Faza terus melihat interaksi kedua insan tersebut dari jendela atas. Membuatnya iri, andai dia juga sekelas dengan Tala. Pasti ia juga bisa sedekat itu dengan Tala. Faza beralih menatap seisi kelas yang sudah hening. Faza melihat jam, ternyata sudah pukul 10.00 pertanda sebentar lagi akan istirahat dan tugas harus dikumpulkan siap tidak siap. Membuat seisi kelas panik, lihatlah Baim yang kini tengah menjelajahi bangku orang satu persatu untuk meminta jawabannya. Membuat Faza menggeleng heran.
"Eh Za!" panggil Fara yang membuat Faza menoleh menatapnya.
"Ape?" tanya Faza malas.
"Noh liat Jaaaaa! cepetann!" tunjuk Fara ke luar jendela diikuti oleh Faza.
Deg!
Hatinya sakit, seperti diiris. Perih, pikirnya. Melihat pemandangan di luar sana. Dimana Tala tengah mengajarkan Ana bermain basket. Bayangkan saja posisi Ana di depan Tala. Dan Tala memegangi tangan Ana untuk memasukkan bola basket ke dalam ring yang tinggi membuat Faza tersenyum miris.
"Ku kira aku yang paling dekat, ternyata ada yang lebih dekat," ejek Fara yang membuat Faza beralih menatap arah lain. Tak mau menatap kemesraan mereka lebih lama. Faza lebih memilih menenggelamkan kepalanya. Hancur sudah mood nya.
Melihat sahabatnya lemas tak berdaya membuat Fara menatapnya iba. "Za! kalau lu udah siap jatuh cinta, berarti lu juga udah siap sakitnya," terang Fara yang membuat Faza hanya diam. Entahlah seharusnya ia tak cepat menaruh hati seperti ini.
'kringgg'
Terdengar nyaring bunyi bel pertanda jam istirahat telah tiba. Semua siswa-siswi mulai berhamburan menuju kantin membentuk lautan zombie yang mengerikan. Bahkan seisi kelas Faza pun sudah mulai keluar satu persatu setelah memberikan buku tugasnya kepada ketua kelas.
"Paza Para tugas lu berdua mana?" tanya ketua kelas yang telah membawa banyak buku di tangannya.
"Oiya ini Bi!" ucap Fara memberikan bukunya kepada Abi. Yap, nama ketua kelas mereka adaah Abi.
"Mana buku lu Ja?" tanya Fara.
"Nih," ucap Faza menyodorkan bukunya lalu memberikannya kepada Abi.
"Oke," jawab Abi yang diangguki oleh keduanya.
"Paja ngantin yuk!" ajak Fara yang merasakan bayi cacing di dalam perutnya sudah demo.
"Gak ah males, lu aja sana!" tolak Faza yang membuat Fara mengerucutkan bibirnya.
"Ayolah Ja! masa gegara patah hati makan mogok!" ujar Fara yang membuat Faza memutar bola matanya malas.
Sebenarnya bukan itu saja alasannya, alasan lain adalah karena ia malas melihat lautan zombie yang pasti sudah melimpah ruah sekarang. Dimana mereka akan duduk nantinya? dan pasti mereka akan mengantri terlebih dahulu untuk memesan makanan. Memikirkannya saja membuat Faza lelah.
"Jaa ih! ayooo!! cacing gua udah demo ini masa lu gak kasian si!" bujuk Fara yang membuat Faza menganggukkan kepalanya.
Walaupun ia malas, namun demi sahabat tercintanya ini ia akan menurutinya. Biarlah kali ini ia melawan malasnya. "Yaudah ayok," ujar Faza dengan malas yang membuat Fara kegirangan.
"Yeayyy!! maaci Paja kuuu," ucap Fara dengan girang.
"Yaudah cepetan ah, nanti tambah ramee tuh zombie nya!" ujar Faza yang membuat Fara langsung gercep berjalan menuju kantin.
Kini mereka sudah berada di kantin. Benar adanya apa yang dikatakan Faza tadi. Sudah banyak zombie-zombie yang kelaparan mencari makan. Bangku pun nampaknya sudah penuh. Dari luar kantin saja sudah ngeri, apalagi masuk pikir Faza.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Perfect (End)
TienerfictieDia terlalu sempurna untuk diceritakan secara sederhana. He is perfect. Kamu pernah mendengar bahwa kita akan sempurna dimata orang yang tepat? Yap, Faza tengah mengalami hal itu. Faza melihat sosok laki-laki yang menolongnya itu seperti bidadara y...