Bab 40

700 16 0
                                    

"Hati-hati kenapa?" tanya Zahwa yang masih bingung.

"Ya hati-hati aja gitu nanti ning tau sendiri kok," ucap Mahreen berlalu pergi meninggalkan Zahwa.

"Hati-hati? Maksudnya apa ya?" gumam Zahwa kemudian melanjutkan perjalanannya ke asrama.

******

Satu minggu berlalu tak terasa Zahwa berada di pesantren tidak henti-hentinya dia mendekati Azzam Zahwa tidak mengetahui tentang pernikahan Azzam dan Mahreen karena ini titah dari umi Alimah tidak ada satupun santri yang memberitahu tentang pernikahan anaknya sampai keluarga ndalem yang mengatakannya.

Sore hari ini seperti apa yang mereka janjikan Mahreen, Adiba, dan Aina pergi ke kantin koperasi untuk membeli camilan.

"Mas aku ke kantin dulu ya mau beli camilan di kantin koperasi boleh kan?" tanya Mahreen ketika berada di ruang keluarga sembari menonton televisi.

"Sendiri aja atau di temenin sayang?" tanya Azzam.

"Di temenin kok mas tenang aja Adiba sama Aina nemenin aku," jawab Mahreen.

"Oh gitu perlu mas temenin sayang?" tanya Azzam.

"Gak usah mas udah ada Adiba sama Aina kok pasti mereka jagain aku," ucap Mahreen.

"Ya sudah kamu hati-hati ya sayang jangan beli makanan sembarangan ya mas gak mau istri mas kenapa-kenapa," ucap Azzam.

"Makasih mas ya udah aku ke asrama dulu ya mas assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," Mahreen pun keluar dari ndalem menuju ke asrama.

Sesampainya di asrama Siti Fatimah Mahreen mengetuk pintu asrama.

Tok Tok Tok

"Assalamualaikum," sapa Mahreen.

Sedangkan di dalam asrama Adiba dan Aina sedang memakai hijab.

"Waalaikumsalam sebentar Reen Dib buka pintunya aku lagi masang jilbab kamu kan udah selesai makenya," ucap Aina Adiba pun berjalan untuk membukakan pintu.

Ceklek!

Pintu terbuka terlihat Mahreen berdiri di depan pintu menunggu kedua sahabatnya.

"Ayo masuk Reen," Mahreen mengangguk kemudian masuk ke dalam mengikuti sahabatnya.

"Kalian udah siap?" tanya Mahreen.

"Udah dong bumil," ucap Aina.

"Ya udah yuk kita beli jajan," ajak Mahreen mereka pun keluar dari asrama menuju ke kantin koperasi.

Saat di perjalanan Mahreen dan kedua sahabatnya bertemu dengan Zidan dan juga Alfares.

"Assalamualaikum," sapa Zidan dan Alfares bersamaan.

"Waalaikumsalam,"

"Mau kemana dek?" tanya Zidan sedangkan matanya sesekali melirik Adiba sekilas.

"Mau beli jajan bang abang sendiri mau kemana?" tanya Mahreen balik.

"Abang sama Ares mau ke kantin juga bareng aja dek," ucap Zidan.

"Boleh banget bang ya udah yuk kita berangkat," mereka berlima pun berjalan ke arah yang sama.

Sesampainya di kantin koperasi terlihat seorang gadis sedang duduk di kantin koperasi.

"Assalamualaikum," sapa mereka.

"Waalaikumsalam eh kalian ayo duduk," mereka pun duduk dan memesan makanan.

"Mau pesen apa?" tanya bi Ima.

"Aku pesen pisang coklat sama air putih biasa ya bi kalo kalian mau apa?" tanya Mahreen.

"Kita samain aja Reen," ucap Aina.

"Ya udah kalo minumnya?" tanya Mahreen lagi.

"Es campur," ucap Adiba.

"Es dawet satu," ucap Aina.

"Abang mau apa bang?" tanya Mahreen.

"Saya pesen tekwan satu sama es teh ya bi," ucap Zidan.

"Nak Ares mau pesen apa?" tanya bi Ima.

"Saya pesen bakso sama es teh satu bi," ucap Alfares.

"Ya sudah di tunggu ya pesanannya," ucap bi Ima mereka semua mengangguk.

"Eh itu bukannya ning Zahwa ya?" tunjuk Aina.

"Iya ya tumben dia sendirian ajak aja ngumpul bareng kita," ucap Adiba sedangkan Mahreen, Zidan, dan Alfares hanya melirik sekilas.

"Ning Zahwa!" panggil Aina.

"Sini ning kita ngumpul bareng," ajak Aina.

"Eh ndak usah makasih ya tawarannya ini mau balik ke asrama kok," ucap Zahwa.

"Owalah ya sudah kalo begitu," ucap Aina.

Setelah pesanan selesai mereka pun memakan makanan yang mereka pesan tadi.

******

"Assalamualaikum," ucap seseorang.

"Waalaikumsalam ada apa ya?"

"Ini ning ada titipan dari seseorang buat Gus Azzam," ucap gadis itu.

"Dari siapa?" tanya Mahreen.

"Maaf ning ndak bisa ngasih tau saya permisi assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

"Dari siapa ya atau mas Azzam lagi nitip paket?" gumam Mahreen.

Sore ini Mahreen mendapati sebuah kotak berwarna merah muda dengan pita berbentuk love tanpa ada nama pengirimnya.

"Sebaiknya aku kasihkan sama mas Azzam biar dia yang buka aku juga pengen tau dari siapa paket ini," Mahreen pun menemui suaminya yang sedang duduk di ruang keluarga membaca kitab kuning.

LENTERA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang