Bab 38

670 14 0
                                    

Sampailah dia di sebuah taman Mahreen duduk di taman yang ada di pesantren menumpahkan semua rasa sedihnya.

"Kuatkan hambamu ini ya rabb hamba tau  di dalam setiap pernikahan pasti ada cobaan dalam rumah tangga," lirihnya.

Sementara seseorang sedang memperhatikannya dari kejauhan dia merasa sedih akan keadaan Mahreen.

"Jangan sedih nak umi selalu mendukung kamu umi tidak akan membiarkan siapapun yang ingin merusak rumah tangga anak umi," gumam wanita itu dia adalah umi Alimah.

******

Keesokan harinya seperti biasa Mahreen menjalankan rutinitas di pesantren walaupun dia sedang mengandung tidak ada alasan untuknya bermalas-malasan untuk belajar agama.

"Ayo semangat Reen," gumam Mahreen.

"Assalamualaikum dek," sapa Zidan.

"Waalaikumsalam bang," balas Mahreen.

"Tumben sendirian di luar Azzam kemana? biasanya berdua aja" tanya Zidan.

"Mas Azzam lagi pergi bang gak tau pergi kemana bentar lagi juga pulang kok," jawab Mahreen.

"Owalah gitu mau abang temenin gak?" tanya Zidan.

"Boleh bang udah lama banget Aren gak ngobrol sama abang enaknya di dalem aja bang," ajak Mahreen.

Mereka pun masuk ke dalam duduk di ruang keluarga sembari mengobrol.

Mahreen tidak menampakkan kesedihannya dia tidak ingin abangnya mengetahui dia tidak ingin masalah rumah tangganya di ketahui keluarganya.

"Dek" panggil Zidan karena tidak ada sahutan dari Mahreen Zidan melambaikan tangannya membuyarkan lamunan adiknya.

"Eh kenapa bang?" tanya Mahreen tersadar dari lamunannya.

"Adek baik-baik aja kan gak ada masalah kan sama Azzam?" tanya Zidan.

"Gak ada kok bang aman-aman aja," jawab Mahreen.

"Yakin nih gak ada yang di tutupin?" tanya Zidan.

"Iya abangku sayang," Mahreen mencubit pelan pipi abangnya.

_"Maafin Mahreen ya bang udah bohong sama abang tentang masalah Mahreen yang lagi melanda Mahreen selagi Mahreen bisa ngadepinnya Mahreen pasti kuat bang,"_ batin Mahreen tersenyum ke arah abangnya itu.

"Keponakan uncle lagi apa nih di dalam?" ucap Zidan berbicara dengan bayi yang ada di dalam perut Mahreen sembari mengelus perut adiknya.

"Lagi main bola uncle," Mahreen menirukan suara khas bayi membuat Zidan gemas.

"Abang kapan nikah bang? kasian Adiba nungguin abang" tanya Mahreen.

"Nanti nunggu orang tuanya balik dari luar kota katanya sih bulan depan baru pulang," jawab Zidan.

"Lama banget bang tapi abang yang sabar ya,"

"Iya dek selalu sabar walaupun kadang suka gak sabar haha," ucap Zidan.

"Bang Ares kemana bang tumben gak ikut abang?" tanya Mahreen.

"Ares lagi mandi tadinya mau ngajakin Ares cuma nungguin dia lama jadi abang kesini sendirian," jawab Zidan.

"Oh gitu bang sahabat Aren suka sama bang Ares gimana mereka kita jodohin aja bang?" usul Mahreen.

"Abang sih mau-mau aja jodohin mereka tapi entah gimana Alfares aja emang siapa yang suka sama Alfares?"

"Aina bang,"

"What serius emang sanggup ngadepin sikap Ares yang bar-bar gitu?" ledek Zidan.

"Siapa tau lah bang Aina sanggup lagian mereka cocok Aina juga bar-bar cerewet jadi cocoklah sama bang Ares," ucap Mahreen.

Saat sedang asyik mengobrol datanglah Azzam.

"Asyik banget ngobrolnya ikutan dong," ucap Azzam Mahreen yang malas dengan Azzam hanya senyum terpaksa.

"Eh Azzam iya nih sini gabung sama kita," ucap Zidan.

Azzam pun duduk di samping Mahreen.

"Bahas apa bang?" tanya Azzam.

"Ini nih bahas keponakan abang," ucap Zidan.

"Oh begitu," saat sedang mengobrol tiba-tiba di luar seseorang sedang mengucapkan salam.

LENTERA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang