"Aduh sakit," rintih anak perempuan itu dengan sigap Mahreen membantu anak kecil itu.
"Ya allah dek hati-hati ya jangan lari-lari jadi luka sini mbak obatin kakinya mau ya?" terlihat anak kecil itu menggelengkan kepalanya.
"Kakinya luka dek ayo mbak obatin nanti takut kenapa-kenapa," setelah beberapa kali di bujuk akhirnya anak itu mau menuruti Mahreen.
Mahreen membawanya ke asrama untuk di obati.
"Tahan ya dek," tidak ada pergerakan dia sedari tadi memperhatikan Mahreen mengobati lukanya lalu tersenyum ke arah Mahreen.
"Nah udah selesai masih sakit dek?" tanya Mahreen.
"Enggak mbak," jawabnya.
"Rumahnya dimana dek biar mbak anterin,"
"Anterin ke rumah nenek," tanpa berfikir panjang Mahreen menyetujui permintaan anak kecil itu.
"Siapa namanya dek?"
"Sakila mbak," Mahreen merasa bingung mengapa dirinya di bawa ke ndalem apakah dia cucu dari abah Raidan dan umi Alimah? Pikirnya.
"Assalamualaikum,"
Tak berapa lama munculah sosok wanita paruh baya menghampiri mereka berdua.
"Ya Allah Kila kakinya kenapa sayang?" tanya umi Alimah.
"Tadi Kila lari umi jadi Kila jatuh," ucap Sakila.
"Ya allah nak hati-hati ya kan jadi luka begini," terlihat dari raut wajah umi Alimah mencemaskan Sakila.
"Iya nenek sekarang udah gak papa kok karena mbak ini udah ngobatin Kila," umi Alimah melihat ke arah Mahreen yang masih menunduk.
"Makasih ya nduk udah ngobatin cucu umi," ucapan umi Alimah membuat Mahreen terkejut.
_"Jadi Sakila cucu dari umi Alimah ya allah aku ndak tau kalo dia cucu kiyai di pesantren ini,"_ batin Mahreen.
"Nduk!"
"Eh iya umi,"
"Lagi mikirin apa?"
"Ndak ada umi ya sudah Mahreen ke asrama dulu ya umi masih ada yang mau Mahreen kerjakan," ucap Mahreen.
"Nggih silahkan,"
******
Mahreen pergi ke sebuah taman dia masih memikirkan kejadian tadi perasaan yang penuh dengan pertanyaan.
"Siapa anak itu?"
"Tadi umi bilang itu cucunya apakah Gus Azzam sudah menikah atau jangan-jangan seorang duda?"
Pikirannya kemana-mana memikirkan anak perempuan yang bernama Sakila itu.
Setelah beberapa lama di taman akhirnya Mahreen kembali ke asrama.
******
Malam ini adalah malam ahad seperti biasa semua santri berkumpul di aula pesantren mengikuti kegiatan tilawatil qur'an.
Saat di perjalanan tak sengaja Mahreen dan kedua sahabatnya bertemu dengan sosok laki-laki tampan berperawakan tinggi melewati mereka.
"Ma Syaa Allah," gumam Aina.
"Kenapa Ai?" tanya Mahreen heran.
"Ada pangeran tampan lewat," bisik Aina.
Mahreen pun tak sengaja melihatnya begitu juga dengan laki-laki itu pandangan mereka saling bertemu akan tetapi Mahreen segera menundukkan pandangannya.
"Astaghfirullah Aina dosa jaga pandangannya," tegur Mahreen.
"Astaghfirullah apa yang aku buat tadi ya allah," ucap Aina.
"Kebiasaan Aina gak di tegur udah kebablasan aja nih anak coba kalo di liat sama abah udah takzir," gerutu Adiba.
"Ya maaf abisnya ngeliat Gus Azzam ngerasa ngeliat pangeran tau tampan banget,"
"Udah-udah berantemnya nanti aja nanti keburu di marahin sama umi," mereka pun akhirnya berjalan ke aula pesantren.
******
Awan begitu mendung menandakan hujan akan segera turun dari langit hatinya menjadi gusar karena dia masih berada di dalam kelas.
"Ya Allah gimana ini pakaian aku bakalan basah semua," gumamnya tak berselang lama bel pulang pun berbunyi.
"Huh untung saja belum kehujanan," ucap Mahreen setelah itu awan menjadi cerah kembali.
Mahreen pun memutuskan untuk kembali ke asrama karena sudah di rasa cuaca terang.
Setelah makan siang Mahreen memutuskan untuk tidur siang karena dia sangat mengantuk sedangkan Adiba dan Aina pergi ke warung karena ingin membeli sesuatu.
Saat ingin terlelap tidur tiba-tiba hujan mengguyur dengan secepat kilat Mahreen pergi ke jemuran.
Saat sampai di sana terlihat pakaiannya banyak berjatuhan di tanah.
Mahreen terpaku di tanah memegangi pakaiannya matanya berembun hujan semakin deras turun bayangkan saja butuh 3 hari dia mencuci karena harus bergantian jemuran dengan sahabatnya.
"Ya allah," tanpa berfikir panjang Mahreen segera memunguti pakaiannya ke dalam ember miliknya mencucinya kembali membersihkan kotoran yang menempel di pakaian miliknya.
Setelah semua pakaiannya bersih tak lupa dia menambahkan pewangi yang di belikan bundanya setelah itu dia membawa hanger untuk di bawa ke tempat penyimpanan barang-barang di teras luar dia menggantungkan pakaiannya katanya tempat itu di khususkan untuk menjemur pakaian yang masih basah.
"Ya Allah semoga pakaian aku tidak ada yang menggeser semoga cepat kering Aamiin," Mahreen menengadahkan tangannya.
Ada dua waktu dimana kita berdoa allah mengabulkan yaitu di waktu adzan berkumandang dan saat hujan turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA PESANTREN
Novela JuvenilCinta ? Allah selalu mempunyai cara untuk mempertemukan seseorang terkadang apa yang kita rencanakan belum tentu terjadi seperti kisah seorang gadis cantik bernama Mahreen Shafana Almayra tiba-tiba di khitbah oleh seorang Gus tampan di pesantren Al...