"Nih pesanan lu sama kembalian uangnya. Thank you so muchhhh sayangku cintaku udah mau traktir abdi teh." Ucap Faza yang baru datang membawa nampan berisikan pesanan mereka.
"Iyee-iyee kayak siapa aje lu." Ujar Fara lalu mengambil mangkok baksonya dan mulai meracik baksonya agar rasanya mantull. Begitu juga dengan Faza, ia tak lupa meracik baksonya.
"Oiya gua ada ceritaaa." Ujar Faza setelah mencoba rasa baksonya. Serasa sudah pas, ia mulai memakannya.
"Cerita apa?" Tanya Fara yang mulai menyantap baksonya.
"Tadi gua ketemu camer tau." Ucap Faza yang membuat Fara penasaran.
"Camer? saha eta?" Tanya Fara yang membuat Faza menceritakan apa yang dialaminya tadi pagi. Dari Ibu itu menumpangkannya sampai Ibu itu meminta nomor teleponnya.
"Anjayy gercep juga tuh Ibu-ibu ya." Jawab Fara tersenyum senang.
"Iya weyy, terus kan nama anaknya tu Tala. Tapi kayaknya gua gak bisa deh dapet cintanya dia." Terang Faza dengan raut wajah lemas.
"Kenape?" Tanya Fara melanjutkan acara makannya yang tertunda.
"Yang pertama gua gak tau dia, yang ke dua, ini nih yang paling berat. Dia anak lokal A." Jawab Faza yang membuat Fara membulatkan matanya kaget.
"Tala anak lokal A cuma satu, dan itu sepupu gua Za." Ujar Fara yang masi sedikit kaget. Berarti tadi yang menumpangkan Faza adalah Bundanya alias kakak dari mama Faza yang biasa ia panggil Bunda.
"Seriusan lu? lu ada sepupu disini? kok gak cerita?" Tanya Faza beruntun kaget. Bagaimana tidak, selama du tahun mereka berteman, Fara belum pernah menceritakan tentang sepupunya ini.
"Heheh ya maap lupa gua. Lagian lu juga gak nanya." Ucap Fara nyengir tanpa dosa.
"Terus gimana-gimana? ganteng gak sepupu lu itu?" Tanya Faza semangat, ia melupakan makanannya sejenak demi mengetahui calon ayangnya itu. Terus yang kemaren gimana Za? Ya kalau bertemu lagi dengan laki-laki itu maka sudah pasti jodoh.
"Ganteng si, cuma ya dingin orangnya." Jelas Fara yang membuat Faza tambah semangat. Faza suka sekali dengan yang dingin-dingin.
"Aman mah sama gua. Biar gua angetin tuh es batu." Ujar Faza dengan percaya diri yang sangat tinggi.
"Es batu yang ini mah susah Za." Ucap Fara tak yakin sahabatnya ini bisa mencairkan sepupunya yang satu itu. Pasalnya sepupu nya itu memang agak berbeda dari yang lain.
"Serahkan tugas ini kepada Fazatul Ilmi." Jawab Faza dengan semangat 45 nya.
"Iyadah serah lu ae." Finish Fara lalu menyantap makanannya dengan cepat. Ia malas berlama-lama di kantin. Zombie-zombie itu sudah nampak mulai memasuki kantin. Ya wajar aja si lima menit lagi bel istirahat akan berbunyi.
Setelah itu tak ada tanggapan lagi dari Faza. Mereka menghabiskan makanan mereka masing-masing. Menikmati cita rasa bakso yang khas pas di lidah mereka. Selang beberapa menit, Faza lebih dulu menghabiskan baksonya.
Sedang asik menyeruput es jeruk nipis yang telah ia beli. Matanya melihat ke seluruh penjuru kantin. Melihat bagaimana lautan-lautan zombie ini mendapatkan makanan yang mereka inginkan dengan cepat. Nampak meja kantin yang banyak sudah penuh terisi. Mereka yang baru datang melakukan segala cara agar mereka mendapatkan tempat duduk.
Ada yang membayar memakai uang, ya walaupun mereka semua rata-rata orang kaya. Tetap saja siapa yang tak mau uang? uang yang mereka tawarkan bukan sekedar 10 ribu. Namun, 100 ribu paling rendah hanya untuk mendapatkan tempat duduk. Faza hanya menggeleng melihat tindakan itu. Ada juga sebagian orang yang mengusir yang lemah. Entahlah, untung saja mereka duduk dipojok. Selain jauh dari pintu masuk kantin, duduk di pojokan juga tak bisa memandang siapa saja yang datang dari pintu kantin. Hanya untuk orang-orang yang tidak kepo saja yang bisa bertahan duduk di kantin.
Sedang asik menulusuri para zombie yang kelaparan, ia menemui salah satu zombie ganteng alias jodohnya yang menolongnya kemaren. Melihat itu fiks, pasti laki-laki itu jodohnya.
"Ra, raa raa." Panggil Faza menepuk nepuk lengan Fara heboh membuat sang empu terganggu menikmati makanan di depannya.
"Ish apaan si gua lagi menikmati cita rasa bakso mang Ujang ini." Kesal Fara melihat temannya ini menepuk-nepuk lengannya seperti orang kerasukan. Setan mana yang merasuki Faza?
"Itu tuh lu liat gak cowo yang baru masuk?" Tunjuk Faza membuat Fara melihat ke pintu masuk. Disana banyak terdapat cowok. Jadi cowok yang mana yang dimaksud curut satu ini?
"Iya banyak." Jawab Fara jujur yang membuat Faza kesal.
"Serius itu tuh yang pake hoodie." Tunjuk Faza lagi yang membuat Fara paham siapa yang Faza maksud.
"Kenapa emang?" Tanya Fara heran, mengapa ia menunjuk cowok itu.
"Itu jodoh gua njir, yang nolongin gua pas pingsan. Ternyata masih sama ya, sama-sama perfect. Malahan sekarang laki-laki itu tambah perfect di matanya.
"Itu yang gua bilang sepupu gua Zaa." Ucap Fara tak kalah heboh. Bagaimana tidak heboh, ternyata abang sepupunya ini yang menolong Faza ketika ia pingsan kemaren. Yang ia tahu abangnya ini sangat cuek sekali dengan lingkungan. Tidak peduli mau orang itu pingsan kek, sekarat. Ia pasti tidak akan peduli. Tapi apa ini? apa benar abangnya ini yang dimaksud oleh Faza? apa Faza salah orang? sungguh, ini kabar ter hot di keluarganya. Ia akan memberitahukan kepada sepupunya yang lain nanti.
"H-hah? seriusan? berarti yang tadi numpangin gua mamanya?" Tanya Faza kaget. Ya ampun emang bole semulus ini? jadi namanya Al? sepupu Fara? Omg betapa mudahnya bertemu dengan jodoh ini pikirnya.
"Iya Pajaa." Ucap Fara yang telah menyelesaikan makanannya. Ia sudah tak minat lagi menyantap makanan itu, kini fokusnya tertarik pada sahabat nya ini Fazatul Ilmi.
"Lu harus bantuin gua Ra buat dapetin hati dia." Mohon Faza kepada Fara dengan mengeluarkan mata puppy eyes nya. Menurut Fara, Faza kini seperti anak anjing yang kecebur got. Tidak ada imut-imutnya sama sekali.
"Huekkkkk, jangan gitu anjir gua alergi sama yang sok imut." Ucap Fara nyelekit. Nusuk ke uluh hati terdalam Ra.
Faza yang mendengar itu merubah mimik wajahnya menjadi sedih. Ia harus mengeluarkan bakat akting nya sekarang. Supaya bisa memikat hati Fara untuk mau membantunya dekat dengan sepupunya itu. Kali ini ia sangat butuh bantuan Fara.
"Ayolahh Ra, lu mah sama sahabat sendiri gitu." Ucap Faza tak mau menyerah.
"Kan lu udah direstuin mamanya, ya mudah aja lah. Bak kata orang 'jika kamu mau mengambil hati laki-laki, dekati dulu mamanya.'Jadi aman aja itu mah." Terang Fara panjang lebar.
Mendengar itu terbit senyuman di bibir Faza. "Oiya ya gua kan udah tau mamanya. Oke besti thank you much much udah kasi saran. Kalau berhasil gua bakal traktir lu dah." Ujar Faza dengan semangat. Hari ini ia bahagia sekali. Apa yang dikatakannya kemaren terbukti bukan. Jika bertemu lagi dengan laki-laki itu maka ia pastikan ia akan tahu namanya. 'Tunggu aku Alll i'm coming.' -batin Faza senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Perfect (End)
Genç KurguDia terlalu sempurna untuk diceritakan secara sederhana. He is perfect. Kamu pernah mendengar bahwa kita akan sempurna dimata orang yang tepat? Yap, Faza tengah mengalami hal itu. Faza melihat sosok laki-laki yang menolongnya itu seperti bidadara y...