Bab 41

678 14 0
                                    

"Mas"

"Ndalem sayang?"

"Nih ada paket dari seseorang aku juga gak tau dari siapa makanya aku gak berani buka karena itu buat mas," ucap Mahreen memberikan paket itu.

"Dari siapa sayang?" Mahreen mengangkat bahunya menandakan dia tidak tahu karena penasaran Azzam segera membuka kotak itu.

Terlihat isi kotak itu berisi jubah putih dan sorban putih tak lupa dengan tasbih digital yang di berikan untuk Azzam.

"Bagus banget hadiahnya mas eh sebentar," Mahreen menemukan sepucuk surat di bawah jubah kemudian membukanya dan membaca isi surat itu.

_Assalamualaikum Azzam_

_Apa kabar Zam? Awa harap Azzam baik-baik saja Azzam tau gak Awa sangat merindukan Azzam apakah Azzam tidak merindukan Awa Awa mau Azzam kembali sama Awa ya kita wujudkan cita-cita kita dulu yang mau hidup bersama Zam Azzam kan belum menikah jadi Awa mau Azzam menikah dengan Awa Azzam masih mencintai Awa kan? Awa yakin Azzam masih ada perasaan cinta untuk Awa udah dulu ya Zam segitu aja Awa bikin nanti Awa kirim lagi hadiah spesial dari Awa di pake ya Zam pasti Azzam tampan banget kalo pake jubah sama sorban itu_

_Dari pengagum mu_

_Zahwa Zuhrotunnisa_

Deg

Bagai di sambar petir di siang bolong seketika Mahreen terduduk lemas di lantai surat yang dia pegang tadi akhirnya terlepas dari tangannya.

"Sayang kenapa? Ada apa?" tanya Azzam panik Mahreen tidak menjawab dia tidak sanggup untuk mengatakan hal apapun tanpa berfikir panjang Azzam mengambil surat itu kemudian membacanya.

"Jangan salah faham sayang mas gak mungkin akan menerima dia percaya sama mas sayang," Azzam memeluk istrinya Mahreen tidak kuasa menahan air mata.

"Mas akan memberitahu dia bahwa mas sudah menikah agar dia tidak mengejar mas terus," ucap Azzam.

Tak berselang lama munculah umi Alimah dan abah Raidan mereka terkejut melihat menantu dan anaknya terduduk di lantai.

"Ada apa ini Zam?" tanya umi Alimah yang khawatir Azzam memberikan surat itu kepada umi Alimah kemudian umi Alimah membaca isi surat itu.

"Astaghfirullah," ucap umi Alimah yang terkejut.

"Kenapa umi?" tanya abah Raidan.

"Zahwa bah dia mengirim surat buat Azzam," jawab umi Alimah memberikan surat itu kepada abah Raidan.

Abah Raidan membaca setiap inci surat itu dia pun sama terkejutnya dengan istri dan kedua anaknya.

"Sebaiknya Zahwa harus di beritahu bah jika dia terus-menerus begini sama saja kita menghancurkan rumah tangga anak kita sendiri bah," ucap umi Alimah.

"Ya sudah abah panggilkan Zahwa untuk ke ndalem," ucap abah Raidan.

Abah Raidan keluar dari ndalem dia memanggil salah satu santriwatinya.

"Ustadzah tolong panggilkan Zahwa suruh dia ke ndalem ada yang ingin abah sampaikan,"

"Nggih abah," Ustadzah itu pun mencari keberadaan Zahwa setelah menemukan Zahwa Ustadzah tersebut menyampaikan amanah abah Raidan.

"Assalamualaikum ning," sapa Ustadzah itu bernama Ustadzah Hani.

"Waalaikumsalam ada apa Ustadzah?" tanya Zahwa.

"Maaf ning ada pesan dari abah ning di suruh ke ndalem ada yang mau abah sampaikan," jawab Ustadzah Hani.

"Oh nggih nanti saya kesana terimakasih Ustadzah," ucap Zahwa.

"Nggih sami-sami ya sudah saya pamit dulu ning assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

LENTERA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang