*****
Setelah kejadian dimana Yoora memutuskan hubungannya dengan Dexter, Yoora ternyata benar-benar melakukan itu semua sesuai perkataan nya. Dia kini mulai berusaha menjauh dari kehidupan pria itu. Yoora bahkan sampai pindah rumah. Jangan tanya bagaimana reaksi Dexter setelah mengetahui Yoora sudah berpindah tempat. Kejadian Yoora pindah rumah memang tidak ada yang mengetahuinya, dikarenakan setelah pertengkaran nya dengan Dexter, Yoora langsung bergegas menancapkan gasnya menuju apartemen. Tidak peduli barang-barang nya yang masih ada di sana. Toh Yoora juga membawa sedikit barangnya sewaktu pindah ke rumah pria itu.
Karena sudah disediakan oleh Dexter sehingga Yoora tidak perlu banyak membawa barang.
Yoora sekarang sedang termenung di dalam balkon kamar apartemennya. Sedari tadi Yoora hanya duduk berdiam diri di atas sofa sembari menekukan kedua kakinya. Matanya sibuk menatap ke atas langit yang sudah berganti menjadi malam.
Lalu tiba-tiba saja ponsel Yoora yang berdering berhasil membuyarkan lamunannya. Disana tertera nama sang bunda. Yoora segera meraih ponselnya dari meja sampingnya.
"Hallo sayang.."sahut Emira di seberang sana. Yoora yang mendengar hal itu pun reflek langsung menggigit bibir bagian bawahnya. Menahan sesuatu yang terus mendesak keluar dari pelupuk matanya. Ketika mendengar nada suara Emira, Yoora langsung teringat. Apakah bundanya juga terlibat dalam menyembunyikan perihal pernikahannya yang selama ini hanyalah sebuah kontrak belaka. Jika sampai benar, Yoora akan sangat hancur dan terpukul. bagaimana bisa semua orang tega berbuat seperti ini padanya. Yoora sekarang tidak tahu harus berbicara kepada siapa lagi untuk mengadukan keluh kesahnya ini.
"Yoora! kemana saja jam segini belum pulang, tadi suamimu berniat menjemput dirimu. Tapi sampai sekarang dia belum juga kembali membawamu. Sebenarnya sekarang ada dimana kamu Yoora"gerutu Emira di seberang sana, karena sang empu tidak juga kunjung bersuara.
"Bunda...."lirih Yoora, akhirnya bersuara. Dan itu mampu membuat Emira mengerutkan keningnya. Antara terkejut dan bingung. Setelah mendengar nada suara Yoora yang seperti sedang menahan tangis.
"Yoora sayang! Kau kenapa??!! Kau tidak apa-apa kann???!! Kau baik-baik saja kan?!!! Katakan dimana dirimu sekarang biar bunda yang menjemputmu. Astaga suamimu itu sangat tidak becus"cerocos Emira bersamaan dengan mengutuk menantunya.
"Aku tidak apa-apa"sahut Yoora dengan suara tercekat. Mencoba menahan tangisannya yang malah semakin deras.
"Syukurlah...eh tapi bunda dengar tadi nada suaramu seperti sedang menangis. Kau benar baik-baik saja kan??"tanya Emira tidak yakin dengan ucapan putrinya.
"Bunda... Apakah bunda juga sama jahatnya dengan orang itu dan ayah...." suara Yoora melemah. Dia tidak mampu lagi bersuara, apalagi mendengar jawaban bundanya nanti.
Mendengar pertanyaan putrinya yang begitu. Lantas Emira lagi dan lagi mengerutkan keningnya dia tidak mengerti dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh putrinya.
"Apa yang kau maksud sayang, bunda gak ngerti. Siapa yang jahat? Ayahmu? Kenapa dia jahat? Apa dia memarahimu? Kalau pun iya, jangan khawatir nanti bunda bales marahi ayah kamu. Lalu orang itu yang kau maksud juga apa dia menyakitimu? Tenang saja nanti bunda minta perhitungan sama dia, berani sekali dia bikin anak bunda nangis"gerutu Emira tanpa mendengar jawaban putrinya.
Yoora segera menghapus pipinya yang sudah basah oleh air matanya sendiri.
"Bunda, aku percaya padamu. Tidak mungkin bunda sama halnya dengan ayah.""Maaf bunda, aku sekarang sedang berada di apartemen ada urusan yang belum aku selesaikan. Emm--dan perihal tentang keputusan ku tempo hari yaitu hiatus dari dunia model. Sepertinya aku berubah pikiran aku akan kembali terjun kedalam perkerjaanku yang sebelumnya. Bunda jangan khawatir aku baik-baik saja kok. Bunda jangan lupa jaga kesehatan. Bye bye see you"sambungan telpon terputus secara sepihak oleh Yoora. Gadis itu langsung mematikan ponselnya. sebelumnya dia juga lupa mematikan ponselnya agar pria itu tidak dapat mengakses dan menghubunginya.