Sesampainya di kantor guru, netra Faza menangkap beberapa manusia yang sudah dipastikan kapasitas otaknya di atas rata-rata. Karena mereka memakai kartu akses yang menandakan mereka berasal dari lokal unggul. Seakan tersadar, Faza melihat Tala yang berada di sampingnya.
Faza mengernyit heran mengapa Tala tak memakai kartu aksesnya. Faza juga baru sadar kalau ia tak pernah melihat kartu akses Tala. Tengah asik melamun melihat Tala ia dikejutkan dengan deheman yang berasal dari objek yang diperhatikannya sedari tadi.
Bumantala yang melihat gadis aneh ini menatapnya seperti itu membuat Tala sedikit risih. Faza menengadah menatap Tala, jangan tanyakan sebabnya. Tentu saja karena Faza lebih pendek dari Tala. Bayangkan saja Tala yang tingginya kisaran 180 an bersanding dengan Faza yang hanya memiliki tinggi 158. Jadilah dia harus menengadah untuk melihat Tala.
Melihat Tala yang mengangkat sebelah alisnya membuat Faza salah tingkah. "Eh hehe kok Tala gak pakai kartu akses?" tanya Faza dengan suara pelan. Karena tak mau membuat keributan ditengah manusia-manusia luar biasa ini. Jujur saja, dia minder berada disini. Bagaimana tidak, hanya dirinya seorang yang berasal dari kelas menengah. Selebihnya mereka berasal dari kelas unggul.
Mendengar itu Tala mengeluarkan kartu akses yang berada di saku celananya. Memperlihatkan kepada gadis aneh ini. Ada-ada saja yang ditanyakan gadis ini, dasar gadis aneh pikir Tala.
Melihat Tala mengeluarkan kartu aksesnya Faza paham. Tala tak pernah memakainya namun Tala terus membawanya. Faza kemudian melirik ke sekitar. Mencari keberadaan guru yang tadi menunjuknya untuk mengikuti olimpiade ini. Namun naas, Faza tak mendapati keberadaan guru itu.
Sudah lama mereka menunggu disini. Dan Faza kini duduk di samping jodohnya. Ia sedikit kesal karena di samping kanan Tala ada cewek yang sksd duduk di samping Tala. Sedari tadi cewek itu terus bertanya yang membuat Faza muak.
'Dasar cewek gatel!' -batin Faza.
Kini hawa terasa panas, siapapun tolong Faza untuk menguliti cewek gatel ini! Faza melihat semua manusia disini tengah sibuk belajar. Melihat nya saja Faza sudah pusing. Faza tengah dilanda gabut sekarang. Apa yang harus dia lakukan? belajar? oh ayolah itu bukanlah kebiasaan Fazatul Ilmi.
Tak ada yang bisa diajak berbicara. Aura manusia kelas unggul ini memang berbeda. Sepertinya Faza tak sefrekuensi dengan anak kelas unggul ini. Kini Faza hanya sibuk menggoyangkan-goyangkan kakinya. Tak tahu apa yang harus ia lakukan. Bermain handphone? baterei nya sedari tadi sudah habis tak tersisa.
Faza melihat Tala yang tengah asik berdiskusi dengan cewek gatel itu. Membuat hatinya teriris, mengapa Tala dengan dirinya bersikap dingin? siapa gadis itu? ingin rasanya Faza sedekat itu dengan Tala. Ingin mengajak Tala berbicara, namun ia sadar diri. Tala pasti akan menjawab dengan dingin dan singkat. Berbeda dengan responnya jika bersama cewek gatel itu. Tala akan berubah 180° menjadi laki-laki pada umumnya.
Melihat pemandangan itu membuat hati Faza sakit. Faza segera beralih menunduk menatap kakinya yang tengah ia goyangkan. Apa masih bisa Faza mengambil hati Tala? pertanyaan itu terus memenuhi otak kecilnya ini.
Bumantala yang sedari tadi menjelaskan materi yang tak dipahami oleh teman sekelasnya kini sudah selesai. Tala menoleh menatap gadis aneh yang berada di sampingnya itu. Lihatlah, disaat orang tengah sibuk belajar untuk mempersiapkan olimpiade gadis itu lebih memilih memainkan kakinya. Gadis ini memang berbeda, sangat jauh dari tipenya.
"Baik anak-anak, maaf menunggu lama tadi Ibu tengah mengikuti rapat sebentar," terang guru itu yang baru datang. Membuat semua siswa yang ada di sini fokus mendengarkan perkataan guru itu. Bahkan Faza yang tadinya sibuk menggoyangkan kakinya kini sudah beralih menatap guru itu. Guru ini sangat asing baginya, tak pernah ia melihat guru ini sebelumnya. Mungkin guru ini mengajar di kelas unggul.
"Baik, Ibu mengumpulkan kalian untuk sekedar memberi pengarahan saja. Karena lomba olimpiade tingkat nasional akan dilaksanakan bulan depan," jelas guru itu yang diangguki oleh semua siswa.
"Baik, setelah mendapat informasi dari atasan. Ternyata Ibu ketinggalan info penting. Bahwa ada satu lagi lomba yang tidak terdata di catatan Ibu. Yaitu lomba cerdas cermat tingkat nasional yang dimana Ibu akan mengutus tiga orang. Mata pelajaran yang diujikan hanya mata pelajaran umum, seperti bahasa inggris, matematika, dan bahasa Indonesia," lanjut Ibu itu sembari mengambil nafas.
"Sama-sama kita ketahui untuk bidang matematika ada Bumantala yang notabenya sudah banyak meraih medali emas baik itu tingkat nasional maupun internasional. Sedangkan di bidang bahasa Inggris ada Ana yang juga sering kali mendapat medali emas di tingkat nasional. Ibu mengambil Ana dan Tala untuk mewakili cerdas cermat itu. Cukup jelas?" tanya guru itu yang diangguki semua siswa.
"Bu!" ucap salah satu siswa yang berada di sana mengacungkan tangannya.
"Iya?" saut guru itu.
"Satu lagi untuk bidang bahasa Indonesia siapa Bu?" tanya siswa itu yang membuat semua orang penasaran.
"Nah untuk yang bahasa Indonesia, kali ini berbeda. Fazatul Ilmi mana orangnya?" tanya guru itu yang membuat Faza sedikit kaget.
"S-saya Bu!" ujar Faza mengacungkan tangannya. Membuat semua orang yang disana melihat ke arahnya. Termasuk Tala, sungguh ia sangat gugup jika ditatap begitu.
"Owh iya-iya. Karena Fazatul yang meraih nilai tertinggi di ulangan bahasa Indonesia kali ini, maka Fazatul Ilmi dari kelas menengah yang akan mewakili olimpiade tahun ini," ujar Ibu itu yang membuat Faza menegang.
Berarti ia sekelompok dengan Tala? sungguh, ia akan rajin kalau begitu. Selama sebulan ia akan terus dekat dengan Tala. Seulas senyum terbit dari bibirnya.
'Senangnya dalam hati ey!' -batin Faza senang.
"Yang lain akan mewakili olimpiade sesuai dengan bidangnya masing-masing," ujar guru itu yang diangguki semua siswa.
"Baik, ada yang ditanyakan?" tanya guru itu.
"Tidak Bu," jawab mereka serempak.
"Yasudah kalian boleh pulang! jangan lupa mulai besok kalian belajar mandiri selama seminggu! dan tiga minggu setelahnya kalian akan diajarkan oleh guru profesional yang ada di sini," ucap Ibu itu menutup perkumpulan hari ini.
"Baik Bu," ucap mereka serempak. Setelah guru itu keluar, mereka satu persatu mulai ikut keluar menuju rumah masing-masing. Termasuk Faza, kini ia tengah berada di belakang Tala. Mengekori Tala dengan cewek gatel itu.
Faza kini tak memegang uang sepersen pun. Dan handphonenya pun sudah tak mempunyai baterai. Satu-satunya cara agar dia bisa pulang adalah bersama Tala. Karena mau memakai ojek pun ia tak tahu alamat rumah Tala.
"Tala," panggil Faza yang membuat sang empu menoleh kebelakang.
"Hm?" panggilan Faza hanya dibalas deheman oleh Tala. Membuat Faza malu di depan cewek gatel ini.
"Hehe boleh nebeng gak Tala?" tanya Faza berusaha menganggap bahwa cewek gatel itu tidak ada.
"Eh Faza ya?" bukan Tala yang menjawab melainkan cewek gatel yang berada disamping Tala.
Mendengar itu membuat Faza kesal setengah mati. Mengapa cewek ini sksd sekali dengan dirinya. Faza hanya membalas dengan senyuman.
"Oiya kenalin aku Ana," ujar cewek tersebut dengan nada sok lembutnya. Sungguh, Faza tak suka dengan cewek ini. Ingin sekali Faza mencakar wajah buriknya itu.
Seakan teringat sesuatu, oh berarti ini rekan cerdas cermatnya? sungguh? ia akan se tim dengan cewek ini? pastilah Faza akan menjadi nyamuk nanti. Pantas saja cewek ini selalu menempel dengan Tala seperti dora dan monyetnya. Membuat Faza ingin sekali menarik Tala untuk berada di sampingnya. Tapi ia sadar ia bukan siapa-siapa. Dan tak berhak atas Tala.
"O-oh iya," balas Faza seadanya.
"Tala boleh ya aku nebeng?" lanjut Faza memohon kepada Tala. Jika tidak dengan Tala, dengan siapa ia akan pulang? ia tak mau seperti anak hilang nantinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
He is Perfect (End)
Ficção AdolescenteDia terlalu sempurna untuk diceritakan secara sederhana. He is perfect. Kamu pernah mendengar bahwa kita akan sempurna dimata orang yang tepat? Yap, Faza tengah mengalami hal itu. Faza melihat sosok laki-laki yang menolongnya itu seperti bidadara y...