Faza berjalan ditengah koridor yang sepi. Karena semua siswa-siswi telah memulai proses belajar-mengajar nya. Faza sudah sampai di lokalnya, nampaknya semesta sedang berpihak kepadanya. Faza tak melihat guru di sana. Faza menendang pintu tersebut mengagetkan seisi lokal.
"EHEHEHE SELAMAT PAGI DUNIA TIPU-TIPU." Teriak Faza yang mampu membuat seisi lokal yang tadinya ribut menjadi diam.
Fara yang melihat sahabatnya itu baru datang membuatnya menghela napas lelah. Pastilah anak ini telat bangun lagi. Yap, Faza memang sering telat bangun karena nada dering alarm yang dipasangnya itu membuat tidur tambah nyenyak.
Faza langsung saja duduk tanpa rasa bersalah. Ia mulai mengeluarkan buku bahasa Indonesia nya yang sempat tadi ia simpan. "Gak ada guru yang masuk ya?" Tanya Faza yang mulai membolak balikkan bukunya.
"Nanya ke siapa lu?" Tanya Fara yang membuat Faza memutar bola matanya malas.
"Menurut lu?" Bukannya mendapat jawaban, Fara malah mendapat pertanyaaan.
"Wes karepmu ae mbak." Ujar Fara lelah. Lebih baik ia mulai belajar untuk ulangan nanti.
Setelah itu tak ada percakapan berlangsung antara keduanya. Keheningan menyelimuti mereka yang tengah sibuk belajar.
"Pagi anak-anak. Silahkan singkirkan selain pena dan tip x. Selebihnya masukkan ke dalam tas dan kumpulkan ke depan!" Terdengar perintah guru yang baru masuk membuat seisi lokal heboh.
"Anjir tu guru ulangan doang udah kayak ujian aja." Heboh Faza yang mulai memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Nurut aja bisa gak si." Kesal Fara yang membuat Faza menghela napas kasar. Memang sahabatnya ini dijuluki penurut. Tak pernah sekalipun ia membantah.
"Oke, sudah semua?" Tanya guru itu.
"Udah bu." Jawab seisi lokal serempak yang membuat guru itu mengangguk dan mulai memanggil ketua kelas untuk membagikan soal dan lembar jawaban.
"Baik, masing-masing udah dapat satu soal dan lembar jawaban. Soal kiri kanan itu beda jadi kalian jangan harap bisa kompromi! waktu kalian mengerjakan soal 30 menit. Maka kerjakan dengan cepat dan baik! mengerti?" Terang guru itu panjang lebar yang membuat keringat Faza bercucuran. Hanya 30 menit? yang benar saja? bukan gimana-gimana teman, jika soalnya hanya 10 yowes rak popo. Lah ini soalnya 50 ya walaupun abc si.
Ya Tuhan Tolong Faza ya Tuhan. Faza mulai melihat soal yang ada di depannya. Nomor satu ya mudah dikerjakan nomor dua nomor 3 dan seterusnya. Tak ada hambatan bagi Faza dalam mengerjakan soal kali ini. Kenapa ini terasa easy? apa nilainya akan baik-baik saja? atau malah sebaliknya? dibawah kkm? entahlah ia tak mau percaya diri dulu kali ini. Bisa mengerjakannya tanpa hambatan saja ia sudah bersyukur.
"Waktu tinggal lima menit lagi, siap tidak siap dikumpulkan!" Ujar guru itu yang membuat seisi lokal panik.
Mendengar ucapan guru itu membuat Faza langsung mengecek kembali lembar jawabannya. Takut ada yang salah. Setelah mengecek kembali, Faza menunggu waktu yang tinggal satu menit lagi. Ia tak mau di cap sebagai murid sok pandai karena cepat mengumpulkan lembar jawabannya.
"Baik, waktu habis cepat di kumpul!"
Sedang asik melamun, Faza dikejutkan dengan suara guru itu. Melihat teman-temannya sudah mengumpulkan ke depan, Faza juga mulai mengumpulkan lembaran jawabannya. Semoga saja ulangannya kali ini tidak dibawah kkm.
***
"Baik, terimakasih atas kerja samanya. Sisa waktu 30 menit lagi silahkan kalian manfaatkan sebaik mungkin. Saya pamit." Ujar guru itu yang membuat seisi kelas bernafas lega.
"Gila, untung aja gak lanjut belajar. Nih guru ulangan apas kelas militer dah." Ucap salah satu teman kelas Faza yang bernama Baim.
"Iya anjir gua aja cap cip cup kuda belang. Yang penting mah gak ada yang kosong." Celetuk teman yang lainnya membuat seisi kelas tertawa termasuk Faza dan Fara.
"Lu gimana Za? cap cip cup juga gak?" Tanya Fara sambil merapihkan buku-bukunya.
"Engga si lancar aja. Semoga aja nilainya gak dibawah kkm dah." Jawab Faza yang telah selesai memasukkan buku-bukunya.
"Yok lah ngantin laper gua." Ajak Faza yang membuat Fara tersenyum menggoda.
"Wah tumben nih ngajak ngantin, biasanya mah anti ngantin. Abis gajian ye lu." Goda Fara yang membuat Faza tertawa.
"Gajian nenek moyang lu! ini aja akhir bulan. Gua abis dapat rejeki nomplok. Sini lu gua traktir, lagi nyamar jadi orang kaya nih gua." Sombong Faza yang membuat Fara tertawa ngakak.
Inilah salah satu kebiasaan Faza yang disukai Fara. Jika Faza mempunyai uang pasti dia akan royal kepada teman-temannya. Padahal uang yang dipegangnya pun tak sebanyak yang difikirkan. Faza memanglah orang tak berpunya, namun ia juga tak pelit. Jika ada, pasti dia akan memberi.
"Gua aja yang traktir lu, sebagai apresiasi karena lu gak cap cip cup ulangan tadi." Ujar Fara yang membuat Faza terhura. Fara ini memanglah teman yang sebenarnya. Ia tak menganggap Faza saingannya. Faza sangat beruntung bisa berteman dengan Fara ini.
"Gas lah gak nolak gua mah." Ujar Faza yang diangguki oleh Fara. Mereka berusaha menggunakan waktu dengan sebaik mungkin. Seperti pergi ke kanti, bukannya apa-apa kalau nanti di jam istirahat mereka pergi ke kantin. Maka kantin akan dipenuhi oleh lautan manusia-manusia yang tengah lapar. Mereka bisa melakukan apa saja agar mendapatkan makanan dengan cepat. Layaknya zombie yang kehausan darah. Itulah alasan yang membuat Faza tak suka ke kantin di jam istirahat selain uangnya tidak ada hehe.
"Lu mau apa? gua pesenin nih karena gua lagi baik dan tidak sombong." Ujar Faza yang kini telah sampai di kantin. Mereka juga telah mendapatkan meja yang mereka inginkan. Meja pojok, agar tak menjadi pusat perhatian. Ya walaupun gak ada juga yang mau memperhatikan mereka. Tapi ya gitulah, paham kan teman? hehe.
"Aduduu main dikali." Ucap Fara yang mulai mengeluarkan jurus pantunnya.
"Cakepp!" Celutuk Faza sambil tertawa.
"Iya tau gua udah cakep dari lahir Za." Ujar Fara yang membuat Faza memutar bola matanya malas.
"Cepetann lah keburu rame ni orang." Kesal Faza yang membuat Fara tertawa.
"Aduh Aza ku baik sekali." Lanjut Fara yang membuat Faza menghela napas lelah.
"Satu..duaa..." Balas Faza yang mulai menghitung agar Fara tak berlama-lama. Karena sebentar lagi jam istirahat akan tiba. Ia tak mau berdesakan dengan zombie-zombie berwujud manusia ini.
"Iye-iye sabar Bu Pajaaa." Goda Fara sambil senyum-senyum menggoda. Fara mulai mengeluarkan selembar uang bewarna merah.
"Ini uangnya Nona, saya mau semangkok bakso plus es jeruk nipis nona." Ucap Fara dengan membungkuk membuat Faza memutar bola matanya malas.
Fara ini memang suka sekali becanda dengannya. Namun, jika di depan orang lain ia akan berubah menjadi manusia sinis. Yap, Fara terkenal dengan kejudesan nya. Entahlah, Faza juga tak paham mengapa Fara seperti itu. Mungkin Fara hanya memperlihatkan sifatnya yang baik hati ini kepada orang-orang tertentu saja seperti Faza.
"Muhun atuh artosna di candak heula nya." Balas Faza mengambil selembar uang bewarna merah lalu pergi menuju stand bakso dan mulai memesannya.
Nb: Muhun atuh artosna di candak heula nya (Yauda atuu uangnya di bawa dlu ya) kalau salah koreksi ya ges wkwk baru belajar bhs sunda soalnya hihi
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Perfect (End)
Novela JuvenilDia terlalu sempurna untuk diceritakan secara sederhana. He is perfect. Kamu pernah mendengar bahwa kita akan sempurna dimata orang yang tepat? Yap, Faza tengah mengalami hal itu. Faza melihat sosok laki-laki yang menolongnya itu seperti bidadara y...