√1764 Malioboro

49 19 0
                                    

Faza kini sudah berada di rumah Tala. Tadi ia ditawarkan tebengan oleh Aksa. Mengingat banyak barang yang harus dibawa jadilah Faza menerima bantuan dari Aksa.

Faza tengah menyusun baju-bajunya ke dalam lemari. Faza berfikir baju apa yang akan ia pakai besok untuk jalan bersama Aksa? Faza mulai mencari baju yang dirasa cocok untuk besok. Setelah semua sudah selesai, Faza mulai istirahat memejamkan matanya. Dirinya cukup lelah selama tiga minggu ini. Faza akan menyicil jam tidurnya yang kurang kemaren.

***

Kini Faza sudah siap dengan hoodie nya. Faza turun dan melihat Tala tengah bermain Ps seorang diri. Faza mendekat menuju Tala.

"Tala," panggil Faza. Namun Tala tak kunjung menjawab panggilannya. Faza menghela nafas pelan.

"Faza izin pergi ya Tala," pamit Faza. Sekali lagi, Tala tak menjawabnya.

Melihat Tala tak kunjung menjawab, Faza langsung pergi keluar. Tak ingin mengemis mendapatkan jawaban Tala. Perlahan rasa Faza kepada Tala akan pudar dengan sendirinya. Faza hanya butuh waktu.

Kini Faza berada di luar gerbang menunggu Tala. Tadi Tala sudah mengabarinya bahwa ia sebentar lagi akan sampai. Selang beberapa menit, Tala sampai menggunakan mobilnya.

Jarak dari mension Tala ke Malioboro lumayan jauh. Menempuh dua jam perjalanan. Karena itulah Tala membawa mobil. Berjaga-jaga kalau nanti hujan.

"Udah?" tanya Aksa yang diangguki Faza.

Mobil Tala kini melaju dengan kecepatan normal. Mereka memilih pergi di pagi hari supaya bisa lama menikmati pemandangan di Malioboro. Faza ingin menaiki becak di Malioboro. Sepertinya nanti ia akan mewujudkan keinginannya itu.

"Paza," panggil Aksa yang membuat Faza menoleh menatapnya.

"Congrast ya," lanjut Aksa yang membuat Faza menautkan alisnya bingung.

"Dalam rangka apa?" tanya Faza heran.

"Udah dapat medali emas kemaren," ujar Aksa yang membuat Faza membulatkan mulutnya membentuk huruf O.

"Kan kemaren udah di ucapin," ucap Faza.

"Emang gak boleh sering-sering?" goda Aksa menaik turunkan alisnya.

Faza yang melihat Aksa seperti itu terkekeh pelan. Hei, siapa yang mengajarkan Aksa seperti ini?

'Apalah dia apalah,' -batin Faza.

"Dih siapa yang ngajarin gitu?" tanya Faza.

"Paza!" jawab Aksa mantap.

"Yeuu engga ya!" ucap Faza yang mulai mengambil handphone nya.

"Paza mau poto ah! Aksa ikut gak?" ajak Faza yang sudah siap untuk berpose.

"Boleh," jawab Aksa yang membuat Faza membulatkan bola matanya kaget. Pasalnya Aksa tak pernah mau diajak berfoto ria oleh siapapun. Bahkan teman-teman nya pun susah untuk mengajak nya berfoto. Tapi barusan apa? kenapa Aksa mudah sekali diajak?

Faza menoleh menatap Aksa yang kini fokus menyetir. "Beneran?" tanya Faza masih tak percaya.

Mendengar itu Aksa menoleh menatap Faza. Sepersekian detik kemudian Aksa tertawa melihat ekspresi wajah Faza yang lucu. Kenapa gadisnya ini lucu sekali? Aksa ingin cepat-cepat memiliki gadis ini.

Mendengar Aksa tertawa Faza menatap Aksa heran. Apa yang lucu? apa bedaknya luntur? atau lipstik nya berantakan? apa blush on nya ketebalan? Faza buru-buru melihat kamera di dalam handphone nya.

He is Perfect (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang