******
"Tunangan??"imbuh Yoora, sembari menatap ke arah wanita yang sedang terbaring di atas bangsal.
Selang beberapa detik kemudian, Dexter mendengar bahwa Yoora wanita itu malah tertawa.
"Kau bercanda!? Mana mungkin. Katakan dengan jujur sebenarnya dia siapamu? Adik? Kakak? Sepupu??" Yoora berhenti tertawa lalu mulai menatap Dexter dengan intens.
"Memang benar dia calon tunangan yang sudah di jodohkan oleh kedua orang tua ku sejak dulu. Sewaktu kecil ayah dan ibu ku berteman baik dengan orang tua Becca. Hingga saat aku sudah berumur 17th mereka mulai berpikir untuk menjodohkan kami. Namun saat itu aku menentang keras perjodohan ini, sedangkan wanita ini bersikeras untuk melanjutkan perjodohannya. Sampai pada saat wanita ini terus-menerus berusaha mendekati ku meskipun sikap yang sudah ku tunjukan padanya bisa dibilang buruk."
"Namun sayangnya pada saat usia ku berumur 18 tahun ayah dan juga ibuku meninggal karena kecelakaan. Sehingga detik itu juga mau tidak mau aku harus dilantik menjadi ahli waris pemegang saham perusahaan Lee group milik orang tuaku dikarena kan aku adalah anak pertama. Di tambah Banyak nya musuh yang ingin merebut gelar yang aku pegang saat ini setelah mendengar kabar orangtuaku sudah meninggal. Sehingga Beccalah yang menjadi target sasaran pertama, mereka mengira hubungan kami sangat dekat dikarenakan Becca selalu berada di dekat ku. Sehingga mereka berfikir Becca adalah salah satu kelemahanku"
Dexter tampak menghela nafas panjang dahulu sebelum melanjutkan kembali ceritanya.
"Mereka berhasil menculik lalu menyiksa Becca dengan tragis, aku terlambat menemukannya."Dexter menunduk mengingat kembali kejadian silam yang terus menghantuinya dengan rasa penyesalan juga rasa bersalah.
Yoora hanya bisa diam membisu, dia tidak tau harus merasa kasian kepada siapa. Sedangkan saat ini disisi lain dia juga sama terlukanya mendengar penuturan Dexter yang terlihat begitu sedih ketika menceritakan kembali tentang bagaimana wanita ini.
"Dia terluka parah saat ku temukan. Dokter mendiagnosa bahwa peluang Becca hidup sangat kecil. Hidupnya hanya bergantung pada alat-alat ini saja setelah kejadian itu dimana dia baru berumur 19 tahun, hingga sekarang belum ada tanda-tanda keajaiban wanita ini siuman" mendengar hal itu Yoora termenung lantas langsung melirik menatap kearah wanita di depannya dengan wajah nanar.
"Itu berarti dia sudah tertidur selama 7 tahun."gumam Yoora. Merasa ikut prihatin dengan keadaan wanita didepannya yang sudah seperti mayat hidup. Dipaksa tetap bernafas oleh alat-alat yang bertengger di tubuhnya.
Dexter hanya terus tertunduk selama bercerita dia tidak berani mendongkak menatap Becca ataupun Yoora disampingnya. Namun secara tidak terduga Yoora tiba-tiba saja mengulurkan tangannya lalu menangkup wajah Dexter.
"Aku tau tidak mudah hidup dengan rasa penyesalan dan juga rasa bersalah" setelah menangkup wajah Dexter sebentar, Yoora langsung membawa pria itu ke dalam pelukannya. Mengelus punggung Dexter dengan lembut. Runtuh juga benteng yang selama ini di bangun oleh Dexter sendiri. Dia menangis dalam pelukan Yoora.
"Tapi terlepas dari itu semua percaya kan semua yang terjadi pada tuhan, mungkin tuhan sedang merencanakan hal lainnya yang lebih dari ini"
"Terimakasih"sahut Dexter setelah tangisannya kian mereda. Namun masih dalam rengkuhan Yoora, pria itu malah semakin menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Yoora.
"For what?" Timpal Yoora dengan lembut sambil terus mengelus punggung pria itu.
"Sudah mau mengerti dan tidak marah padaku"jawabnya.
"Marah? Untuk apa aku marah??"
Dexter melepaskan pelukan mereka.
"Karena dia pernah menjadi calon tunanganku" menatap Yoora dengan mata yang masih berkaca-kaca.