Tiga minggu sudah berlalu. Tiga minggu juga Faza berhasil melewati masa-masa sulitnya. Selama tiga minggu ini juga tak ada interaksi antara Faza dan Tala. Tala bahkan tak menganggapnya ada. Faza kini belum sepenuhnya bisa menghilangkan perasaannya terhadap Tala. Kini mereka menjadi asing begitu saja.
Kalian pernah gak si masak nasi goreng terus kebanyakan ngasi garamnya terus jadi asing? ya begitulah Faza sekarang.
Faza masih cemburu melihat Tala yang selalu bermesraan dengan Alya. Tala selalu memperlakukan Alya layaknya queen. Faza iri, iri dengan Alya yang bisa mendapatkan hati Tala. Faza hanya bisa mengagumi Tala dalam diam. Tak berani berinteraksi seperti dahulu.
Kini mereka sudah berada di acara lomba cerdas cermat. Kondisi Faza kini jauh dari kata baik. Selama tiga minggu ini Faza jarang sekali tidur. Ia merelakan waktu tidur nya untuk belajar, belajar, dan belajar.
Tampak jelas kini mata gadis itu memerah. Kantung mata yang sangat jelas tanpa disamarkan dengan bedak atau pun fondation menambah keyakinan orang bahwa gadis ini belajar sepanjang hari. Faza sendiri sebenarnya ingin tidur normal. Namun, melihat semangat Ana belajar di subuh-subuh, Faza termotivasi dan ikut belajar pada waktu itu. Kata Ana kalau belajar subuh-subuh itu otak akan cepat menyerap apapun yang dipelajari bahkan dihafal.
Faza mencoba menerapkannya selama tiga minggu ini. Dan berhasil, Ana memberikan beberapa tips and trick agar Faza bisa dengan cepat menangkap pelajaran. Faza sangat berterimakasih kepada Ana. Jika ia tidak bertemu Ana mungkin saja ia tak akan belajar sekeras ini.
Bagi Faza kini belajar itu candu. Jika kita dapat menangkap pelajaran dengan mudah, maka kita pasti ingin belajar lagi, lagi, dan lagi. Begitulah yang dialami oleh Faza sekarang. Tak perlu kantung matanya yang sudah hitam. Sebenarnya Ana sudah menyuruh Faza untuk menyamarkan kantung matanya dengan fondation. Tapi Faza tak mau, ribet katanya.
Faza melihat ke sekeliling. Banyak siswa-siswi SMA lainnya. Faza takut nanti ia tak bisa menjawab soal. Faza takut nanti mendadak lupa.
"Ana!" panggil Faza.
"Apa?" tanya Ana santai.
Faza tak melihat raut gugup atau takut di wajah Ana. Mungkin karena Ana sering mengikuti lomba jadilah ia biasa saja.
"Gua takut!" ujar Faza lemas. Bahkan snack yang diberikan oleh panitia tadi tak bisa diterima oleh mulutnya.
"Gak usah takut. Percaya sama usaha, kan kita udah usaha. Pernah gak denger usaha tak akan mengkhianati hasil?" tanya Ana yang diangguki Faza.
"Nah percaya sama kata-kata itu. Terapin sama diri lu soal-soal itu mudah, mudah, mudah. Itu berpengaruh untuk kinerja otak lu nanti," terang Ana memberitahu.
Faza menghela nafas pelan. Ia akan menerapkan apa yang dikatakan Ana kepadanya.
'Oke Faza soal itu mudah, mudah, mudah! pasti lu bakal bisa jawab!' -batin Faza men sugesti dirinya.
Perihal posisi nanti ketika tampil ke depan. Tala berada di tengah-tengah, Ana berada di samping kiri Tala dan Faza berada di samping kanan Tala. Walaupun Faza berdampingan setiap harinya. Namun Tala tak pernah sekalipun mau berbicara dengannya. Tala akan terus berbicara dan berdiskusi dengan Ana.
Pernah sekali Faza ikut memberi pendapat di bidangnya sendiri. Namun, Tala tak meliriknya sedikit pun. Tala terus bertanya kepada Ana. Setiap Tala berdiskusi, Tala hanya berdiskusi dengan Ana saja. Tala tak menganggap Faza ada. Faza berfikir mungkin Tala tak mempercayai otak Faza. Ana berusaha melibatkan Faza terus menerus ketika mereka diskusi. Faza sangat berterima kasih untuk hal itu.
Perlombaan sudah berlangsung sejak satu jam tadi. SMA Bimantara mendapat sesi ke dua. Sesi pertama sebentar lagi akan usai. Faza menghirup rakus udara guna menghilangkan rasa gugupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Perfect (End)
Fiksi RemajaDia terlalu sempurna untuk diceritakan secara sederhana. He is perfect. Kamu pernah mendengar bahwa kita akan sempurna dimata orang yang tepat? Yap, Faza tengah mengalami hal itu. Faza melihat sosok laki-laki yang menolongnya itu seperti bidadara y...