"PAJAAAA!" panggil Fara dengan teriakan membahananya. Fara yang tengah duduk merebahkan kepalanya langsung menatap tajam sang empu. Fara yang melihat Faza menatapnya begitu membuat nyalinya ciut.
"Hehe paja kok natapnya kayak mau makan orang aja si," tukas Fara cengengesan.
"Diem deh Ra, gua ngantuk," ujar Faza lalu kembali memejamkan matanya. Jujur saja, kemaren ia pulang larut malam, belum lagi membuat tugas yang diberikan oleh Pak Riky berupa catatan sejarah minimal 3 doble folio. Jari-jarinya sudah memerah sekarang, bahkan ia menyelesaikan tugas itu tepat pada pukul 02.00 dini hari. Jadilah ia sangat mengantuk sekarang. Jika ia memilih untuk tidak sekolah, maka usaha yang ia lakukan semalam hanyalah sia-sia. Biarlah ia tidur sejenak sebelum guru yang mengajar pagi ini datang.
Fara yang melihat temannya tidur paham bahwa temannya ini pasti lelah. Fara juga sama kemaren, bedanya pulang sekolah ia langsung mengerjakan tugas nya. Jadi ia tidur tepat waktu, tak larut malam seperti Faza.
Selang beberapa menit datang guru yang akan mengajar di lokal mereka. Pak Riky namanya, ia mengajar mata pelajaran sejarah Indonesia. Yap, dialah yang memberikan tugas berupa catatan minimal 3 buah doble folio. Pak Riky memang kejam jika menyangkut tugas, namun aslinya Bapak ini memiliki karakter yang ramah, murah senyum, serta rendah hati. Jika ia tengah menjelaskan di depan, dan muridnya asik dengan dunianya sendiri, maka bagi Pak Riky itu tidak apa-apa. Asalkan tidak meribut dan mengganggu konsentrasi mengajarnya.
Menurut Pak Riky, dalam hal ini bukan dirinyalah yang merugi. Melainkan siswa-siswi yang tidak mau menjemput ilmu nya. Sehingga ia tidak keberatan jika tak ada yang mendengarkannya. Ia tak mau memaksa seseorang untuk mengikuti kemauannya. Bukannya tidak tegas maupun tidak bijak, prinsip dan cara mengajar setiap guru itu berbeda-beda.
Faza kini sudah bangun, tadi ia dibangunkan oleh Fara. Walaupun Faza tak mengerti apa yang dijelaskan oleh Pak Riky di depan. Faza tetap mendengarkannya dengan baik. Menurut surveinya dengan Pak Riky ini, jika mau nilai aman. Maka perhatikan saja ia menerangkan dan buatlah tugas apa saja yang diberikannya. Maka nilai kalian akan A. Faza sendiri sudah menerapkan itu dari semester satu kemaren. Dan benar, nilai nya dengan Pak Riky ini A.
"Baik, tugas yang bapak berikan minggu kemaren dikumpulkan!" perintah Pak Riky setelah selesai menjelaskan materinya.
"Baik Pak," jawab seisi kelas serempak. Mereka mulai mengumpulkan satu persatu ke depan. Termasuk Faza dan Fara.
"Baik, terimakasih untuk hari ini. Minggu besok kita akan ulangan harian. Jadi pelajarilah materi bab lima sampai bab sepuluh yang tadi saya jelaskan," ujar Pak Riky yang membuat seisi kelas mengeluh. Bagaimana tidak, semua materi itu adalah materi semester dua. Sudah seperti ujian akhir semester saja mereka.
"Setau gua ulangan ini materinya satu bab gitu atau dua bab, lah ini semuanya. Mana sejarah lagi, panas dah otak gua," ucap salah seorang teman kelas Faza yang membuat mereka setuju.
Faza tak menyukai sejarah, menurutnya masa lalu itu tak perlu dikenang. Kita harus fokus dengan masa yang akan datang. Apalagi ini, mengenang sejarah yang kelam. Entahlah, Faza hanya pasrah ulangan minggu depan. Lihat saja nanti, semoga saja tubuhnya kerasukan Maudy Ayunda atau Albert Einstein. Semoga harapannya terkabulkan minggu depan.
"Ngantin gak?" tanya Fara yang telah selesai merapikan buku-bukunya.
"Gak dulu, gua males," ujar Faza. Entahlah hari ini ia sangat tidak bersemangat sekarang. Ia lebih baik melanjutkan tidurnya yang tertunda.
"Yaudah, ntar gua bawain roti ya. Gua duluan," pamit Fara yang dibalas deheman oleh Faza. Keadaan lokalnya saat ini sangatlah tenang. Semua orang sudah keluar, hanya ada beberapa yang tinggal. Faza melihat teman-temannya yang tinggal itu membawa bekal. Sedangkan Faza? belanja saja ia tak sempat kemaren. Nanti ia akan belanja untuk keperluan dapurnya. Berbekalkan uang yang telah diberi oleh Ibu dan anak yang Faza temui kemaren-kemaren.
Mengingat kejadian kemaren, Faza jadi penasaran dengan Tala. Apakah ia harus meneruskan perjuangannya ini? kini ia telah mengetahui nama lengkap jodohnya itu. Bumantala, yang ada dipikiran Faza ketika mendengar Bumantala adalah angkasa. Sepertinya orang tua Tala menyukai bahasa diksi. Terbukti nama Tala diambil dari diksi. Faza juga menyukai diksi, menurutnya diksi itu indah.
Faza sudah bertekad bulat, ia akan berusaha menggapai jodohnya itu. Kata orang jodoh memang tak akan kemana, tapi yang namanya cinta harus diperjuangkan. Faza akan memperjuangkan cintanya ini. Hasil akhirnya ia tak peduli, yang penting usaha dulu.
Tahap pertama untuk memperjuangkan cintanya adalah dengan mengikuti Instagram dan mendapatkan nomor WhatsApp Tala. Yap, dia akan menanyakan kepada Fara perihal sosmed nya. Fara kan sepupunya, pastilah ia tahu tentang sepupunya itu.
"Pajaa," panggil Fara saat ia telah berada di dalam lokal.
Panjang umur juga Fara ini pikir Faza. Pasalnya Faza baru saja ingin pergi ke kantin untuk mencari Fara. Ternyata orangnya datang dengan sendirinya. Faza tersenyum manis melihat Fara yang telah duduk di bangkunya.
Fara yang melihat Faza tersenyum sendiri membuat nya bergidik ngeri. "Kenape lu? senyum-senyum sendiri. Kerasukan ye lu?" tanya Fara curiga, jika benar Faza kerasukan maka Fara harus memanggil Aksa yang notabenya penghafal Al-Quran di kelasnya.
Mendengar ucapan Fara membuat Faza melunturkan senyumnya. Percuma saja ia mengeluarkan senyuman termanisnya. Ternyata Fara tak menghargai usaha nya ini.
"Beneran kerasukan lu? gua panggilin Aksa ya," ucap Fara ketika mendapati sahabatnya ini hanya diam dan tiba-tiba senyumnya itu berganti dengan wajah datar.
"Diem deh lu," kesal Faza tak habis pikri eh pikir maksudnya dengan sahabatnya ini.
Mendengar Faza menjawab membuat Fara menghela napas lega. Ternyata sahabatnya ini tidak jadi kerasukan. Jadi ia tak perlu repot untuk memanggil Aksa.
"Hehe kirain gua lu kerasukan, abisnya lu senyum-senyum sendiri si merinding gua," ucap Fara membayangkan senyuman Faza tadi.
Kurang ajar sekali sahabatnya ini. Padahal tadi Faza mengeluarkan senyuman manisnya, mengapa Fara merinding melihat senyumannya? dasar sahabat durjannah!
"Oiya, ni gua beliin roti sama kopi golda biar lu gak ngantuk lagi," lanjut Fara memberikan kresek yang berisikan makanan dan minuman yang tadi telah ia belikan untuk sahabat tercintanya ini.
Melihat itu membuat mata Faza berbinar, jujur saja sedari tadi ia menahan lapar. Kekesalannya tadi menghilang ditelan bumi. Faza langsung saja mengambil kresek yang diberikan Fara tadi.
"Terimakasih wahai monyett, kaulahh sahabat terbaik akuuuuu," balas Faza yang membuat Fara memutar bola matanya malas.
"Monyet pala lu," kesal Fara yang membuat Faza tertawa lepas.
"Yaudah gih abisin, bentar lagi bel masuk," lanjut Fara yang diberi jempol oleh Faza.
Faza mulai menyantap roti yang dibelikan oleh Fara. Selang beberapa menit bel berbunyi pertanda masuk jam pelajaran selanjutnya. Faza buru-buru menghabiskan makanannya itu. Bertepatan dengan Faza yang sudah menghabiskan makanannya, guru yang bersangkutan pun datang. Waktu yang pas pikir Faza.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Perfect (End)
Novela JuvenilDia terlalu sempurna untuk diceritakan secara sederhana. He is perfect. Kamu pernah mendengar bahwa kita akan sempurna dimata orang yang tepat? Yap, Faza tengah mengalami hal itu. Faza melihat sosok laki-laki yang menolongnya itu seperti bidadara y...