Bab 26

944 25 0
                                    

Gus Azzam yang gemas akhirnya dia memberanikan diri untuk memegang tangan Mahreen jantung mereka tidak terkontrol terus berdentum ingin melompat dari sarangnya.

Akhirnya dengan keberanian Gus Azzam Mahreen mencium punggung tangan Gus Azzam dengan takzim Gus Azzam sembari memegang kepala istrinya merafalkan doa setelah selesai di lanjutkan menyematkan cincin di jari masing-masing.

Semua sudah selesai para tamu undangan memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai pernikahan Azzam dan Mahreen di gelar sangat meriah Yusuf mengundang semua koleganya semua santri di pondok pesantren Al Mustafid teman-teman dari Aisyah dan masih banyak lagi rumah Yusuf mampu menampung seribu orang jadi masih muat untuk di tempati.

"Aaaaa mama pengen nikah," pekik Aina membuat semua orang tertuju padanya dengan segera Adiba menutup mulut Aina.

"Astaghfirullah Ai ngapain teriak? Liat tuh banyak yang ngeliatin" ucap Adiba pelan Aina melihat semua orang matanya tertuju padanya sungguh Aina malu andai bisa menghilang sudah dari tadi Aina menghilang.

"Maaf semuanya," ucap Adiba semua orang kembali mengobrol ada yang melanjutkan makan mereka yang sempat terhenti.

"Selamat ya dek akhirnya adek abang udah nikah aja," ucap Zidan.

"Makasih bang cepet nyusul udah tua tuh umur," ledek Mahreen.

"Enak aja di bilang tua masih cakep gini banyak tuh yang ngantri mau jadi istri abang," ucap Zidan dengan percaya dirinya.

"Pede banget bang," ucap Mahreen.

"Pede itu harus dek daripada selalu insecure," ucap Zidan.

"Iya deh abangku yang paling ganteng tuh Adiba cocok loh sama abang," Zidan melihat ke arah Adiba ya kalian tau Adiba salah tingkah.

"Apaan sih Reen?" jujur saja rasanya dia ingin pergi dari tempat itu namun keadaan tidak mendukungnya dia terkejut kala mendengar ucapan Zidan.

"Boleh sih jadi istri abang," celetuk Zidan.

_"Ya Allah salting aku rasanya pengen terbang gak salah denger kan aku? Gak mimpi kan aku?"_ batin Adiba tanpa sadar dia tersenyum dan di perhatikan oleh Zidan.

"Kiw-kiw abang Zidan halalin adek bang," ledek Alfares.

"Maaf ya Res gua masih normal mending sama Adiba daripada sama sepupu kayak lo masih doyan cewek," ucap Zidan membuat dia semakin meledek Adiba dan Zidan.

Banyak yang bersiul meledeki Adiba dan Zidan.

"Kuy halalin bang," celetuk Azzam.

"Oke tunggu bentar," Zidan berinisiatif naik ke panggung.

"Tes tes satu dua tiga Assalamualaikum di depan kalian semua saya ingin menyampaikan sesuatu," ucap Zidan.

"Abang kenapa di panggung yah?" tanya Aisyah yang bingung dengan tingkah putranya.

"Ayah juga gak tau bun dengerin aja apa yang mau dia sampaikan,"

"Untuk Adiba Khanza Az-Zahra untuk naik ke panggung," Adiba yang merasa terpanggil namanya melihat ke arah Zidan.

"Reen Ai," Adiba melihat ke arah kedua sahabatnya bergantian.

"Udah naik aja gih," ucap Aina tersenyum.

Dengan perasaan yang gugup Adiba naik ke panggung kini mereka saling berhadapan tetapi Adiba masih menunduk sedangkan Zidan dia tersenyum ke arah Adiba dengan mikrofon yang masih di pegang oleh Zidan dia pun mulai berbicara.

"Saya mencintai kamu Adiba maka dari itu saya ingin kamu menjadi istri saya you will marry me Adiba Khanza Az-Zahra?" Adiba tidak bisa mengekspresikan wajahnya dia menangis terharu sosok laki-laki yang dia cintai selama tiga tahun ini dalam hatinya berucap rasa syukur yang amat dalam.

LENTERA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang