#MHG23

894 17 7
                                        

****

Dexter refleks meraih tangan Yoora, seolah tidak setuju dengan keputusan yang di buat oleh gadis itu. Yoora lantas menoleh, memejamkan matanya seolah berkata ini adalah keputusan yang terbaik. Perlahan dia melonggarkan genggaman Dexter pada lengannya.

"Aku tau ini keputusan yang sangat berat. Sudah hampir 8 tahun lamanya aku bergabung di dunia modeling dan tentu itu bukan waktu yang sedikit. Semua tim dan crew sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri. Namun sepertinya perjalanan karirku memang ditakdirkan cukup sampai disini. Dan Membiarkan para junior ku disana yang sedang berjuang keras sekarang ini untuk menggantikan gelar yang aku sandang selama 2 tahun terakhir ini. Terimakasih sudah mau percaya padaku dan mendukungku Sampai detik ini"Yoora mulai berkaca-kaca.

"Saya Yoora Halime Shahinaz mengucapkan selamat tinggal dan terimakasih untuk semuanya"Yoora perlahan membungkuk, sembari terus merapatkan bibirnya menahan air mata yang memang sudah keluar.

Dexter lantas langsung menghampiri gadis itu lalu memapah Yoora dengan memegang kedua bahunya menuju ke bawah panggung lebih tepatnya ke belakang panggung.

Suara riuhh orang-orang yang hadir, menggema ke seluruh ruangan. Bahkan para penjaga disitu kewalahan karena para penggemar Yoora yang terus memberontak, sepertinya mereka tidak menerima jika idolanya Hiatus atau berhenti. Namun ada juga yang mendukung atas keputusan Yoora, yang iri ataupun memang hatters gadis itu.

"BIARKAN KAMI BERTEMU DENGANNYA!!"

"YOORAA!!"

"AKU TIDAK SETUJU, SIAPA YANG SUDAH MENYEBARKAN BERITA ITU!!! GARA-GARA DIA IDOLA KAMI MEMUTUSKAN VAKUM!!!"

"YOORA KAMI MASIH MEMBUTUHKANMU!!!"

Begitulah kira-kira teriakan yang masih terdengar, Yoora yang dipapah oleh Dexter hanya bisa diam termangu. Dibelakang panggung sembari duduk. Bersama Dexter yang sedang berjongkok di hadapannya.

"Leon ambilkan minum"titah Dexter dan langsung di angguki Leon.

"Ini minumlah"Dexter terlihat menyodorkan botol minum padanya. Yoora langsung menerima botol itu dan sedikit meminumnya. Gadis itu terus menunduk menangis tanpa bersuara. Dexter sampai bingung bagaimana caranya agar gadis itu berhenti menangis.

"Yoora. Bagaimana kau---"seru Marry dari balik pintu niat hati ingin protes. Namun mulutnya mendadak bungkam saat mendapati Dexter sedang melemparkan tatapan mautnya.

"Aku pergi dulu"pamit Marry ketar ketir. Nanti saja dia bertanya pada Yoora dari pada nyawa taruhannya.

Dexter terlihat bangkit dari posisi jongkoknya. Berniat pindah posisi menjadi duduk di sebelah gadis itu. Namun baru juga bangkit, tubuh gadis itu langsung menubruk nya. Yoora melingkarkan tangannya di leher Dexter. Lantas Dexter langsung mengerutkan keningnya.
"Ada apa"

"Tidak ada, aku hanya butuh pelukan saja"ujar Yoora disela Isakan tangisannya. Dexter masih ragu untuk membalas pelukan Yoora.

"Aku ingin pulang"ucap Yoora menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Dexter. Sehingga membuat pria itu merinding sekaligus panas dingin.

"Baik. Ayo pulang"namun gadis itu justru menggelengkan kepalanya beberapa kali.

Dexter pun heran."Tapi pulangnya ke rumah bunda. Boleh kan?"sahut Yoora kemudian melepaskan pelukannya beralih menatap Dexter.

"Tidak apa-apa. Jika kau tidak ingin ikut. Aku hanya ingin menemui bunda"

"Aku ikut"timpal Dexter cepat.

Yoora mengangguk lalu menggandeng lengan Dexter agar mereka bisa pergi bersama. Namun baru juga beberapa langkah, seseorang muncul dengan wajah merah padamnya berjalan menuju ke arah mereka berdua lebih tepatnya mengarah ke arah Dexter.

My Cold Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang