.

Raisha mengacak-acak rambutnya dengan sembrono, sebuah ritual yang selalu dia lakukan sebelum pertandingan. "CICIIIII!" serunya, suaranya menusuk udara, memanggil Callie. Teriakan yang memekakkan telinga itu berhasil membangunkan Callie dari tidurnya.

Membuka matanya, Callie menemukan Gaby memeluknya erat. Dia segera melepaskan pelukan itu dengan perlahan dan bangkit dari tempat tidur untuk mengecek sumber kegaduhan. "Hei, kenapa ribut begini pagi, Sha? Gaby masih tidur, jangan teriak-teriak..."

Setelah mendengar suaranya. Raisha bangkit dari duduknya. "Ci, Freya marah, Ci." katanya, suaranya penuh kekhawatiran.

"Apa? Elo teriak-teriak karena Freya marah? Astaga..." Callie menjawab, sedikit heran. "Eh, b-bukan, bukan itu. Maksud gue, kaos kaki gue hilang satu. Tolong cariin.." Raisha memohon pada Callie sambil berlutut. Callie hanya bisa menggeleng melihat tingkah adiknya yang dramatis ini. Raisha selalu begitu jika akan bertanding—panik dan bingung, bahkan untuk hal sekecil hilangnya kaos kaki.

Sementara Callie mencari kaos kaki yang dicari Raisha, Raisha mondar-mandir di depan TV. "Kenapa nggak duduk aja, Sha? Gue capek liat lo mondar-mandir. Ini kaos kaki lo!" Callie melemparkan kaos kaki itu, dan Raisha menangkapnya dengan sempurna.

Callie memperhatikan Raisha yang masih terlihat gelisah. "Kenapa lagi, Sha?" tanyanya, mencoba membaca ekspresi wajah adiknya.

"Gue bakal cerita, tapi janji jangan ejek gue setelah itu.." Raisha meminta jaminan sebelum membuka cerita yang ternyata membekas di benaknya.

Callie mengangguk, menyiapkan diri untuk mendengar keluhan Raisha. Dia tidak mengharapkan cerita serius, tapi ketika Raisha mulai mengisahkan kronologi peristiwa, ekspresi Callie berubah.

"Jadi tadi Freya.." Raisha menceritakan insiden yang membuat Freya marah padanya.

Callie tertawa mendengar penjelasan Raisha yang kocak. "Prrff, tolol emang! Ya salah lo lah, orang mau bantu malah dikatain mesum!"

"Kan, males dah gue! Tau gitu gue nggak cerita."

Callie menyadari bahwa situasinya kini membutuhkan tindakan. "Lagian, aneh! Udah, sekarang cari Freya di kamarnya, minta maaf. Gue mau bangunin Gaby dulu, awas aja ya teriak-teriak lagi, gue sumpel mulut lo!" ancam Callie, sambil tersenyum menggoda.

Going You at a Speed of 8706 : Gabriel&CallieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang