√400 Pukulan Panci Maut

66 23 0
                                    

Tengah sibuk melihat-lihat apa yang akan dimasaknya. Setelah beberapa menit, Faza menemukan beberapa bahan-bahan makanan yang bisa cepat masak. Ia mengambil beberapa bahan makanan yang akan dimasaknya. Baru saja ingin menutup pintu kulkas ia dikejutkan dengan Tala yang sudah berdiri melihatnya dengan tatapan datar.

"Astaga Tala!" kaget Faza memegang dadanya. Sepertinya hobi Tala ini suka mengejutkan orang ya? untung saja Faza tak mempunyai riwayat jantungan. Coba jika dia mempunyai riwayat jantungan pasti sekarang ia sudah beda alam. Biadab emang, untung ganteng pikir Faza.

Melihat Tala yang hanya diam bak patung pancoran membuat Faza heran. Ini Tala atau bukan? apa ini setan yang menyerupai Tala? mengingat mension Tala yang besar namun minim penghuni membuatnya was-was.

"I-ini Tala kan?" tanya Faza hati-hati. Namun, orang itu tak kunjung menjawab.

'Oke Paza lu harus berani, okee tenang-tenang,' -batin Faza mencoba memberanikan dirinya.

Faza mulai mundur menghilangkan rasa takutnya. Lalu ia mengambil panci yang ada di atas meja dapur. Dengan gerakan secepat kilat Faza langsung memukul setan yang menyerupai jodohnya itu.

"Mampus lu! dasar setan! lu kira gua takut sama lu hah? malah pake nyamar jadi Tala lu! mamam nih serangan panci ala Faza!" ucap Faza emosi dibarengi dengan memukul setan tersebut dengan sekuat tenaganya.

"Awhhh woi! ini gua Tala!" ringis Tala menahan sakit akibat pukulan panci maut gadis aneh ini.

"Alah, lu boongin gua! dasar setan tukang boong!" kesal Faza yang tetap memukul setan itu dengan pancinya. Tanpa menghiraukan setan itu meringis kesakitan.

Tala yang diserang seperti itu menahan rasa sakitnya. Lalu dengan cepat ia menangkap tangan gadis itu agar tidak memukulnya lagi. Dan dapat!

"Awhh u-udah," lirih Tala menahan sakit di lengannya. Sungguh tenaga gadis ini tidak bisa diremehkan.

"Eh? ini beneran Tala?" tanya Faza ketika tangannya ditahan oleh setan itu. Jika itu setan tak mungkin bisa menahan tangannya.

"Iya," ujar Tala yang membuat Faza membulatkan bola matanya kaget.

"J-jauhin dulu pancinya," ucap Tala takut nanti penyakit gadis ini kambuh lagi. Sepertinya gadis ini tidak hanya aneh tapi juga gila pikirnya.

Mendengar itu Faza langsung menjauhkan panci tersebut meletakkannya ke tempat semula. Faza sadar akan kesalahannya, ia meringis menatap wajah Tala yang menahan kesakitan. Faza tahu pasti ini rasanya sangat sakit.

"Ma-maaf Tala, tadi Paza kira setan," ucap Faza tulus yang tidak direspon oleh Tala. Membuat Faza tambah merasa bersalah.

"Sini Paza obati, Tala duduk disini ya!" seru Faza lalu pergi mengambil kotak P3K. Setelah mendapatkan kotak itu Faza langsung saja duduk disamping Tala.

Faza melihat lengan Tala yang sudah merah membuatnya bergidik ngeri. Hasil dari pukulan pancinya ternyata bahaya juga. Faza menatap jodohnya prihatin. 'Apa Tala marah?' -batin Faza. Faza mulai mengobati Tala dengan hati-hati.

"Awsh, pelan-pelan," ringis Tala menahan sakit.

"M-maaf Tala, tahan bentar ya!" ucap Faza lalu lanjut mengobati jodohnya ini.

Selang beberapa menit, Faza sudah selesai mengobati Tala. Ia mulai membereskan kotak P3K nya.

"Tala ngapain tadi disana diem kayak patung?" tanya Faza penasaran.

"Nyari makan," ucap Tala menatapnya datar.

"Terus kenapa tadi pertanyaan Paza gak Tala jawab? kan jadinya Paza kira setan soalnya diam-diam bae," terang Faza yang tak mau jodohnya ini salah paham dan berakhir marah kepadanya.

He is Perfect (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang