√1444 Resah jadi luka

51 17 0
                                    

"Baik, perkenalkan nama dan asal kelas. Langsung berikan pertanyaan!" ucap Aksa yang diangguki cewek itu.

"Aku Alya dari kelas A. Fina ya? aku mau nanya..." ucap Alya yang sudah memulai pertanyaannya dan langsung dijawab jujur oleh Fina. Faza sendiri menatap tak minat permainan ini. Tak ada yang menarik pikirnya.

Sudah beberapa kali botol yang di putar. Dan sudah beberapa orang yang menjadi korbannya.

"Huaaap," Faza menutup mulutnya ketika ia menguap. Kantuk perlahan sudah mulai datang menghampirinya. Membosankan sekali bermain dengan anak kelas unggul ini pikir Faza.

Ana yang melihat Faza menguap membuatnya terkekeh pelan. Sebenarnya ia juga mengantuk, namun ia bisa menahannya. Tapi lihatlah Faza sekarang, gadis itu perlahan tapi pasti sudah mulai menutup matanya. Ana hanya menggeleng pelan.

Ana mulai fokus melihat kemana botol itu berhenti. Ana takut-takut karena botol ini sudah dekat dengan dirinya. Dan botol tersebut berhenti tepat mengarah kepada gadis di sampingnya, Fazatul Ilmi. Gadis yang kini tengah tidur. Semua mata melihat ke arahnya. Ana langsung menggoyangkan lengannya.

"Ishh apa si?" kesal Faza dengan suara serak suara khas orang bangun tidur.

"Itu botolnya ngarah ke lu," bisik Ana menyadarkan Faza.

Faza yang mendengar bisikan Ana langsung membuka matanya lebar-lebar. Dan benar saja! botol itu mengarah tepat menunjuknya. Faza mulai mengucek matanya. Dan melihat sekelilingnya menatap ke arahnya. Bahkan Tala dan juga Aksa kini menatapnya dengan tatapan datar.

"Ayo kak perkenalkan dirinya dan pilih," ujar seseorang yang membuat Faza beralih menatapnya kesal. Hei, bukankah semua disini satu angkatan? mengapa dia memanggil Faza kak? apakah Faza terlihat setua itu karena tak memakai skincare?

"Can everyone stop call me kak? so annoying!" kesal Faza membuat semua orang yang disana menatapnya berbeda-beda.

"M-maaf, terus manggilnya apa?" tanya cowok itu yang membuat Faza tersenyum miring.

"Call me kanjeng ratu!" ucap Faza ngawur.

Ana yang mendengar itu sudah terbahak. Sedangkan yang lainnya? hanya memandang Faza aneh. Aksa? ia sudah tersenyum sekarang. Faza ini memang berbeda pikirnya.

Faza yang melihat semua orang memandangnya aneh membuat Faza memutar bola matanya malas. Humor anak kelas unggul ini memang berbeda dengannya. Hanya Ana yang terbahak mendengar leluconnya. Memang Ana ini the best pikirnya.

"Oke, kenalin saya Faza dari F. Saya milih dare," ucapnya yakin. Karena sejauh ini belum ada yang berani memilih dare. Faza akan memancing mereka semua agar nantinya mereka juga memilih dare.

"Siapa yang akan memberi tantangan?" tanya Aksa menatap Faza.

"Saya!" ucap Ana mengacungkan tangannya.

Faza melihat Ana yang sudah tersenyum lebar ke arahnya. Ia tahu ini pasti ada yang tak beres. Pasti Ana akan menyuruhnya yang aneh-aneh.

"Oke perkenalkan saya Ana dari IPA A. Saya akan memberikan tantangan kepada saudari Faza. Silahkan nyanyikan satu lagi di sini," ucap Ana yang membuat pupil mata Faza melebar. Menyanyi di depan orang yang mempunyai IQ diatas rata-rata? oh ayolah, Faza tak akan mendapatkan tepuk tangan. Faza yakin yang akan di dapatnya hanyalah tatapan datar dari zombie-zombie ini.

"Cepat dong Za!" tukas Ana yang membuat Faza menyikut lengannya.

Niat hati ingin mengode Ana untuk mengubah tantangannya. Namun, manusia di sampingnya ini tak paham juga dengan kode yang ia maksud.

He is Perfect (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang