*****
Dexter bersama ke lima pengawalnya tengah berjalan menyusuri sebuah mall milik nya yang bertepatan di salah satu kota Berlin. Sengaja membawa bodyguard karena ia takut sesuatu terjadi yang bisa mengakibatkan nyawanya terancam. Musuh bisa datang kapanpun dan dimana pun. Resiko menjadi seorang pengusaha sukses ialah mempunyai banyak musuh dimana-mana.
Rencana Dexter hari ini hanya ingin melihat perkembangan proyek nya yang baru saja selsesai. Dan Mall inilah hasil dari proyek yang sudah ia kerjakan selama kurang lebih 5 bulanan. Sangat singkat bukan, jika orang lain mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama hanya untuk membangun sebuah mall.
Seluruh penghuni Mall yang tak sengaja berpapasan dengan Dexter tak hentinya berdecak. Terutama kaum hawa. Berbalut kemeja putih, celana hitam dan tak lupa tangan yang ia masukan kedalam. Dexter sengaja meninggalkan jas hitam nya di dalam mobil. Karena itu sangat mencekik, ditambah dirinya baru pulang dari kantor.
Dexter sama sekali tidak memperdulikan semua tatapan itu. Bahkan tidak ada ekspresi apapun yang terpancar dari wajahnya. Dexter kemudian melirik jam tangan rolex yang ada di tangannya. Sudah menunjukan pukul 5 sore.
"Cukup sampai disini saja"sahut Dexter
"Baik tuan"ucap salah satu bodyguard. Mengangguk mengerti
Saat hendak pergi menuju lantai bawah, entah dari mana dan bagaimana wanita itu bisa dengan cepat masuk menerobos para bodyguardnya.
Bruk!
Wanita itu tak sengaja menabrak dada bidang miliknya cukup keras. Bahkan Dexter sampai merintih kesakitan walaupun tidak sesakit itu.
"Aswsh! "rintih wanita itu sambil Memegangi jidatnya. Cukup lama wanita itu menunduk, ia akhirnya mendongkak menatap sang empu yang sedang menatapnya dingin.
Seakan tersadar wanita itu langsung melirik ke arah belakang. Matanya membulat sempurna, kala melihat segerombolan orang itu sudah ada di belakang nya sedang menuju kesini.
Ia dengan cepat memutarkan kembali tubuhnya menghadap pria di hadapannya. Menarik topi hitam yang melekat di kepalanya agar lebih bawah. Taklupa masker hitamnya juga. Wanita itu menunduk seperti berusaha menutupi wajahnya supaya tak terlihat orang.
Dexter menaikan sebelah alisnya, melihat tingkah aneh wanita di depannya. Ditambah pakaiannya yang aneh taklupa masker dan topi hitam yang menutupi wajahnya. Dexter berniat mundur menjauhi wanita ini dan bergegas pergi. Namun wanita itu keburu menubruk tubuhnya dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang miliknya.
Reflekas Dexter mengangkat kedua tangannya.
"Apa yang kau lakukan nona?!"ucap Dexter tampak terkejut atas tindakan wanita didepannya."Ku mohon suruh pengawalmu itu untuk menutupi ku! Jangan sampai orang-orang itu mengetahui keberadaanku"titahnya.
Dexter melirik kebawah menatap wanita ini. Bukan lebih tepatnya hanya kepala saja yang terlihat olehnya. Berani sekali dia memerintahku. Batin Dexter.
"Atas dasar apa kau bisa menyuruhku!"desis Dexter.
"Ku mohon aku tak tau harus apa lagi selain meminta tolong padamu"cicit wanita itu dengan nada seperti akan menangis.
Para pengawal itu pun tak tinggal diam melihat bos nya di peluk oleh wanita asing. Bukan apa-apa hanya saja, dia mungkin salah satu suruhan musuhnya guna mencelakai bosnya.
Namun Dexter mengangkat tangannya, mengisyaratkan seolah dia tidak apa-apa. Dan menyuruh mereka menuruti permintaan wanita ini saja. Taklama para pengawal itu pun mengangguk patuh.
Dexter bisa melihat sekumpulan orang itu seperti sedang mencari sesuatu. Entahlah diapun tak mengerti apa hubungan orang-orang itu dengan gadis ini. Lantas para bodyguardnya itu langsung menutupi kami dengan badannya yang besar-besar ketika sekumpulan itu melewatinya.
Saat dirasa orang-orang itu sudah sedikit menjauh.
"Mereka sudah pergi" ucap Dexter memberitahu."Benarkah?!"seru Wanita itu senang. Kemudian menatap sekelilingnya memastikan jika ucapan pria itu benar.
"Hm, sekarang lepaskan tanganmu dari pinggangku nona"desisnya dengan nada tak suka.
"Astaga, aku lupa melepasnya maafkan aku. Dan terimakasih sudah mau membantuku! "ujar wanita itu.
Dexter hanya berdehem sebagai jawaban.
"Ini kartu namaku, jika suatu saat kau membutuhkan pertolongan. Aku akan dengan senang hati membantumu. Disitu sudah tertera nomor penselku."
"Baiklah, aku tidak bisa berlama-lama lagi disini. Takut mereka kembali menemukanku. Sekali lagi terimakasih"pamit nya.
"Ohya, wajahmu itu sepertinya cocok dengan type ku"setelah berkata seperti itu. Dia melenggang pergi setengah berlari sembari menatap sekeliling.
Selepas kepergian wanita itu, Dexter tampak mendengus kasar. Bagaimana tadi sebelum wanita itu pergi, dia berlalu sambil mengedipkan sebelah matanya. Berani sekali dia.
Wanita gila- batin Dexter
******
"Bagaimana tuan Dexter apakah anda setuju dengan tawaran yang saya ajukan?" ujar pria paruh baya itu.
Dexter tampak menopang dagu seperti sedang berpikir keras. Di dalam ruangan yang terbilang luas. Tepatnya diruangan kerjanya, Dexter sedang kedatangan klien dan dia sedang menawarkan sesuatu. Lain hal Dexter, dia sudah sering di tawarkan kerja sama seperti ini.
"Apa kau yakin dengan keputusan mu itu? "tanya Dexter memastikan. Karena tidak habis pikir dengan jalan otak pria paruh baya ini.
"Aku yakin dia pasti setuju. Ku mohon bantu aku."mohonnya dengan tangan menempel satu sama lain. Bisa dilihat jika pria paruh baya itu sudah putus asa.
"Apa keuntunganku jika menerima tawaran ini?"ujar Dexter terkesan dingin.
"Jika perusahaan ku tidak jadi bangkrut. Akan ku serahkan 30% sahamku padamu"sahut pria paruh baya itu.
Dexter mengangguk-anggukan kepalanya sembari mengetuk-ngetukan pena yang ia genggam pada meja kerjanya.
Merasa tawaran itu sama-sama menguntungkan. Setidaknya Mark memiliki timbal balik. Namun fakta lainnya yaitu, ini pertama kali nya Dexter mau menyetujui tawaran ini. Sebelumnya dia selalu pantang jika di berikan tawaran yang seperti ini. Entahlah, Dexter hanya mengikuti kata hatinya saja.
"Baiklah aku terima tawaranmu. tapi sesuai dengan janjimu. Serahkan saham 30% mu itu padaku. Dan tandatangani ini sebagai tanda bukti jika kau sudah menyerahkannya padaku"ucap Dexter menyerahkan sebuah dokumen yang di berikan oleh sekretarisnya.
Tanpa pikir panjang pria itu langsung menandatangani surat perjanjian tanpa membacanya.
"Disitu tertera, dalam waktu kurang lebib 4 bulan ini jika aku berhasil membuat perusahaan mu kembali sukses maka pernikahan kontrak ini jugs cukup sampai disitu" Dexter bukan tipe pria yang suka bermain wanita. Ia justru tipe orang yang akan menghalalkan segala cara agar dapat mendapat keuntungan dalam bisnis apapun yang ia kerjakan. Itulah cara kerja otak nya berpikir. Dengan cara itu lah sekarang Dexter ada di posisi ini.
"A-pa! Tidak bisakah pernikahan ini terus berlangsung tanpa adanya perceraian?Aku tidak hanya akan merusak masa depan putriku tapi aku juga akan merusak kehidupannya"pria paruh baya itu tampak terkejut mendengar keputusan yang di lontarkan oleh Dexter. Bagaimana bisa ia membiarkan kehidupan putrinya hancur begitu saja. Maafkan ayahmu ini nak. Batinnya berteriak.
"Kau tidak perlu khawatir aku tidak akan menyentuhnya, selama kontrak ini berjalan"
Pria paruh baya itupun terkesiap.
"T-tapi kenapa? Putri ku itu seorang model. Bagaimana bisa kau menahan akan hal itu?"ucap nya tak percaya."Kau bilang tidak ingin menghancurkan kehidupan putrimu. Dan aku sudah berbaik hati mengabulkan permintaanmu itu" desisnya tajam.
"Baiklah aku setuju, tapi dengan syarat! Pernikahan harus di gelar secara tertutup"
"Well, apapun itu aku tidak masalah. Selama tidak mengganggu kerja sama kita"
******
Jangan lupa vote & coment nya ya teman.