"Tuh tau jadi gak usah ngarep buat jadi istrinya sudah tentu Gus Azzam gak bakalan mau sama kita yang cuma orang biasa yang notabenenya santri udah jelas pasti cari yang sekufulah," ucap Adiba.
"Ish kamu tuh nyebelin banget sih Diba siapa tau kan allah menjawab doa-doa aku selama ini," Aina mengerucutkan bibirnya dia merasa kesal dengan sahabatnya itu.
"Jangan gitu Adiba kita gak tau jodoh kita siapa gak ada yang mustahil kok kalo kun fayakun dari allah terjadi gak akan ada yang bisa melarang," ucap Mahreen.
"Aamiin deh semoga aja Aina berjodoh dengan Gus Azzam walaupun semua santriwati di sini kagum sama Gus Azzam ya kita gak tau juga sih hati Gus Azzam terpaut sama siapa intinya cukup mengagumi jangan terlalu berlebihan takutnya sakit hati," ucap Adiba.
"Itu tau cukup perbaiki diri aja ikuti skenario dari allah apapun yang terjadi nanti terima dengan penuh keikhlasan walaupun gak sesuai dengan apa yang kita mau," ucap Mahreen menasehati kedua sahabatnya itu.
"Nah betul tuh apa yang di bilang sama Mahreen," ucap Aina.
"Nanti sore jadwal kita setoran kan ke umi?" tanya Adiba.
"Iya Diba aku lebih semangat aja sih soalnya kalo setoran sama umi otomatis ketemu sama Gus Azzam tiap hari," ucap Aina.
"Jaga pandangan kamu Aina fokus ke hafalan kamu," tegur Adiba.
"Iya aku tau kok," ucap Aina.
Setiap ba'da ashar semua santriwati menyetorkan hafalannya ada yang menyetorkan hafalan dengan para Ustadzah ada pula dengan umi Alimah semua sudah di bagi posisi sama rata.
"Aina temenin aku ngambil jatah makan siang kita yuk udah waktunya makan siang nanti keburu kehabisan sama santri lainnya," ucap Adiba.
"Ya udah yuk kamu mau ikut apa ndak Mahreen?" tanya Aina.
"Ndak usah aku di sini saja sekalian mau aku beresin barang-barang yang belum sempat aku beresin," ucap Mahreen.
"Nggih ya sudah tunggu di sini saja aku sama Diba ngambil jatah makan siang dulu assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," Aina dan Adiba pun ke dapur santri untuk mengambil jatah makan siang mereka.
Sesampainya di sana terlihat para santri berbaris mengambil makan siang mereka.
"Duh rame banget lagi bakalan lama," gerutu Aina.
"Sabar Aina lagian masih banyak kok tenang aja masih kebagian," ucap Adiba.
Kini giliran Aina dan Adiba mengambil jatah makan siang mereka saat mengambil nampan tiba-tiba tangan seseorang mengambil nampan yang sama.
"Ini punya aku," ucap gadis itu.
"Enak aja ini nampan kami tau aku duluan yang lebih dulu ngambil," ucap Aina tak mau kalah.
"Bodo amat gak peduli pokoknya ini punya aku," ucap gadis itu.
"Kamu gak boleh ngerebut punya kami Nesa," ucap Aina.
"Sudah-sudah gak usah berebut Nesa ini punya Aina jadi ngalah ya," ucap wanita itu dia bernama mbok Iyem selaku juru masak di pesantren Al Mustafid.
"Tapi mbok..." ucap gadis itu bernama Nesa.
"Udah Nes yang lain banyak keburu laper nanti," sela temannya itu bernama Dita akhirnya Nesa pun mengalah.
Setelah itu Aina mengambil jatah makan mereka.
"Awas kamu," ancam Nesa.
"Aku udah awas mau awas kemana lagi?" ledek Aina.
"Udah Ai gak usah ngeladenin dia buang waktu aja," ucap Adiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA PESANTREN
Ficção AdolescenteCinta ? Allah selalu mempunyai cara untuk mempertemukan seseorang terkadang apa yang kita rencanakan belum tentu terjadi seperti kisah seorang gadis cantik bernama Mahreen Shafana Almayra tiba-tiba di khitbah oleh seorang Gus tampan di pesantren Al...