Faza kini tengah berjalan di koridor seorang diri. Fara kini mengikuti ekskulnya. Sebenarnya Faza juga, namun ia sudah diizinkan oleh pihak sekolah untuk tidak mengikuti ekskul selama sebulan ini. Ia sekarang akan belajar dengan guru profesional untuk lomba cerdas cermat.
Faza belum siap untuk bertemu dengan Tala sekarang. Hatinya masih terluka dengan ucapan monohok Tala kemaren. Faza menunduk, menatap lantai marmar yang putih.
"Faza!"
Terdengar suara tak asing memanggilnya. Ia yakin itu adalah Ana. Faza tak perlu susah payah untuk menengok kebelakang. Lebih baik ia berjalan cepat pergi ke kantor guru. Bukan takut dengan nenek lampir itu, hanya saja Faza sedang tak bertenaga untuk melawan nenek lampir itu sekarang.
Sesampainya di kantor guru, Faza sudah melihat banyak orang disana. Dan Faza juga melihat Tala! tidak, Tala saja. Ada Aksa dan dia, masa lalu Tala. Faza tak tahu nama nya siapa. Namun yang membuat Faza bingung adalah mengapa cewek itu berada disini? tak mungkin bukan dia mengikuti lomba padahal dia baru masuk? atau mungkin dia hanya mengikuti Tala saja? entahlah, Faza tak tahu.
Faza duduk di bangku yang kosong, jauh dari Tala. Dia hanya seorang diri, setidaknya ini lebih baik pikir Faza. Saat Faza duduk, banyak pasang mata melihatnya, termasuk Tala dan Aksa. Faza hanya diam lalu mulai membuka buku nya. Lebih baik sekarang ia fokus untuk belajar saja. Tak mau memikirkan hal yang membuat hatinya sakit.
Namun, entah mengapa ia tak bisa fokus. Faza menatap Tala yang kini tengah tersenyum bersama cewek itu. Senyum itu, senyum yang tak pernah Tala tampilkan di depannya. Senyum Tala sangat lebar bersama cewek itu. Mudah sekali cewek itu membuat Tala tersenyum.
"Faza!" panggil Ana mengalihkan atensi semua orang yang berada di sana.
Ana menghampiri Faza dan duduk di sampingnya. "Apa?" tanya Faza bingung.
"Kemaren kamu belajar bareng Tala?" tanya Ana yang dibalas gelengan oleh Faza.
"Oooo, kamu udah tahu dia?" tanya Ana menunjuk cewek yang disamping Tala. Faza yang mendengar itu hanya membuat mengidikkan bahunya tidak tahu.
"Dia Alya," bisik Ana yang hanya dibalas anggukan oleh Faza. Jujur saja, ia tak minat untuk membahas cewek itu.
"Kenapa mbak duduk di dekat saya ya?" tanya Faza risih.
"Yeuu damai dah! kan kita terlupakan oleh Tala," ujar Ana tak jelas yang membuat Faza memutar bola matanya malas.
Faza mengira bahwa Ana lah yang akan menjadi rivalnya dalam mengambil hati Tala. Ternyata tidak, malahan Ana kini menjadi temannya. Benar kata orang, jangan terlalu membenci seseorang. Bisa jadi seseorang itu akan menjadi teman mu bahkan teman dekatmu di kemudian hari.
Faza melihat Ana mengeluarkan buku nya. Ana begitu rajin menurut Faza. Faza melihat Ana terus belajar, jika Ana sudah belajar maka orang di sampingnya akan terlupakan. Ana mudah sekali larut bersama buku pikirnya.
Selang beberapa menit datang guru kemarin bersama beberapa guru yang lain. Sepertinya itu adalah guru profesional yang di katakan guru itu minggu lalu. Semua orang mulai menutup bukunya masing-masing termasuk Ana.
"Halo semua!" sapa guru itu.
"Halo buk!" balas mereka serempak. Faza? ia hanya tersenyum membalas sapaan guru itu. Terlalu malas untuk mengeluarkan suara emasnya.
"Oke baik, sesuai yang Ibu katakan minggu lalu. 3 minggu ke depan kalian akan dibantu oleh guru profesional ini untuk membahas materi. Kalian tidak akan masuk ke kelas untuk belajar selama 3 minggu ini. Supaya kita semua mendapatkan hasil yang maksimal di lomba kali ini. Tenang saja, semua perizinan sudah diurus. Kalian akan tinggal di asrama sekolah selama 3 minggu," terang guru itu panjang lebar yang membuat Faza kaget. Sampai segitunya kah? harus meninggalkan pelajaran demi lomba? selama 3 minggu pula? dan apa? tinggal di asrama? oh ayolah Faza pernah mendengar asrama SMA Bimantara, namun ia tidak tahu ternyata kegunaan asrama itu intuk ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Perfect (End)
Teen FictionDia terlalu sempurna untuk diceritakan secara sederhana. He is perfect. Kamu pernah mendengar bahwa kita akan sempurna dimata orang yang tepat? Yap, Faza tengah mengalami hal itu. Faza melihat sosok laki-laki yang menolongnya itu seperti bidadara y...