√196 Olimpiade?

70 21 0
                                    

"Baik, apa kalian semua siap?" tanya guru itu antusias yang membuat seisi kelas ikut antusias.

"Siap Bu!" jawab seisi kelas serempak. Berbagai macam ekspresi yang ditampilkan. Ada yang percaya diri dengan nilainya, ada yang biasa saja. Dan ada yang takut nilainya dibawah kkm salah satunya adalah Faza. Yap, jangan ditanyakan keadaan jantungnya kali ini! dag dig dug ser kayak lagi jatuh cinta.

"Nilai gua aman gak ya Ra?" tanya Faza takut-takut. Walaupun Faza orangnya santai, tapi tak dapat dipungkiri ia juga tak mau nanti pindah ke kelas bawah.

"Aman kok Za pasti aman," ujar Fara meyakini sahabatnya ini. Fara sangat paham Faza kini tengah dilanda ketakutan. Takut jika nilainya tak sampai kkm. Fara pun sama, ia hanya bisa melafalkan doa-doa di dalam hatinya agar Faza dan dirinya selamat kali ini.

"Oke baik, Ibu akan membacakan yang lulus ulangan kali ini alias yang di atas kkm," ujar guru itu yang membuat jantung Faza berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya.

'Ya Tuhan bantu Faza lagi Tuhan. Semoga nilai Faza kali ini di atas kkm Tuhan,' -batin Faza.

"Baim dengan nilai 82," ujar guru itu yang membuat Baim tersenyum lega.

"Widih muka pas-pasan nilai juga pas-pasan," celutuk salah satu teman kelasnya yang membuat seisi kelas tertawa termasuk Faza.

"Yang penting mah aman ya kan Bu?" ujar Baim yang diangguki oleh Ibu itu.

"Baik, Ibu lanjutkan Fara dengan nilai 88," lanjut guru itu yang membuat Fara tersenyum lega.

"Gilaa sahabat gua nihh boss. Kerennn Raa, ajarin pinter lah," ucap Faza yang membuat Fara memutar bola matanya malas.

"Diem, dengerin tuh guru," ujar Fara yang membuat Faza cengengesan.

Pengumuman pun berlanjut, kini sudah 39 siswa yang terpanggil, tinggal 13 siswa lagi termasuk Faza belum juga dipanggil.

"Baik, satu siswa terakhir yang lulus adalah," ucap guru itu yang membuat Faza penasaran. Cuma satu ini harapan Faza, karena Ibu itu mengatakan siswa terakhir yang lulus. Artinya tak ada lagi yang lulus bukan? entahlah, Faza hanya pasrah kepada Yang Maha Kuasa saja.

"Tika, dengan nilai 82," ujar guru itu yang membuat bahu Faza merosot lemas. Benar dugaannya, nilainya dibawah kkm. Ingin menangis rasanya, tapi tak mungkin.

"Raa," lirih Faza yang membuat Fara menatap sahabatnya ini prihatin. Ia tahu bagaimana perasaan Faza kini.

"Udah Za nice try Za," ujar Fara mengusap punggung Faza berusaha menenangkan hati Faza. Memang Faza tak menangis, tapi Fara tahu di dalam hatinya pasti ada perasaan sesak tak terima nilainya dibawah kkm.

Faza menatap Fara, ia tersenyum kepada sahabatnya itu. Sahabatnya ini tulus sekali, ia ada dikala Faza senang maupun susah. "Iya Ra, gapapa kok, ntar gua belajar lagi," ujar Faza tersenyum.

"Nah gitu dong baru sahabat gua. Jangan mewekk yaaa mbak," balas Fara ikut tersenyum senang.

"Buk," ucap salah satu teman sekelas Faza mengangkat tangan.

"Ya?" saut guru itu.

"Berarti nama-nama yang tidak disebutkan tadi nilainya dibawah kkm Bu?" tanya Fina sopan, yap yang bertanya tadi Fina namanya. Faza juga tak mendengar nama Fina tadi. Mungkin dia juga sama seperti Faza, tidak lulus.

"Sebentar, masih ada yang akan Ibu umumkan," ucap guru itu yang membuat seisi kelas penasaran.

"Nilai tertinggi belum Ibu umumkan. Nilai ulangan bahasa Indonesia tertinggi kali ini adalah," ucap guru itu menggantung membuat Faza memutar bola matanya malas. Mengapa harus seperti ini?

"Fazatul Ilmi dengan nilai 98!" ucap Ibu itu yang membuat Faza menegang.

"Fazatul Ilmi selamat kamu meraih nilai tertinggi kali ini! dan kamu akan mewakili sekolah ini untuk olimpiade bahasa Indonesia," jelas Ibu itu yang membuat seisi kelas bertepuk tangan.

"WII KERENNN PAJAA!!" seru Baim menyadarkan lamunan Faza.

"G-gua gak mimpi kan Ra?" tanya Faza menatap Fara yang sama kagetnya.

"Gak Za, sini gua sadarin!" Fara mulai mencubit lengan Faza yang mengakibatkan sang empu meringis kesakitan.

"Awhhh, Ra ih sakit," ringis Faza kesal dengan sahabatnya ini.

"Kan sakit berarti gak mimpi!" seru Fara yang membuat Faza tersenyum haru.

"Faza! nanti setelah istirahat kamu temui Ibu di kantor guru ya! kita akan membahas tentang olimpiade," jelas Ibu itu yang diangguki Faza.

Sungguh ia masih tak menyangka, ia bisa meraih nilai tertinggi dan apa tadi? mewakili sekolahnya untuk olimpiade bahasa? sungguh? Faza masih tak percaya ia bisa mencapai ini. Namun, di satu sisi ia juga takut mengecewakan sekolahnya. Secara sekolahnya ini sudah memenangkan banyak medali tahun yang lalu. Bahkan sudah mendunia! sungguh, perasaannya sekarang campur aduk seperti es campur.

"Bu, kenapa gak dari kelas unggul saja?" tanya Fina heran yang diangguki oleh seisi kelas termasuk Faza. Pasalnya lokal unggul sudah pasti terpercaya dan tervalidasi kepintarannya.

"Sudah dilakukan ulangan harian serempak kemaren, dan nilai tertinggi adalah dari lokal ini, selamat Faza! Ibu bangga sekali," terang guru itu yang membuat semua bertepuk tangan.

"Wii kerenn ni mengharumkan nama lokal kitaa lokal F ni cuyy, lokal A mah lewatt," ujar Ferdi yang membuat seisi kelas tertawa termasuk guru itu.

"Terimakasih Bu," ucap Faza tulus yang diangguki oleh guru itu.

"Baik, sampai disini dulu pertemuan kita kali ini. Silahkan istirahat semuanya!" ucap Ibu itu yang membuat seisi kelas bahagia.

"Baik Bu, terimakasih Bu," ucap semuanya serempak yang diangguki guru itu. Setelah guru itu keluar satu persatu dari mereka mulai keluar mengisi perut yang sudah kosong.

"Angjayy Za kerennn cuyy," heboh Fara yang membuat Faza malu setengah mati sekarang. Bukannya apa-apa, kini mereka tengah berjalan menuju kantin. Dan Fara sudah mengucapkan itu berkali-kali. Sampai Faza sudah bosan mendengar nya.

"Bacot Paraaa," balas Faza yang sudah bosan mendengar itu.

"Ishh lu mah gitu," ujar Fara mengerucutkan bibirnya membuat Faza mual.

"Ra, cukup Ra. Biar ape bibir lu di majuin gitu? Mau dicium monyet lu?" tanya Faza yang membuat Fara kesal.

"Nyenyenye," balas Fara yang dibalas kekehan oleh Faza.

"Mau duduk dimane ni? penuh wei telat kita," ujar Fara ketika mereka telah sampai di depan pintu kantin. Mau menyogok orang, mereka tak punya cukup keberanian dan juga uang. Ya walaupun Fara kaya, namun jajannya juga dibatasi oleh kedua orang tuanya.

"Gak ada tempat yang kosong Ra," ujar Faza sedikit kesal. Pasalnya perutnya sudah kosong sedari tadi. Mengapa kantin ini sangat ramai? dan Faza melihat banyak dari mereka yang telah selesai makan namun mereka tak kunjung beranjak. Malah mereka menggibah terlebih dahulu. Dasar Zombie penggibah batinnya.

"Bawa ke kelas aja?" tanya Fara yang diangguki Faza.

"Yaudah pesen apa kita?" tanya Faza.

"Ayam geprek aja, lu apa?" tanya Fara yang membuat Faza berfikir.

"Gua ngikut ajalah," jawab Faza yang diangguki Fara. Mereka berdua pergi ke stand khusus menjual ayam geprek.

"Mang ayam geprek dua porsi bungkus sama es teh," ujar Faza yang baru sampai.

"Shiappp neng," balas mamang itu yang diangguki mereka berdua.

Cukup lama menunggu akhirnya pesanan mereka telah selesai. "Ini neng Rp, 42.000 ya," ucap Mamang itu yang diangguki Faza.

"Nih duid gua, lu ada duid gak?" tanya Fara yang diangguki Faza.

"Ni Mang," ucap Fara.

"Kembaliannya rp, 8000 lagi ya neng terimakasih," ucap mamang itu sembari memberikan sisa uang kepada Faza.

Faza mengajak Fara untuk pergi dari sini. Mereka malas melihat lautan zombie yang kelaparan ini.

He is Perfect (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang