*****
Senyuman manis terukir indah di wajah cantik Yoora. Kala Dexter dengan manisnya membawa Yoora agar bisa bersandar di bahu lebar pria itu. Rasa khawatirnya seketika langsung berkurang begitu mendapat perlakuan langka dari suami temboknya ini.
"Terimakasih"ujar Yoora lembut sembari menyandarkan kepalanya di pundak Dexter. Setidaknya sikap Dexter sekarang bisa membuatnya lebih tenang.
"For what?" Tanya Dexter tanpa menoleh ke arah Yoora, matanya sibuk menatap kedepan. Sebenarnya Dexter terlalu gengsi hanya sekedar melakukan hal manis ini pada Yoora. Alhasil dia malah menjadi malu sendiri.
"Semuanya"jawab Yoora. Dexter lalu sedikit menyunggingkan senyumnya. Pria itu tidak langsung menanggapi perkataan Yoora.
Tapi taklama setelah itu ia mendengar suara dengkuran halus , ternyata Yoora sudah tertidur di bahunya.
Dexter lalu langsung menutupi sebagian tubuh Yoora dengan jasnya.Leon ikut mengembangkan senyumnya. Melihat betapa besar pengaruh gadis ini terhadap tuannya Sikap dingin dan diamnya Dexter perlahan mulai mencair. Leon sangat senang dengan adanya Yoora di samping Dexter. Setidaknya bisa memberikan kekuatan pada tuannya.
"Tuan, apakah perkataan tuan tadi benar-benar akan dilakukan"sahut Leon.
"Hmm, aku memiliki rencana. Dan hanya ini jalan satu-satunya"ucap Dexter. Sambil melirik Yoora yang sedang terpejam.
"Aku juga punya tugas untukmu"mengalihkan kembali tatapannya pada Leon.
"Baik tuan"ujar Leon mengangguk patuh.
*****
Conferensi Pers diadakan hari ini. Tepatnya di dalam gedung kantor Dexter. Sesuai dengan keinginan Dexter, Leon menjalankan tugasnya begitu baik. Banyak karyawan yang terkejut ketika mendengar bahwa CEO mereka tiba-tiba mengadakan pertemuan yang begitu mendadak. Apalagi banyaknya wartawan dan media lainnya disini. Mereka semakin bingung, apa yang terjadi sebenarnya.
Di dalam aula gedung riuh dengan suara para karyawan, kolega bisnis dan media. Di atas panggung sudah di sediakan tempat speech untuk Dexter. Sebentar lagi acara dimulai.
Di meja rias, raut wajah Yoora terlihat begitu gelisah seraya berjalan kesana kemari. Dia baru saja selesai di makeup, Marry sampai memijit kepalanya pusing melihat Yoora yang terus mondar-mandir di kursi tak jauh dari gadis itu berdiri. Kepalanya sudah pusing memikirkan keputusan gegabah yang dikeluarkan oleh Dexter. Dan ia makin pusing melihat Yoora yang tidak bisa diam.
"Berhenti mondar-mandir! Aku sudah sangat pusing melihatmu. Dan kenapa juga suamimu itu mengambil tindakan yang begitu berbahaya! ini dapat merusak karirmu, Yoora!. Pria itu sangat egois membiarkan karir istrinya sendiri hancur!"kesal Marry terus memaki Dexter tanpa sadar.
"Pernikahan bukanlah aib!"sahut seseorang masuk kedalam ruangan make up Yoora. Dia adalah Dexter, wajah dingin dan datarnya yang khas membangun suasana yang tidak enak pada orang di sekitarnya. Terkecuali Yoora.
"Memang bukan! Tapi setidaknya kau harus mengerti tentang pekerjaan istrimu itu seperti apa"timpal Marry tanpa rasa takut. Meskipun didalam hati ia ingin sekali menampar mulutnya sendiri. Tapi sudah terlanjur keluar.
"Ya, aku tau dia seorang model. Tapi mau sampai kapan status ini di sembunyikan?" Dexter menatap Marry tak biasa. Pria tulen itu sampai meneguk salivanya setiap berbicara dengan Dexter rasanya hawa menusuk yang dia rasakan.
"T-tunggu waktu yang tepat"ujar Marry terbata. Dikarenakan sekarang ini, Dexter sedang menatap nya dengan wajah yang sangat dingin dan serius sekali.
"Waktu yang tepat seperti apa yang kau inginkan? Apakah sekarang juga bukan waktu yang tepat?"pertanyaan sarkas yang dilontarkan oleh Dexter berhasil membuat Marry tak berkutik.
