"Stt Za!" bisik Ana yang membuat Faza mengalihkan tatapannya menuju gadis itu.
"Ape?" ucap Faza santai.
"Sini dulu ada yang mau gua omongin. Penting!" bisik Ana.
Mendengar itu Faza penasaran, ia langsung mendekatkan kupingnya ke arah gadis itu. Supaya bisa terdengar lebih jelas apa yang dikatakan oleh gadis itu kepadanya.
Ana yang melihat Faza sudah mendekatkan telinganya membuat senyum miring terbit di bibirnya.
"Awali pagimu dengan sarapan, bukan harapan!" bisik Ana yang membuat Faza mencubit lengannya reflek.
"Awhhh," ringis Ana kesakitan. Percayalah cubitan Faza itu amatlah kecil dan rasanya ah mantap! perihnya gak main-main.
"Kenapa Na?" tanya salah satu cewek yang berada di samping Ana. Faza tahu siapa namanya. Karena bermain truth or dare kemarin jadilah Faza sedikit mengenali nama-nama mereka yang ada di sini.
"Eh gak apa-apa," ucap Ana dengan senyumnya.
"Sakit banget anjir," bisik Ana yang membuat Faza tersenyum remeh. Belum aja nenek lampir ini merasakan pukulan mautnya.
"Baik anak-anak semuanya silahkan sarapan! nanti jam 07.00 kita akan mulai dengan tutor masing-masing," terang guru itu. Mendengar ucapan guru itu seisi kelas mengangguk mengiyakan.
Makanan yang disediakan benar-benar banyak. Seperti orang hajatan pikir Faza. Bermacam-macam lauk pauk ada di sini. Ayam, ikan, daging, udang dan lain sebagainya. Faza mengambil nasi secukupnya, lalu mengambil ikan bakar dan sambalnya.
Faza melirik Ana, ternyata gadis itu mengambil ayam bakar dan sedikit sambal. Sepertinya Ana tidak suka pedas. Mata Faza beralih melirik Alya dan Tala. Tampak jelas Alya mengambil sambal lumayan banyak, namun di kurangi oleh Tala. Semua mata memperhatikan mereka berdua.
Faza hanya diam, ia lanjut menyantap sarapannya. Sarapan kali ini begitu lezat. Nasi nya yang pulen dipadukan dengan ikan bakar yang kaya akan rempah serta tak lupa dipadukan dengan sambalnya yang pedas. Beuh mantul pikir Faza. Jika ia tak punya malau, pastilah ia akan menambah makannya. Tapi kini ia masih mempunyai urat malu. Ia tak mau terlihat rakus di depan anak-anak jenius ini.
Setelah semuanya selesai makan. Mereka pun bubar satu persatu menuju kelas masing-masing. Faza dan Ana juga menuju pergi ke kelas meraka.
"Kelas kita masih jauh ya?" tanya Faza lelah. Baru saja perut nya terisi penuh, dan sekarang harus berjalan ke ujung dunia.
"Yeuu bentar lagi elah! keliatan banget jarang olahraga nya," cibir Ana yang membuat Faza memutar bola matanya malas.
"100 untuk nenek lampir! hadiahnya dipotong pajak ya!" ujar Faza tersenyum ramah. Seramah dia yang manis di awal doang.
"Bacot!" ucap Ana ngegas.
Faza mendengar itu hanya tertawa pelan. Selang beberapa menit mereka berhenti di sebuah ruangan. Ana membuka pintu ruangan tersebut. Di sana sudah terdapat Alya dan Tala. Mereka sudah duduk manis berdua di sana. Cepat sekali jalan mereka pikir Faza.
Alya dan Tala melihat sekilas Faza dan Ana yang baru datang. Faza lalu mulai memilih bangku yang dekat dengan dinding agar bisa bersandar pikirnya.
"Woi Ja! duduk disini!" ujar Ana yang kini duduk di belakang Alya.
Faza melihat Ana tanpa minat. Lebih baik ia sendiri di ujung sini ditemani makhluk ghaib dari pada melihat kemesraan Tala dengan cewek itu. Faza hanya menggeleng pelan lalu mulai menenggelamkan kepalanya sembari menunggu guru tutornya datang. Sehabis makan ini entah kenapa bawaannya pengen tidur melulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Perfect (End)
Teen FictionDia terlalu sempurna untuk diceritakan secara sederhana. He is perfect. Kamu pernah mendengar bahwa kita akan sempurna dimata orang yang tepat? Yap, Faza tengah mengalami hal itu. Faza melihat sosok laki-laki yang menolongnya itu seperti bidadara y...