Kini mereka berdua, Faza dan Tala sudah berada di luar. Kini hari sudah sore. "Tala!" teriak Faza yang tengah berada di atas motor. Ia takut tak terdengar oleh Tala nantinya kalau berbicara dengan nada lembut.
"Apa?" tanya Tala setengah berteriak.
"Ke pantai yuk!" ajak Faza yang membuat Tala berfikir.
Selang beberapa menit Tala mengiyakan ajakan Faza. Tala membelokkan motornya pergi menuju pantai. Kini mereka sudah berada di pantai terdekat dari mension Tala.
Begitu melihat deburan ombak yang indah membuat Faza langsung turun. Ia selalu mengagumi pantai. Ia suka pantai, menurutnya pantai itu menenangkan. Kombinasinya dengan kondimen-kondimen itu sangat cocok. Mulai dari berisik deburan ombak hingga pasir yang halus melengkapi pantai tersebut. Pantai adalah salah satu dari banyaknya karya Tuhan yang patut kita syukuri.
Kini hari sudah sore, matahari mulai menenggelamkan badannya. Perpaduan warna yang indah menurut Faza. Warna oranye yang diciptakan membuat pemandangan semakin sempurna. Faza menyukai senja. Menurutnya senja itu cantik, dibandingkan pelangi ia lebih menyukai senja. Menurutnya senja akan tetap kembali esok hari walaupun akhirnya pergi.
Berbeda dengan pelangi. Pelangi hanya datang sesekali bahkan tak tentu. Pelangi tak berjanji bahwa ia akan kembali esok hari. Itulah yang membuat Faza tak menyukai pelangi.
Kini mereka duduk lesehan di pinggir pantai. Faza melihat matahari yang terbenam sangatlah cantik. Tala juga melihat matahari yang terbenam itu. Tala juga menyukai senja. Dulunya ia sering kali ke pantai bersama seseorang. Namun, seseorang itu pergi meninggalkan dirinya sendiri. Seseorang yang menyebabkannya benci dengan hujan. Seseorang yang meninggalkan bekas luka yang menyakitkan. Entahlah, jika mengingat itu membuat hati Tala sakit. Tala sendiri baru ke pantai setelah sekian lama.
Ke tempat yang sama namun dengan orang yang berbeda. Yap, itulah definisi yang cocok untuk saat ini. Tala melihat Faza yang begitu bahagia hari ini. Ternyata hal sesederhana ini bisa membuatnya bahagia.
"Tala! liat deh senjanya cantik ya?" tunjuk Faza mengalihkan atensi Tala mengikuti arah tunjuk Faza.
"Iya cantik," balas Tala melihat senja. Inilah alasan Tala mengapa ia menyukai senja. Dulu, dialog ini pernah berlangsung bersama orang yang telah pergi darinya. Dan kini terjadi lagi, bedanya dulu ia mengatakan bahwa ada yang mengalahkan cantiknya senja. Sekarang sudah tidak ada lagi pikirnya.
"Tala suka senja?" tanya Faza tanpa mengalihkan tatapannya dari pemandangan matahari yang terbenam. Rasanya sangat rugi jika ia mengalihkan pandangannya walaupun hanya satu detik.
"I like it," balas Tala singkat.
"Kalau Faza?" tanya Faza ngawur. Entahlah ucapan itu keluar begitu saja dari mulutnya ini.
"Apa?" tanya Tala tak paham apa yang dimaksud oleh gadis disampingnya ini.
"Tala suka Faza?" tanya Faza memberikan dirinya. Entahlah, ia menyiapkan dirinya untuk mendengarkan jawaban Tala.
"Belum," jawab Tala sukses mengalihkan tatapan Faza beralih menatapnya.
"Berarti ada kesempatan?" tanya Faza antusias.
"Bisa jadi," ujar Tala acuh.
Mendengar itu bahu Faza merosot lemas. Berarti ada kemungkinan tidak nya. Faza kembali melihat proses matahari yang terbenam. Semburat jingga terpancar indah di langit sekarang. Bahkan air ombak yang tadinya bening, kini menjadi oranye.
"Cantik banget, bisa gak ya aku secantik senja?" monolognya pelan.
"Bisa," jawab Tala yang membuat Faza menatapnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Perfect (End)
Fiksi RemajaDia terlalu sempurna untuk diceritakan secara sederhana. He is perfect. Kamu pernah mendengar bahwa kita akan sempurna dimata orang yang tepat? Yap, Faza tengah mengalami hal itu. Faza melihat sosok laki-laki yang menolongnya itu seperti bidadara y...