GOR Ree48, pukul 9 malam. Kejutan kedua menunggumu."Sial, ni orang maunya apa sih!!" kesal Gaby setelah membaca pesan dari amplop coklat itu. "Callie ada kemana ya nanti malam? Nggak mungkin gue tanya langsung." gumamnya.
"Sha, si Callie ada di rumah?"
"Ada, lagi nonton drakor."
"Oke."
Gaby memutuskan menelfon Raisha untuk memastikan apakah Callie benar-benar ada di rumah atau tidak. Sambil memantau lewat jendela kamarnya, Gaby merasa sangat gelisah. Sudah pukul 7 malam, tiba-tiba Callie dijemput oleh seseorang menggunakan motor. Gaby buru-buru mengambil jaket dan bergegas mengikuti mereka. "Sha, lu dimana?" ucap Gaby menelpon Raisha. "Gue lagi sama Ka Chika, napa?" tanya Raisha bingung, hari ini Gaby sudah menelponnya 5 kali.
"Kenapa lu nggak bilang kalau cici lu keluar?"
"Mana gue tahu, aneh lu."
Raisha mematikan teleponnya, Gaby fokus mengikuti motor yang membawa Callie. Jalanan yang mereka tempuh menuju tempat makan pinggir jalan, Gaby memfokuskan matanya berusaha melihat siapa yang bersama Callie. "Wah, si Lyn ternyata." ucapnya. "Nggak mungkin Lyn pelakunya sih, ngapain juga.." gumamnya lagi. Gaby memutuskan untuk menunggu mereka, Gaby masih takut terjadi sesuatu dengan Callie.
Callie dan Lyn sudah selesai makan. Gaby mengikuti langkah mereka dengan penuh rasa ingin tahu. Motor mereka berhenti di tengah malam, menciptakan keheningan yang menakutkan. Tiba-tiba, sebuah mobil melaju kencang di atas jalan berlumut, menimbulkan genangan air yang besar. Gaby, tanpa sadar, terkena oleh air tersebut.
"Fokus, Gaby!" teriaknya sambil berusaha membersihkan celananya yang basah kuyup. Namun, tak lama kemudian, Gaby menyadari bahwa Callie dan Lyn telah hilang dari tempat mereka berhenti tadi, mereka tidak terlihat di sekitar. "Anjing!" umpat Gaby kesal, mencari-cari teman-temannya.
Tanpa disadari, Gaby berada di Gor Ree48, tempat yang begitu misterius dan penuh dengan rahasia. Ia menyusuri setiap sudut Gor, tak tahu apa yang menunggunya. Tanpa peringatan, serangan tanpa henti mulai menerjangnya. Bug! Bugg! Bugg! Suara pukulan itu semakin keras dan menghantam Gaby.
Callie melihat Gaby terkejut. "Gaby?!" teriaknya, diikuti oleh ekspresi terkejut Lyn. Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi, tiba-tiba, Gaby berada di tengah pertarungan sengit melawan seseorang yang mengenakan topeng misterius.
"Siapa lo sebenarnya?" desak Gaby sambil mencoba bertahan. Lawannya hanya menjawab dengan singkat, "Lo nggak perlu tahu!"
Pertarungan sengit terus berlanjut, Gaby mempertaruhkan segalanya untuk melindungi teman-temannya. "Callie, lari!" seru Gaby, merasa kekuatannya hampir habis. Namun, Callie bersikeras tidak meninggalkan Gaby.
"Aku nggak bisa ninggalin kamu sendirian!" ucap Callie sambil menangis.
Gaby melihat sepotong kayu di belakang lawannya. Dengan kecepatan dan ketepatan, Gaby berhasil mengambilnya. Plak! Bug! Bug! Suara kayu itu menghantam lawannya, membuatnya tersungkur. Sambil memegang kepalanya, orang itu pergi meninggalkan Gaby dan teman-temannya.
Namun, kemenangan itu membuat Gaby jatuh lelah. Kesadarannya berkurang, dan darah segar mengucur dari kepalanya. Callie berlutut di sampingnya, menangis dengan sedih. "Gaby, bangun!" serunya. Callie menelpon Raisha untuk meminta bantuan.
Tak lama kemudian, Raisha dan teman-temannya tiba. Mereka membawa Gaby ke mobil dan bergegas menuju rumah Gaby. Sepanjang perjalanan, Callie hanya bisa menangis, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Sialan, siapa yang berani melukai Gaby seperti ini?!" geram Amanda, marah dan siap melindungi temannya.
Tiba di rumah Gaby, mereka merawatnya dengan cepat. Namun, kondisi Gaby semakin parah, dan tangis Callie semakin pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Going You at a Speed of 8706 : Gabriel&Callie
TienerfictieDi sekolah menengah SMA48, dua dunia bertabrakan ketika Gabriel, pemain bulutangkis terkenal dengan sikap dingin dan keangkuhannya, dipertemukan dengan Callista, seorang kutu buku ceria dan aktif sebagai anggota PMR. Keduanya sama-sama memiliki kepr...