√81 Tahap Pertama✓

90 24 5
                                    

Kini mereka tengah berada di kafe tempat dimana Faza bekerja. Yap, sehabis pulang sekolah, Faza langsung pergi bekerja begitu setiap harinya. Faza datang bersama Fara, dengan alasan Fara ingin duduk sejenak di kafe tempat dimana Faza bekerja. Faza dengan senang hati mengiyakan saja. Tak masalah, toh selagi tak mengganggu pekerjaannya ya sah-sah saja.

"Lu pesen apa Ra?" tanya Faza saat ia telah memakai celemek bewarna orange nya.

"Apa ya? yang enak apa? yang best seller gitu," tanya Fara bingung, ia sebenarnya hanya ingin mengantarkan sahabatnya ini sekaligus tak ingin kesepian di rumahnya.

"Eum apa ya? yang paling laku si ya nasi goreng buatan gua," ujar Faza sombong.

"Boleh dah, gua coba nasi goreng yang katanya PALING LAKU itu," balas Fara yang membuat Faza terkekeh pelan.

"Minum nya apa?" tanya Faza sambil menyatat pesanan sahabatnya itu.

"Jus Jeruk aja, yang manis ya mbak," jawab Fara yang diangguki Faza.

"Yaudah tunggu disini puan, saya pamit undur diri untuk membuatkan pesanan puan," pamit Faza ber akting layaknya pelayan kerajaan.

"Eh eh, nasi goreng sama jus jeruknya dua porsi," ujar Fara yang membuat Faza bingung.

"Buat saha satu lagi?" tanya Faza yang membuat Fara kesal.

"Bikinin aja sihh zaaa, bayi cacing gua udah demo ini. Laper guaaaaa," kesal Fara yang membuat Faza tertawa. Faza langsung pergi ke dapur untuk membuatkan pesanan sahabatnya itu. Kebetulan siang ini pelanggan sepi, hanya beberapa. Jadilah Faza bisa rileks sejenak.

Selang beberapa menit, Faza datang membawa pesanan Fara. "Ini puan, silahkan dinikmati hidangannya," ujar Faza sambil membungkuk membuat Fara tertawa ngakak.

"Bwahahaha encok ntar pinggang lu," ucap Fara yang masih tertawa.

Mendengar itu Faza hanya memutar bola matanya malas. "Yaudah gua tinggal dulu ye," ujar Faza yang akan pergi menuju dapur.

"Bentar elah, lagian gak ada pelanggan," ujar Fara yang membuat Faza menghela nafas pelan.

"Mau bersih-bersih gua," ucap Faza namun ditahan oleh Fara.

"Makan dulu, gua tau belom ada nasi yang masuk ke perut rata lu itu," ujar Fara menyodorkan satu piring nasi goreng yang di pesannya tadi. Yap, Fara sengaja memesan dua porsi nasi goreng untuk Faza. Ia tahu sahabatnya ini tak ada makan nasi sedari tadi.

"Gak usah lah, lu katanya laper," tolak Faza tak enak hati.

"Gak usah sok-sok an lu Za, lu kira gua raksasa bisa ngabisin dua piring nasi begini," terang Fara menatap Faza garang. Membuat sang empu terkekeh pelan.

"Iya-iya gua tadi sok-sok malu aje," kekeh Faza yang membuat Fara ikut tertawa.

Mereka menyantap nasi goreng dengan lahap. Faza bersyukur bisa mengisi perutnya dengan nasi. Jujur saja, walaupun tadi Fara memberinya roti itu tak dapat mengenyangkan perutnya yang sudah terbiasa dengan nasi. Harus dengan nasi baru kenyang, begitulah kira-kira prinsip perut Faza.

"Enak gak masakan gua?" tanya Faza sombong setelah menghabiskan nasi gorengnya.

"Lumayan," ucap Fara yang membuat Faza tertawa remeh.

"Yee bilang ae lu malu ngakuin masakan gua enak," sombong Faza.

"Bwahaha tau ae lu," ucap Fara tertawa mendengar ucapan Faza.

"Udah cocok belum jadi kakak ipar lu?" tanya Faza yang membuat Fara terkekeh geli.

"Bowleeeee," jawab Fara membuat mereka tertawa gembira.

"Eh btw Ra, gua mintak Instagram sama nomor WhatsApp jodoh gua dong alias kakak ipar lu," ujar Faza to the point.

Mendengar itu Fara hanya tertawa, ternyata sahabatnya ini serius dengan ucapannya. "Aman itu mah, ni instagram sama nomor WhatsApp nya, monggo disalin dulu," balas Fara memberikan handphone nya. Yap, Fara mendukung 10000% sahabatnya ini untuk berjodoh dengan sepupunya itu.

"Aaaa maaci bebbbb," heboh Faza langsung menyalin nomor WhatsApp dan Instagram jodohnya itu. Nah gini kalau punya sahabat tuh, berguna pikir Faza.

"Tapi jangan bilang dari gua, bisa mati gua ntar," ujar Fara memperingati, pasalnya ia tak mau berurusan dengan sepupu es kutubnya itu. Melihat muka datarnya aja Fara sudah merinding sendiri, apalagi berurusan dengannya.

Mendengar itu Faza hanya mengangguk mengiyakan. Bisa lah itu diatur pikirnya. Setelah selesai menyalin Faza memberikan handphone itu kepada sang pemiliknya.

"MAKASIII BEB MAKASIII BANYAK UDAH MEMPERLANCAR PDKT GUA," teriak Faza tanpa memperdulikan sekitarnya.

"Iye buset dah, bahagia bener lu deck. Awas ntar sakit atiii. Yaudah ah gua pulang dulu ya Ja," ujar Fara yang diangguki oleh Faza.

Faza tersenyum senang, kalau pakai orang dalam begini bisa cepat ini pikir Faza. Tahap pertama untuk mendekati jodohnya sudah terlaksana dengan baik dan benar. Tahap kedua tinggal mengirim pesan kepada jodohnya saja. Yap, nanti Faza akan mengurus itu lebih baik sekarang ia cepat menyelesaikan pekerjaannya.

Hari sudah menjelang sore, satu persatu pelanggan sudah mulai berdatangan. Faza juga sudah mulai berkecimpung dengan alat masaknya, setelah selesai Faza melihat jam yang menunjukkan pukul 06.00 sore. Rekan Faza yang sifht malam juga sudah datang. Langsung saja Faza memberikan beberapa kertas pesanan pelanggan yang belum ia kerjakan. Faza mulai bersiap-siap untuk pulang, tak lupa ia mampir ke sebuah warung untuk belanja kebutuhan dapur.

Jangan tanyakan mengapa Faza tak berbelanja di Indomaret atau Alfamart atau pasar modern lainnya. Hei, Faza tak sekaya orang-orang luar sana. Lebih baik ia membeli di warung saja. Setelah Faza selesai berbelanja keperluan dapurnya untuk seminggu, Faza langsung pulang menuju rumahnya dengan berjalan kaki. Karena langit belum menunjukkan sisi gelapnya, jadilah Faza memilih opsi untuk berjalan kaki saja.

Apakah perlu Faza merincikan perbelanjaannya tadi? agar readers tak kepo? tak perlu bukan? total Faza berbelanja tadi mencapai angka rp. 60.000. Hemat bukan? dengan uang segitu, Faza bisa makan selama seminggu. Yap, hidup sebagai anak kos ini harus pintar mengolah uang. Apalagi Faza tak ada tempat untuk meminta uangnya. Jadilah Faza sudah terbiasa dan sudah ahli dalam menghemat uang. Ya, sudah bisa lah dilamar jadi calon istri.

Sibuk melamun sampai tak sadar kalau dirinya sudah berada di depan kosannya. Baru saja ingin masuk, datang Ibu kosannya. Faza bingung ada perlu apa Ibu kos nya ini kemari? seakan teringat sesuatu, Faza dengan cepat melihat tanggal di handphone nya. Melihat tanggal yang tertera membuat Faza gelisah. Bagaimana tidak, sekarang sudah jatuh tempo dan Faza sama sekali belum membayar uang kos nya bulan ini. Habis lah dia, Faza tahu persis bagaimana karakter Ibu kos nya ini.

"Sore nak Faza," sapa Ibu itu ramah. Faza yang mendengar itu hanya tersenyum manis. Ibu ini ramah ketika akan meminta uang kos saja, lihatlah nanti jika Faza tidak memberikan uang nya maka Ibu ini akan teriak-teriak seperti orang kesetanan dan membuat Faza malu dengan tetangga kos nya. Sudah sering terjadi, jadilah Faza sudah terbiasa dengan hal ini. Tetangga kos nya pun hanya acuh mendengar Ibu kosnya berteriak seperti itu, sudah dimaklumi.

"Hehe i-iya Bu, ada apa Bu?" tanya Faza basa-basi. Entahlah bagaimana ini? uang di sakunya hanya tinggal rp. 173.000 saja. Mana cukup untuk membayar kosannya bulan ini. Sedangkan uang kosannya per bulan sebanyak rp. 350.000. Gajinya pun belum ia terima. Entahlah, Faza juga tak paham mengapa gajinya bulan ini belum diterima. Besok ia akan tanyakan kepada rekan kerjanya. Tapi sekarang bagaimana dengan Ibu ini? Faza sangat tau dengan Ibu ini, ia tak akan memberikan kesempatan walau satu hari. Bulan kemaren saja Faza menelpon Fara dan meminta tolong untuk membayarkannya. Tak mungkin bulan ini ia juga meminta tolong kepada Fara, hutangnya bulan kemaren saja belum lunas. Kepada siapa ia harus minta tolong?

He is Perfect (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang