Ketegangan terasa di ruangan itu ketika Gaby berusaha menjelaskan situasi yang dialami Callie. Raisha, dengan wajah yang mencerminkan kekhawatiran, menunggu dengan napas tertahan, sedangkan Freya diam-diam merasakan gelisah di udara.
"Callie, ee, hasilnya..." Gaby terhenti, terdengar ragu, membuat Raisha semakin gelisah. Dia segera menegur Gaby, kegelisahannya merembet ke dalam suaranya.
"Callie, kenapa?!" bentak Raisha, wajahnya mencerminkan kepanikan, sementara Freya hanya bisa memperhatikan dengan khawatir, merasakan ketegangan antara Raisha dan Gaby. Sepertinya Gaby kesulitan menjelaskan situasi yang sebenarnya.
Gaby menghela napas dalam-dalam sebelum melanjutkan dengan hati-hati, "Callie mengalami radang usus buntu dan perlu segera dioperasi..." Suaranya lembut, tetapi kata-katanya terdengar berat di udara yang tegang.
"Radang usus buntu?" Raisha hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Freya menelan ludah, mencoba menyerap informasi yang diberikan.
Gaby melanjutkan, menjelaskan dengan cermat, "Penyebabnya adalah penyumbatan oleh benda asing atau kotoran, yang kemudian menjadi tempat ideal bagi bakteri untuk berkembang biak, menyebabkan infeksi dan pembentukan kantong nanah (abses)."
Dalam ruang tunggu rumah sakit, suasana tegang masih menyelimuti Raisha dan Freya meskipun ada kelegaan karena hasil pemeriksaan dokter memberikan hasil yang kurang memuaskan.
"Kalian jangan terlalu khawatir, Callie sedang ditangani. Mari kita doakan yang terbaik untuk dia.." Gaby berusaha menenangkan mereka dengan suaranya yang hangat, meskipun dalam hatinya juga terasa gelisah.
Meskipun berita bahwa kehamilan Callie tidak terjadi telah meringankan beban pikiran Gaby, namun hasil operasi radang usus buntu membuat mereka tetap waspada. Gaby merasakan kekhawatiran yang sama, meskipun berusaha keras menunjukkan sikap yang kuat di hadapan Raisha dan Freya.
Sementara mereka menunggu, Gaby tidak duduk diam. Dia telah menghabiskan waktu untuk mencari informasi tentang radang usus buntu melalui internet, membaca setiap detail yang ada. Meskipun tidak seorang ahli medis, Gaby berusaha untuk memahami situasi dengan baik agar dapat memberikan dukungan yang lebih besar pada Callie.
"Gue udah bisa ngasih tau Mommy Gab? Mommy harus tau, biaya rumah sakit gimana?" Suara Raisha terdengar gemetar, kekhawatiran yang tak terelakkan tergambar jelas di matanya.
Gaby, dengan mata yang terpejam seolah tengah memikirkan sesuatu, menghela nafas panjang. "Boleh, kasih tau yang bener. Jangan panik, nanti buat mereka panik juga disana. Biaya jangan dipikirin, gue udah urus semuanya, Sha," ucapnya dengan suara lembut, mencoba memberikan kepastian pada sahabatnya, meskipun dirinya sendiri terusik oleh kegelisahan yang mendalam.
Raisha mengangguk pelan, wajahnya terlihat sedikit lega mendengar jawaban itu, lalu bergerak pergi untuk memberi kabar pada orangtuanya. Di sampingnya, Freya, adik perempuan Gaby, duduk dengan ekspresi penuh perhatian dan kekhawatiran.
"Hei, kamu gapapa, Kak Iel?" tanya Freya, suaranya penuh dengan kecemasan, namun juga kehangatan.
Gaby, dengan senyum tipis di bibirnya, membuka mata. "Gapapa, gimana tadi sekolahnya? Kamu nggak ada jadwal les hari ini?" tanyanya, mencoba membuang sedikit kekhawatiran Freya dengan obrolan ringan.
"Ish, ini bukan waktu yang tepat buat tau kegiatanku, kak. Aku baik-baik saja," gerutu Freya dengan sedikit kesal, agak heran bahwa Gaby malah memikirkan dirinya dalam situasi genting seperti ini.
"Mau peluk?" tawar Freya, mendekati Gaby yang terlihat begitu lelah dan tegang. Tanpa menunggu jawaban, dia merangkul kakaknya erat, mencoba memberikan kehangatan dan dukungan pada saat yang genting seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Going You at a Speed of 8706 : Gabriel&Callie
Novela JuvenilDi sekolah menengah SMA48, dua dunia bertabrakan ketika Gabriel, pemain bulutangkis terkenal dengan sikap dingin dan keangkuhannya, dipertemukan dengan Callista, seorang kutu buku ceria dan aktif sebagai anggota PMR. Keduanya sama-sama memiliki kepr...