Bab 46

1.6K 31 1
                                    

******

Keesokan harinya karena hari ini semua murid cuti sekolah dan hari ini juga Zidan berpamitan pulang ke rumah.

"Res kamu mau ikut pulang gak?" tanya Zidan di sela-sela membereskan barangnya.

"Nggak deh saya mau di pesantren aja nanti waktu acara akad nikah aja saya pulang," ucap Alfares.

"Tumben gak mau pulang biasanya paling gercep?" tanya Zidan yang masih bingung dengan sikap sepupunya akhir-akhir ini.

"Ya gak papa emang gak boleh?" tanya Alfares.

"Boleh-boleh aja sih cuma tumben gitu," ucap Zidan.

"Ya udah saya pulang dulu ya Res jaga diri baik-baik cuma beberapa hari aja kok nanti juga saya balik ke pesantren," ucap Zidan.

"Okey jangan lupa bawa oleh-oleh Dan," ucap Alfares.

"Udah pasti itu," ucap Zidan.

Setelah di rasa semua selesai Zidan berpamitan dengan keluarga ndalem termasuk adiknya setelah itu melajukan motornya keluar dari pesantren.

******

Tiga jam berlalu sampailah Zidan di rumahnya terlihat pak satpam membukakan gerbang rumah Zidan pun melajukan motornya ke dalam garasi.

Setelah menaruh motornya di garasi Zidan masuk ke dalam rumahnya kebetulan rumahnya tidak terkunci jadi dia bisa masuk ke dalam.

"Assalamualaikum," Zidan mengedarkan pandangannya mencari dua orang yang amat ia sayangi yaitu kedua orang tuanya.

"Ayah sama bunda kemana ya tumben gak ada di rumah?" gumam Zidan.

Tak berapa lama keluarlah wanita paruh baya menghampiri Zidan dia adalah art di rumah Yusuf bernama bi Ina.

"Waalaikumsalam," ucap bi Ina Zidan mencium tangan mbok Ina sudah menjadi kebiasaan Zidan menghormati orang yang lebih tua darinya bahkan bi Ina lah orang pertama yang bekerja di sini dan Zidan sudah menganggap bi Ina seperti ibunya sendiri.

"Eh aden baru sampe den?" tanya bi Ina.

"Iya bi ayah sama bunda kemana ya bi tumben gak keliatan?" tanya Zidan.

"Bapak sama ibu masih di kantor aden nanti sore baru pulang," jawab bi Ina.

"Oh gitu pantesan aja gak keliatan padahal anaknya pulang hari ini," ucap Zidan.

"Udah biasa ibu sama bapak sibuk banget di kantor sampe lupa anaknya pulang hari ini ya udah aden mandi dulu abis itu makan nya' bibi teh udah masakin kesukaan aden pasti kangen nya'," ucap bi Ina.

"Iya bi Zidan udah kangen banget sama masakan bibi ya udah Zidan ke kamar dulu ya bi," ucap Zidan berlalu pergi meninggalkan bi Ina.

Sampailah Zidan di depan pintu kamarnya dia membuka pintu kamarnya kemudian masuk ke dalam melihat isi kamarnya yang masih tetap sama bersih dan rapi.

"Kangen banget sama kamar ini hai kamar Zidan sudah kembali," Zidan merebahkan tubuhnya sebentar karena merasa lelah setelah melakukan perjalanan selama tiga jam lamanya.

Setelah beberapa menit berbaring di ranjangnya Zidan memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.

******

Beberapa menit kemudian Zidan telah selesai melakukan ritual mandinya setelah itu mengganti pakaian.

Setelah semua siap Zidan turun ke bawah untuk makan siang.

Terlihat bi Ina dan mang Diman sedang menata makanan di piring.

"Sini den makan dulu," ucap bi Ina Zidan pun menghampiri kedua orang tua itu kemudian duduk menghadap makanan yang sudah di sediakan.

Saat ingin ke dapur bi Ina dan mang Diman di hentikan oleh Zidan.

"Bibi sama mang Diman mau kemana temenin Zidan makan dulu," ucap Zidan.

"Tapi den kerjaan bibi masih banyak di belakang," ucap bi Ina.

"Duduk sini kita makan bareng temenin Zidan makan dulu kalo bibi sama mang Diman gak mau temenin Zidan gak mau makan nih ajakin sekalian yang lainnya bi makan bareng Zidan," ucap Zidan.

"Ya udah bibi panggil yang lain dulu ya," ucap bi Ina memanggil pegawai lainnya setelah semua berkumpul mereka duduk di meja makan untuk makan bersama.

"Nah kalo rame gini kan enak ngapain sungkan-sungkan ayo makan dulu abisin gak papa," ucap Zidan.

"Makasih aden," ucap mereka bersamaan.

"Iya sama-sama makan yang banyak tambah lagi kalo kurang," ucap Zidan.

Bi Ina yang melihat itu tersenyum bahagia ke arah Zidan.

"Bibi kenapa senyum-senyum gitu bi?" tanya Zidan di sela makan.

"Bibi teh seneng pisan aden teh budak baik-baik bibi beruntung punya majikan kayak aden," ucap bi Ina.

"Bener kata bi Ina den udah ganteng baik pisan teh," timpal mang Diman.

"Biasa aja kok bi mang ayah sama bunda sering ngajarin Zidan buat selalu baik sama siapapun sekalipun sama pegawai di rumah ini lagian Zidan udah anggep bibi mang Diman sama yang lainnya juga kayak keluarga sendiri," ucap Zidan.

"Emang bener-bener baik pisan aden teh beruntung pisan yang jadi istrinya aden," ucap bi Ina Zidan hanya menanggapi dengan senyuman.

"Ya udah makan dulu bi nanti gak selesai-selesai," ucap Zidan bi Ina mengangguk kemudian melanjutkan makannya.

Zidan pun sudah selesai makan setelah itu ke ruang keluarga untuk menonton televisi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LENTERA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang