Bab 2

1.8K 40 0
                                    

Siapa yang tidak kenal dengan penjara suci atau lebih banyak di kenal dengan sebutan pesantren.

Tempat yang penuh dengan hafalan tentu bukanlah hal yang mudah untuk di lalui seseorang untuk mencapai hasil yang memuaskan begitu juga dengan gadis cantik dia adalah *Mahreen Shafana Almayra.*

Hari ini tepat pukul 08.00 WIB. adalah hari dimana dia akan menimba ilmu di pesantren sudah menjadi impian baginya sejak dulu dan akhirnya impiannya pun tercapai walaupun dia harus meninggalkan rumah orang-orang yang sangat dia sayangi terutama orang tuanya.

"Sudah siap?" tanya seseorang yang sudah  berusia tidak muda lagi dia adalah Yusuf ayah dari Mahreen.

"Udah ayah yuk kita berangkat," ucap Mahreen.

"Ayo let's go sayang," Yusuf, Aisyah, dan Mahreen kini sudah memasuki mobil setelah semua di rasa sudah siap Yusuf melajukan mobilnya menuju ke pesantren.

Selama di perjalanan mereka banyak berbincang hingga tiga jam berlalu sampailah mereka di sebuah pesantren bertuliskan *PONDOK PESANTREN AL MUSTAFID* lalu menuju ke parkiran yang berada di area pesantren.

Setelah memarkirkan mobilnya mereka pun keluar dari mobil.

Mahreen takjub dengan pesantren yang akan di tempatinya cukup luas dan begitu asri bunga-bunga yang bermekaran serta pohon-pohon yang menghiasi pesantren itu menambah keasrian pesantren itu terasa sejuk dan damai.

Terdengar suara dari para santri yang sedang mengaji pesantren itu terlihat sepi jika para penghuninya sedang belajar di dalam kelas mereka masing-masing.

Tak berselang lama terlihat seorang laki-laki tampan menghampiri mereka.

"Assalamualaikum ayah bunda," sapa laki-laki itu.

Yusuf dan Aisyah membalikkan badan melihat siapa yang menyapa mereka.

"Waalaikumsalam," ucap Yusuf dan Aisyah bersamaan Zidan Alvarendra laki-laki itu mencium tangan kedua orang tuanya sedangkan Mahreen entahlah dia sampai tidak menyadari keberadaan abangnya itu saking terpesona dengan pemandangan di pesantren itu Zidan menghampiri adiknya.

"Ekhem!" Zidan berdehem membuyarkan pandangan adiknya itu.

"Astaghfirullah aaaaa ya allah abang!" Mahreen memeluk abangnya itu setelah sekian lama dia tidak bertemu dengan abangnya.

"Aren kangen banget sama abang," ucap Mahreen Aren nama panggilan dari keluarganya ya guys lebih simpel hehe.

"Hehe abang juga kangen sama kamu dek," ucap Zidan.

"Mau sampe kapan peluk-peluknya hm?" tanya Yusuf yang geleng-geleng kepala melihat kedua anaknya itu.

"Hehe maaf yah," ucap keduanya.

"Abang gak mengajar hari ini bang?" tanya Aisyah bunda dari Mahreen dan juga Zidan.

"Enggak bun abang nanti malam jadwal ngajar abang," jawab Zidan.

"Oh gitu Ares kemana kok tumben gak keliatan?" sejak dari tadi dia tidak melihat keponakannya yang satu ini dia adalah Alfares Rayyan Al Mukhtar.

"Oh itu bun kalo sekarang jadwal ngajar dia bun," jawab Zidan.

"Ya udah ayo ke ndalem abah udah nungguin," ucapnya lagi.

Mereka pun akhirnya ke ndalem untuk menemui pemilik pesantren itu.

Sesampainya di ambang pintu Yusuf mengetuk pintu rumah pemilik pesantren Al Mustafid.

Tok Tok Tok!

Ceklek!

Pintu rumah itu pun terbuka terlihat wanita paruh baya istri dari pemilik pesantren itu menghampiri mereka dia bernama umi Alimah.

"Assalamualaikum," ucap Yusuf.

"Waalaikumsalam Alhamdulillah akhirnya kalian sudah sampai ayo masuk," ucap Alimah mereka pun mengikuti umi Alimah masuk ke ndalem.

"Silahkan duduk dulu saya panggilkan abah dulu tunggu sebentar ya," pamit umi Alimah meninggalkan mereka untuk memanggil suaminya.

Umi Alimah pun masuk ke dalam kamar menghampiri suaminya.

"Abah ada Yusuf sama Aisyah di ruang tamu abah temuin mereka bah," ucap umi Alimah.

"Loh mereka kesini? Ya sudah umi bikinin minuman sama camilan ya abah mau ke depan" titah abah Raidan.

"Nggih abah," umi Alimah pun keluar dari kamarnya menuju ke dapur untuk membuatkan minuman di susul abah Raidan menuju ke ruang tamu.

Abah Raidan dan Yusuf saling berpelukan melepas rindu yang sekian lama tidak bertemu.

"Gimana kabarnya suf?" tanya abah Raidan.

"Alhamdulilah baik Dan kamu sekeluarga gimana kabarnya?" tanya Yusuf.

LENTERA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang