Bab 10

1K 26 0
                                    

"Ide bagus tuh," Adiba dan Aina pun menyetujui saran Mahreen mereka pun antusias untuk murajaah hafalan.

Tak berselang lama Nesa dan kedua temannya masuk ke dalam kelas.

"Hai guys," sapa Nesa.

"Berulah lagi nenek lampir," gumam Aina.

Mata Nesa melihat Aina yang sedang sibuk dengan dzikirnya kemudian Nesa mengkode kedua temannya untuk menghampiri Mahreen.

"Kamu anak baru ya?" tanya Nesa dengan gaya lebaynya jujur saja Mahreen yang melihat hal itu rasanya ingin muntah akan tetapi dia bersikap tenang.

"Iya" jawab Mahreen bukan Aina dan Adiba saja yang melihat Nesa akan tetapi semua murid yang ada di dalam kelas perhatiannya berpindah ke arah Nesa dan Mahreen.

"Kenalin aku Nesa ini Dita dan juga Ajeng kamu siapa?" tanya Nesa sambil mengulurkan tangannya.

_"Sok berlagak baik kamu Nesa awas aja kamu kalo sampe macem-macem sama sahabat aku,"_ batin Aina.

"Mahreen," jawabnya singkat.

"Jangan lupa ya kalo di sini aku yang jadi wakil ketua kelas jadi jangan macem-macem ya di sini," ucap Nesa.

"Oke," Nesa yang mendengar jawaban Mahreen yang begitu singkat hanya mendengus kesal.

"Sok cool banget kamu jangan sok polos deh kalo di sini jangan-jangan emang kamu udah gak suci pake sok suci segala ups," ejek Nesa.

Deg!

Rasanya Mahreen ingin emosi akan tetapi dia harus tetap sabar menghadapi sikap orang yang ada di hadapannya itu.

Sedangkan Aina dan Adiba yang ingin marah pun di tahan oleh Mahreen.

"Oh begitu saya rasa kamu perlu di jaga ucapanmu itu baik-baik siapa tau kebalik sama diri kamu sendiri dan saya ingatkan sama kamu untuk di jaga ucapannya ya kalau kamu belum tau saya bagaimana dan..." ucapan Mahreen terhenti sejenak.

"Dan satu lagi jangan pernah menyombongkan diri sendiri karena itu akan membuat kamu menyesal di kemudian hari," Mahreen mengucapkan kalimat terakhirnya kemudian kembali fokus berdzikir tanpa menghiraukan Nesa dan kedua temannya.

Nesa bungkam dia memilih untuk pergi karena sudah di soraki satu kelas.

_"Tunggu saja aku bakal buat perhitungan sama kamu karena kamu sudah membuat aku malu di depan semua orang,"_ batin Nesa kemudian duduk di tempatnya sedangkan Aina dan Adiba hanya mengutuki Nesa mereka tertawa puas melihat Nesa yang menahan rasa malu.

"Mampus emang enak di bilang gitu hebat banget kamu Reen bikin dia diem salut aku sama kamu," puji Aina.

"Kalo pake emosi gak bakal menyelesaikan masalah cukup dengan cara dingin pasti gak bakal panjang masalahnya," ucap Mahreen.

"Bener tuh," timpal Adiba.

Tak lama bel masuk pun berbunyi sebelum guru masuk semua murid mulai tadarus al-qu'ran selama sepuluh menit.

Setelah selesai tadarus mereka pun menunggu guru yang akan mengajar di pesantren Al Mustafid di wajibkan untuk sekolah jika ketahuan bolos akan di takzir (di hukum).

Lima menit berlalu seorang laki-laki tampan masuk ke dalam kelas dia adalah Gus Azzam.

"Assalamualaikum," sapa Gus Azzam.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab semua murid.

"Selamat pagi dan selamat untuk menghadapi sekolah lagi baik mungkin di antara kalian mungkin beberapa sudah mengenal saya dan ada juga belum mengenal saya maka kesempatan kali ini izinkan saya memperkenalkan diri perkenalkan saya Muhammad Azzam Al-Hafidz saya lulusan S2 di kairo sekarang saya akan menggantikan posisi Ustadz Hasan sebagai guru al-qur'an hadits dan bahasa arab karena beliau sudah tidak mengajar di sini jadi mulai sekarang saya akan menggantikan beliau dan saya harap kalian bisa belajar dengan semangat lagi  jika ada yang melanggar perintah saya akan saya hukum selagi itu baik maka jalankan ada waktunya jika ingin bercanda terimakasih," banyak dari kaum hawa berbisik membicarakan Gus idola mereka sedangkan Mahreen sedari tadi hanya menunduk karena rasa penasaran yang menyeruak akhirnya Mahreen melihat laki-laki yang sedang berbicara di depan kelas.

LENTERA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang