√9 Harapan Faza

126 38 2
                                    

"Zaaa, lu kenapa Za? aman gak?" Tanya Fara yang baru datang membuat Faza kaget dan langsung membuka matanya.

"Ishhh bisa gak salam dulu?" Kesal Faza yang membuat Fara cengengesan.

"Hehe ya maap, khawatir guaaa." Ujar Fara yang membuat Faza memutar bola matanya malas.

"Oiya ni tas lu, ayo pulang gua anterin." Lanjut Fara yang membuat Faza tak enak hati. Pasalnya Faza tiap hari nebeng dengan sahabatnya ini. Padahal rumah Fara dan kos Faza berlawan arah. Faza sering kali menolak tawaran Fara. Namun Fara selalu memaksanya. Entahlah, mau membelikan minyak motor Fara, uang makannya saja tak ada. Faza hanya bisa membalas kebaikan Fara dengan berterimakasih, berdoa agar Fara selalu diberikan kesehatan dan rezeki yang melimpah ruah. Agar Fara tak hanya menebengkan nya saja, namun Fara bisa membelikannya motor agar Fara tak susah lagi mengantarkannya bolak balik, hehe. Gak tau diri juga ya si Faza ini.

"Duh ga enak gua Ra, nebeng ama lu terus padahal kan rumah lu lawan arah sama kos gua." Terang Faza tak enak dengan sahabat nya ini. Biarlah hari ini ia berjalan saja, hitung-hitung membakar kalorinya.

"Apaansi kayak sama siapa aja lu mah. Cepetannn woe." Ujar Fara lalu pergi menuju parkiran yang membuat Faza langsung menyusulnya. Ingat teman-teman rejeki gak boleh ditolak.

Fara mulai mengendarai motornya menuju kos dimana Faza tingga. Lumayan jauh dengan sekolahnya, karena kos itulah yang paling aman dikantong Faza. Ya, walaupun kecil tapi cukuplah untuknya seorang diri. Sesampainya mereka di kos Faza, Fara singgah dulu sebentar sekedar menghilangkan lelah. Fara sering kali seperti ini, ia akan singgah dahulu sebelum pulang ke rumahnya. Alasannya karena di rumah ia kesepian, Fara adalah anak tunggal. Dan orang tuanya pun sibuk mengurusi pekerjaan mereka masing-masing.

"Eh Za, btw saha eta yang bawa lu ke uks?" Tanya Fara tiba-tiba yang membuat Faza tersedak. Ia tengah minum air putih sekarang, ya maklumlah orang tak berada. Dia hanya mempunyai satu galon air putih di kosannya. Tak ada makanan disini.

'Ohok ohok.' Batuknya yang membuat Fara menepuk-nepuk punggungnya.

"Ra, lu kenapa ish. Makanya minum tuh baik-baik." Ujar Fara yang membuat Faza menghela napas pelan ketika telah lega.

"Gegara lu, btw yang bawa ke uks jodoh gua." Ujar Faza yang membuat Fara menghela napas kasar. Semuanya aja jodoh Faza, nampak yang ganteng di pasar itu juga jodohnya. Di mana-mana kalau ada yang ganteng itu pasti jodoh Faza. Dasar mata keranjang.

"Jodoh yang mane? perasaan jodoh lu ada di dimana-mana dah. Di pasar ada, di jalan ada." Tukas Fara yang membuat Faza tertawa lepas. Dipikir-pikir iya juga si, jika berpapasan di jalan dengan cogan alias cowo ganteng dia pasti menyebutnya jodohnya. Hayolohh saha eta yang sama kelakuannya sama Faza?!

"Siapa namanya? kelas berapa?" Tanya Fara penasaran. Yeuu kepo emang si Fara ini.

"Nah itu masalahnya Ra, gua gak tau namanya saha." Ujar Faza yang membuat Fara heran, kok bisa gitu loh Faza gak nanya ke cowok itu.

"Ha? gimana-gimana?" Tanya Fara memastikan.

"Ya gitu Araaaaa! gua juga gatau namanya saha kelas berapa. Ngucapin terimakasi aja gak sempet. Gua gugup jadi diem aja bak patung pahlawan." Terang Faza yang membuat Fara tertawa lepas. Inilah yang membuat Fara betah disini, walaupun sederhana namun ia menemukan kebahagiaannya bersama Faza. Ia sudah menganggap Faza seperti adiknya sendiri, ya karena Faza lebih muda dua bulan darinya.

"Ciri-cirinya lu tau gak? sini gua keluarin jurus stalking gua." Ujar Fara sombong, tapi memang benar ya teman jika kalian pengen stalking mantan kek, suami kek, mantan suami, suami tetangga, wes karepmu ae. Kalian bisa menghubungi Fara ya teman. Karena dalam bidang ini Fara lah jago nya. Stalking jagonya Fara ~coba baca pake irama Kfc masuk gak? hahahaha.

"Ganteng, tampan, handsome." Tiga kata yang keluar dari bibir Faza mampu membuat Fara emosi. Bagaimana tidak, ucapan Fara sesuai dengan singkat, padat, dan tidak jelas.

"Yang bener anjir." Kesal Fara yang membuat Faza tertawa.

"Yeuu itu bener, he is perfect Ra. Gak tau pokoknya kalau liat dia muncul kata perfect di otak kecil gua ini." Tutur Faza serius. Sungguh, lelaki itu di matanya perfect.

"Coba ceritain gimana dia. Siapa tau gua bisa nebak." Paksa Fara penasaran.

"Dia terlalu sempurna untuk diceritakan sederhana Ra. Dia sempurna." Tukas Faza yang membuat Fara menghela napas lelah. Dari tadi curut ini selalu menyebut sempurna, perfect lah. Apa dia sindrom kata perfect dan sempurna?

"Dahlah gua pulang aja, gak bener kalau sama lu mah." Ucap Fara sambil mengerucutkan bibirnya yang membuat Faza tertawa ngakak. Lucu sekali tampang Fara sekarang seperti yang ada di kebun binatang yang suka manjat terus minta kacang itu lohhh. Jahat bener si Faza ini, tapi coba tebak apa ges??

"Kok ketawa si lu, gua seriusan pulang ini." Lanjut Fara kesal. Mengapa temannya ini tak mau membujuknya? mengapa ia malah ketawa. Dasar biadab emang nih curut.

"Yauda gih hati-hati. Makasi ya udah nganterin gua. Maaf belum bisa beliin minyak motor lu hehe." Ujar Faza yang membuat Fara menghela napas lelah. Sudah berkali-kali Fara mengatakan bahwa Faza tak perlu memikirkan hal itu. Lagi pula ke kosannya tak sampai menghabiskan minyak satu liter kok. Fara ikhlas membantu Faza.

"Diem lu, byeee." Pamit Fara yang diangguki oleh Faza.

Setelah Fara pergi, Faza mulai menutup pintu kos nya. Langit sudah menunjukkan warna oranye nya pertanda sudah sore. Ia harus membersihkan badannya yang lengket. Faza mulai membersihkan kosannya terlebih dahulu, walaupun kosannya kecil namun disini barang tertata rapi. Jadinya nampak lapang dan bersih, nyaman mata memandangnya.

Hari ini adalah hari libur Faza bekerja. Ia bersyukur akan hal itu, karena di hari inilah ia bisa tidur cepat dan nyenyak. Sebelum tidur Faza terlebih dahulu melukis dibuku gambarnya. Faza mulai menuangkan perasaannya, ia mulai melukiskan wajah laki-laki yang membantunya tadi. Faza tersenyum sendiri mengingat ia seperti orang bodoh di depan laki-laki itu. Bukan orang bodoh, lebih tepatnya orang bisu. Tunggu, berbicara orang bisu. Apakah laki-laki itu menganggapnya bisu ya? secara semenjak laki-laki itu bertanya, Faza tak pernah menjawab pertanyaannya dengan suara. Bagaimana ini? hancurlah harga dirinya. Pastilah ia sudah di blacklist dari kriteria calon istri laki-laki itu.

Setelah lukisannya selesai, Faza mulai rebahan sambil melihat-lihat instagram. Ia melihat konten creator seniman yang melukis di atas canva yang begitu indah. Faza iri dengan seniman-seniman di luar sana yang mempunyai wadah untuk menyalurkan karyanya. Sebenarnya Faza ingin sekali menyalurkan karyanya ini dengan mengikuti berbagai lomba di sekolahnya. Namun, ada uang pendaftaran yang menghambat mimpinya itu. Terpaksa harus di tunda terlebih dahulu. Kini, ia tengah mengumpulkan uang untuk pendaftaran lomba yang akan dibuka bulan depan. Harapan Faza, semoga ia bisa uang nya terkumpulkan agar ia bisa mengikuti lomba di bulan depan. Selang beberapa menit, Faza mulai memasuki alam mimpi. Ia harus mengisi tenaga untuk menghadapi hari esok.


He is Perfect (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang