"Na," panggil Faza saat mereka sudah di kamar hotel. Mereka kini menginap di sebuah hotel. Ini merupakan fasilitas dari pihak yang mengadakan perlombaan. Faza dan Ana ditempatkan satu kamar lagi.
"Ape?" tanya Ana yang kini tengah asik menyantap makanan yang ditraktir oleh Tala. Yap, Tala tadi mentraktir mereka berdua. Sebagai apresiasi karena sudah bekerja sama dengan baik.
Apakah kalian akan mengira Tala akan dekat dengan Faza? oh tentu tidak! Tala hanya berbincang dengan Ana saja. Faza hanya menjadi penyimak yang baik diantara mereka. Faza mengira tadi Tala tidak akan mentraktir nya. Ternyata Tala juga membelikan satu porsi spaghetti untuknya. Tadi juga Faza sudah mengucapkan terimakasih kepada Tala. Namun, seperti biasa Tala tak menghiraukannya. Melihat itu Faza hanya diam tak banyak lagi bicara seperti biasanya.
"Bukain tutup botolnya dong! keras nieh," kesal Faza yang sedari tadi tak bisa membuka tutup botolnya.
"Yeuu! sini," ujar Ana mengambil botol minuman yang berada di tangan Faza dan mulai membuka tutup botol itu dengan mudah.
"Noh easy bro!" sombong Ana yang membuat Faza memutar bola matanya malas.
"Gak bisa tuh mandiri!" cibir Ana sambil tertawa.
"Endhasmu! gua apa-apa bisa sendiri!" kesal Faza yang kini sudah mulai menyantap makanannya dengan lahap.
"Prett! buka tutup botol aja gak bisa," ledek Ana yang membuat Faza malu. Benar juga! Faza tidak bisa membuka tutup botol.
Melihat Faza diam membuat Ana terbahak. Pasti gadis itu kini merasa malu saat menyadari kelemahannya.
Faza yang mendengar Ana tertawa hanya diam saja melanjutkan acara makannya. Mencoba menganggap bahwa Ana adalah makhluk ghaib. Ia mulai menikmati makanan yang dibelikan Tala untuknya. Spaghetti ini benar-benar nikmat.
"I like it!" oceh Faza.
"Eh Za tau gak?" tanya Ana tiba-tiba.
"Gak," jawab Faza acuh. Pasti itu gosip tak penting. Lebih baik Faza menikmati makanan ini.
"Ishh kok enggak si," kesal Ana yang membuat Faza menautkan alisnya bingung. Apa sebenarnya maksud nenek lampir ini?
"Ya apa njir?! kan lu belom ngasi tau ya mana gua tau!" oceh Faza yang kini juga kesal.
Mendengar ocehan Faza membuat Ana tertawa. "Oiya! lupa gua hehe," ucapnya cengengesan. Mendengar itu Faza hanya memutar bola matanya malas. Kini ia sudah menyelesaikan acara makannya. Perutnya sudah menggembung sekarang.
"Duh kenyang perut gua dengerin lu ngomong," ujar Faza mengelus perutnya.
"Yeuu, denger nih denger. Hasil dari olimpiade dari temen-temen kita tadi," ucap Ana antusias.
"Bukan temen gua," ucap Faza tak peduli.
"Serius sini! taun ini adalah taun memalukan bagi sekolah kita Za!" ujar Ana yang membuat Faza tertarik dengan bahasannya. Faza mulai mendekati Ana, supaya melihat lebih jelas layar handphone gadis itu.
"Noh liat, cuma dua orang yang juara dari sekian banyaknya olim yang kita ikutin!" heboh Ana yang masih tak percaya.
"Lah? langsung penentuan juara tadi?" tanya Faza bingung.
"Iya, cuma kita sendiri yang besok. Duh gua takut deh semoga aja kita bisa memberikan hasil yang terbaik ya Za!" ucap Ana takut tak bisa meraih medali emas.
"Lu aja takut apa lagi gua," ucap Faza.
Mendengar itu Ana langsung menyikut lengan Faza. "Ishh lu mah! pasti sekolah kita jadi trending topik abis ini," ujar Ana yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Perfect (End)
Teen FictionDia terlalu sempurna untuk diceritakan secara sederhana. He is perfect. Kamu pernah mendengar bahwa kita akan sempurna dimata orang yang tepat? Yap, Faza tengah mengalami hal itu. Faza melihat sosok laki-laki yang menolongnya itu seperti bidadara y...