Kini mereka berdua sudah duduk di depan televisi. Beberapa menit mereka habiskan hanya untuk diam. Faza yang masih ragu untuk bercerita dan Tala yang tak mau bertanya seolah tak peduli dengan apa yang terjadi pada gadis itu.
Faza sudah muak dengan suasana yang hening seperti di kuburan ini. Dengan keberanian yang dikumpulkannya Faza mulai menoleh menatap Tala yang sedari tadi bermain handphone.
"Tala," panggil Faza yang membuat Tala menoleh menatap gadis itu.
"P-paza udah boleh cerita?" tanya Faza yang diangguki Tala. Tala meletakkan handphone nya untuk fokus mendengarkan gadis yang disampingnya ini bercerita. Entah itu cerita dongeng atau cerita apa Tala tidak tahu. Yang jelas Tala akan menjadi pendengar yang baik kali ini.
Melihat Tala yang sudah fokus menatapnya seketika membuat Faza gugup. Atmosfer yang dirasakannya sangat berbeda. Faza mulai menghirup udara dalam.
"Jadi...." Faza mulai menceritakan masalah yang menimpanya hari ini. Ia melimpahkan segala keluhannya kepada Tala. Tak ada air mata yang mengalir membasahi pipi gadis itu. Sepertinya sudah habis karena menangis tadi.
Setelah menceritakan semuanya, Faza menatap Tala yang masih fokus menatapnya. "Jadi apa Tala punya kenalan yang bisa ngasi pekerjaan buat Faza?" tanya Faza yang membuat Tala tersadar akan lamunannya.
Sedari tadi Tala melamun menatap gadis ini. Gadis ini ternyata mau bekerja, bahkan Faza tak malu. Berbeda dengan remaja-remaja lainnya yang malu untuk bekerja.
"Tala!" panggil Faza lagi karena Tala yang tak kunjung menjawab pertanyaannya.
Panggilan Faza membuat lamunan Tala buyar seketika. "Ada," jawabnya yang membuat Faza senang bukan main.
"Serius Tala? dimana?" tanya Faza antusias.
"Gua sendiri, mau gak?" tanya Tala yang membuat Faza menelan ludahnya kasar. Tala? apa Tala juga bekerja?
"Pekerjaan apa Tala?" tanya Faza penasaran.
"Lu sekelompok lomba cerdas cermat sama gua kan?" tanya Tala yang diangguki Faza.
"Cukup belajar dengan baik selama sebulan ini dan berkerja sama untuk mengharumkan nama sekolah kita. Setiap hari bakal gua kasi rp. 200.000 gimana?" tawar Tala yang membuat Faza terdiam.
Faza takut mengecewakan sekolahnya dan Tala. Faza tak sepintar siswa kelas unggul. "Tapi Ta, Paza gak sepinter Tala. Paza takut Tala kecewa," ucap Faza menunduk lesu.
Melihat gadis itu menunduk membuat Tala menatapnya lekat. "Semua orang itu pintar," balas Tala yang membuat Faza menegakkan kepalanya menatap Tala.
"Benar, semua orang pintar Ta. Tapi gak semua orang sepintar kamu," balas Faza menatap Tala lama.
"Kita usahakan sama-sama," balas Tala yang membuat Faza mengangguk.
"Jangan pesimis!" lanjut Tala yang membuat senyum terbit di bibir gadis itu.
"Oke Tala, Paza gak akan nolak! Paza bakal semangat belajarnya," seru Faza dengan semangat 45 nya. Membuat Tala tersenyum lebar.
Melihat Tala tersebut begitu lebar membuat Faza terpaku. Apa ini nyata? baru kali ini Faza melihat Tala tersenyum seperti ini. Apa artinya sebentar lagi ia akan mendapatkan hati zombie ganteng ini? sungguh?!
Tala begitu manis dengan senyumannya. "Tala!" panggil Faza yang membuat Tala menatapnya.
"Pantesan gula di dapur abis!" lanjut Faza yang membuat Tala mengangkat sebelah alisnya. Apa habis? perasaan Tala baru beli minggu lalu stok nya. Siapa yang memakan gula sebanyak itu? tidak mungkin semut kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Perfect (End)
Teen FictionDia terlalu sempurna untuk diceritakan secara sederhana. He is perfect. Kamu pernah mendengar bahwa kita akan sempurna dimata orang yang tepat? Yap, Faza tengah mengalami hal itu. Faza melihat sosok laki-laki yang menolongnya itu seperti bidadara y...