Bab 22

899 22 0
                                    

"Nggih ya sudah aku ke ndalem dulu assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

Mahreen pun sudah berada di ambang pintu.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam mari nduk masuk dulu," Mahreen mengangguk mengikuti umi Alimah dari belakang.

"Duduk dulu nduk ada  yang ingin di sampaikan," Mahreen mengangguk dia memilih duduk di bawah.

"Eh duduk di atas saja nduk seperti sama siapa saja nduk," ucap umi Alimah.

"Ndak papa umi Mahreen segan kalo mau duduk di atas," ucap Mahreen.

"Ndak papa duduk di atas gih," ucap abah Raidan Mahreen pun hanya pasrah dia duduk di sofa.

"Maaf sebenarnya ada apa memanggil saya umi abah?" tanya Mahreen.

"Tunggu sebentar ya umi panggilkan Azzam," titah aba Raidan.

"Nggih abah sebentar," umi Alimah pun pergi ke kamar Gus Azzam untuk memanggil putranya.

_"Ada apa ya kok perasaan aku gak enak?"_ batin Mahreen.

Tok tok tok!

"Zam buka pintunya," ucap umi Alimah.

Ceklek!

Pintu pun terbuka terlihat Gus Azzam berdiri di hadapan umi Alimah.

"Ada apa umi?"

"Di panggil abah katanya ada yang ingin kamu sampaikan ke Mahreen dia juga ada di ruang tamu Zam," ucap umi Alimah.

"Nggih umi ayo," umi Alimah dan Gus Azzam ke ruang tamu untuk menemui Mahreen dan juga abah Raidan.

Umi Alimah duduk di samping Mahreen dan Gus Azzam duduk di samping abah Raidan.

"Jadi nak abah memanggil kamu kesini ada yang mau abah sampaikan," ucap abah Raidan memulai pembicaraan.

"Silahkan Zam," Gus Azzam pun mengangguk.

"Maaf jika saya sudah lancang langsung saja saya ingin mengkhitbah kamu Mahreen jujur dalam hati saya selama tiga tahun ini saya sudah menyimpan rasa sama kamu selama ini tanpa sepengetahuan siapapun hanya abah dan umi yang tau apakah kamu bersedia menjadi istri saya?" ucapan Gus Azzam membuat Mahreen menangis terharu.

Ya Zidan dan Alfares mereka tersenyum bahagia.

"Ma Syaa Allah," ucap Zidan dan Alfares.

"Terima dek ayah sama bunda juga sudah tau akan hal ini mereka hanya menunggu persetujuan adek saja," ucap Zidan.

"Bismillah saya terima lamaranmu gus,"

"Alhamdulilah," semua orang mengucapkan rasa syukur terlebih Gus Azzam yang tersenyum bahagia gadis yang menjadi pujaan hatinya itu kini menerima lamarannya.

Umi Alimah menyematkan cincin di jari tengah milik Mahreen.

"Jadi nanti tanggal pernikahan akan di tentukan setelah di rumah Mahreen," ucap abah Raidan.

"Ciee yang bentar lagi mau nikah," goda Zidan.

"Cepet nikah ya sepupu kasih keponakan buat abangmu ini," celetuk Alfares.

"Heh nikah aja belum udah mikirin anak," Mahreen mencebikkan bibirnya.

"Siapa tau langsung jadi," ucap Alfares lagi.

Abangnya yang satu ini minta di timpuk kali ya atau di buang ke laut amazon bisa-bisanya berfikir sampai sejauh itu.

"Umi cincinnya boleh di simpan sama umi saja saya takut nanti santri disini banyak yang curiga," ucap Mahreen.

"Simpan saja sama kamu nduk atau taruh di lemari kamu gak papa," ucap umi Alimah.

"Nggih umi," ucap Mahreen.

Setelah acara pertunangan Gus Azzam dan Mahreen kini mereka kembali ke asramanya masing-masing.

LENTERA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang