Bab 5

1.2K 29 0
                                    

"Owalah kenalin aku Aina Najwa Salsabila panggil saja Aina," ucap Aina menjabat tangan Mahreen.

"Nggih ukhtyna Aina," ucap Mahreen.

"Oh ya beresin barang-barang kamu yuk boleh kan?" tawar Aina.

"Eh gak usah takut merepotkan," ucap Mahreen.

"Enggak papa Mahreen lagian gak merepotkan iya kan Diba?" tanya Aina.

"Aku gak enak sama kalian tapi makasih ya," ucap Mahreen.

"Nggih sami-sami mulai sekarang kamu sahabat kami jadi apapun itu kami tetap bersama kamu," ucap Aina.

"Iya Mahreen jangan sungkan-sungkan untuk minta tolong sama kami atau mau cerita ndak masalah kok pasti kami dengerin," timpal Adiba.

"Terimakasih ya sudah mau jadi sahabat Mahreen," ucap Mahreen.

"Sami-sami" ucap keduanya bersamaan.

Mereka pun membantu Mahreen untuk merapihkan barang-barangnya tak terasa waktu adzan dzuhur sebentar lagi akan di kumandangkan.

"Eh iya udah mau adzan dzuhur nih ngambil wudhu yuk biar nanti bisa ngambil shaf paling depan," ajak Aina.

"Eh iya juga ya gak kerasa udah mau dzuhur ya sudah ayo keburu penuh nanti sama santriwati lainnya," Mahreen dan Aina mengangguk mengiyakan kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu di karenakan hari ini adalah hari ahad jadi sekolah di liburkan seminggu sekali.

Sesampainya di kamar mandi nampak sedikit yang ada di kamar mandi sudah rutinitas para santri menyempatkan untuk mencuci pakaian.

"Alhamdulilah masih ada kelonggaran," ucap Adiba mereka pun bergilir satu persatu mengambil air wudhu.

Setelah mengambil air wudhu mereka bersama-sama ke asrama untuk memakai mukena.

Setelah semua siap mereka pun keluar asrama tak lupa membawa kitab di pesantren Al Mustafid setiap ba'da dzuhur di wajibkan untuk mengikuti kajian kitab kuning.

Adiba, Mahreen, dan Aina mengambil shaf paling depan kebetulan hanya beberapa santriwati yang baru saja di masjid melaksanakan sholat sunnah ataupun sekedar tadarus al-qu'ran ada pula yang murojaah hafalan dan lain-lain.

"Sini Mahreen Aina," ajak Adiba kedua sahabatnya itu mengikuti arah Adiba.

Mereka pun ikut tadarus al-qu'ran sembari menunggu adzan dzuhur berkumandang.

Adzan dzuhur pun berkumandang nampak semua santri sudah memenuhi masjid yang ada di pesantren Al Mustafid masjid yang besar maklum saja santrinya pun sekitar seribu santri jadi wajar saja masjidnya sering kali di renovasi untuk melebarkan masjid itu agar bisa menampung banyak santri.

Tak lama mereka pun melaksanakan sholat dzuhur berjama'ah kali ini imam sholat di isi oleh putra dari pemilik pesantren Al Mustafid.

Suara yang merdu membuat siapapun terhanyut bahkan terkagum-kagum dengan sosok Gus muda ini dia adalah Gus Azzam.

Setelah sholat dzuhur di lanjutkan dengan dzikir dan doa.

Kini semua santri berbaris di masjid untuk mengikuti kajian kitab kuning yaitu kitab ta'lim muta'alim.

Yang mengisi kajian siang ini adalah Gus Azzam banyak para santriwati antusias mengikuti kajian yang di isi oleh idola mereka di pesantren Al Mustafid.

Satu jam berlalu kajian pun selesai di tutup dengan doa setelah itu semua santri kembali ke asramanya masing-masing.

Di asrama

"Ma Syaa Allah aku kagum banget sama suami aku udah tampan, faham agama, hafidz qur'an idaman aku banget," ucap Aina membayangkan wajah Gus Azzam.

"Kamu tau gak bahasa jawanya depan?" tanya Adiba.

"Ngarep," jawab Aina.

LENTERA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang