Bab 36

688 15 0
                                    

"Itu kan dulu umi sekarang kan Azzam menikah dengan Mahreen gak mungkin Zahwa akan sejahat itu umi,"

Deg

Bagai di sambar petir di siang bolong hatinya bergemuruh menahan rasa cemburu beginikah rasanya menikah dengan seseorang yang mempunyai masa lalu sakit? itulah yang di rasakan oleh Mahreen tak terasa air mata yang dia bendung selama ini akhirnya luruh juga membasahi setiap inci pipinya.

"Sudahlah umi tidak perlu di bahas itu sudah lama sekali intinya besok abah gak mau tau umi gak boleh bersikap seperti itu," ucap abah Raidan.

"Terserah abah jika suatu saat nanti terjadi dengan rumah tangga Azzam umi tidak akan segan-segan mengeluarkan Zahwa," umi Alimah segera pergi dari tempat duduknya meninggalkan suaminya itu abah raidan hanya menghela nafas atas sikap istrinya itu.
"Abah sudah," ucap Azzam dia sedari tadi terdiam mendengarkan perdebatan kedua orang tuanya terlebih pandangannya sekarang ini kosong janji yang kini dia ucapkan dulunya bersama Zahwa sekarang telah pupus.

_"Mengapa kamu kembali lagi Zahwa setelah saya memulai kehidupan baru?"_ batin Azzam.

Sementara Mahreen yang tidak ingin berlama-lama di sana dia pun kembali ke kamarnya menumpahkan semua  kesedihannya.

"Kenapa ya allah kenapa harus terjadi pada Mahreen kenapa ya rabb?" sedari tadi Mahreen menangis tiada henti hatinya begitu sakit Azzam yang melihat istrinya menangis segera menghampiri.

"Sayang" panggil Azzam.

Mahreen tidak menyahut panggilan suaminya dia hanya terdiam.

"Maafkan mas sayang," Azzam berlutut menunduk di hadapan istrinya Mahreen enggan melihat suaminya karena dia masih merasa kesal.

"Mas gak ada maksud untuk menyakiti hati kamu sayang," ucap Azzam lagi.

"Siapa Zahwa mas?" tanya Mahreen dengan wajah dinginnya.

"Jangan salah faham dulu sayang," ucap Azzam.

"Bagaimana mas apakah mas menyesal menikah denganku setelah mas tau dia kembali lagi di kehidupan mas?" Mahreen benar-benar teriris hatinya kala mengingat ucapan mertuanya itu.

"Sayang hentikan," ucap Azzam.

"Kenapa mas? tinggal menjawab saja apa susahnya," ucap Mahreen.

"Baiklah mas akan ceritakan sama kamu sayang biar kamu faham," ucap Azzam.

*Flashback on*

Dua belas tahun yang silam saat itu usia Azzam dan Zahwa sekitar sepuluh tahun mereka selalu bermain bersama.

Kini Azzam dan Zahwa sedang berada di taman bermain di area pesantren Al Mustafid di temani umi Alimah dan umma Nisa kedua wanita cantik ini tersenyum melihat anak mereka.

Azzam dan Zahwa sedang bermain kejar-kejaran.

"Ayo tangkap Azzam kalo bisa," ucap Azzam terus berlari karena Zahwa mengejarnya.

"Tungguin Awa Zam,"

"Wlee makanya cepetin larinya biar bisa nangkep Azzam,"

"Awas ya Zam,"

Saat sedang berlari mengejar Azzam tiba-tiba Zahwa tersandung batu membuat dia terjatuh.

"Aws sakit," rintih Zahwa.

Umma Nisa dan umi Alimah yang melihat Zahwa terjatuh segera menghampiri Zahwa.

"Ya Allah nak hati-hati kalo lari kan jatuh sini umma liat," Zahwa menunjukkan kakinya yang sedikit berdarah.

"Kakinya berdarah Nis bawa ke ndalem aja dulu kita obatin," ucap umi Alimah.

"Ya sudah ayo nak kita obatin dulu kakinya ya sayang," ucap umma Nisa.

Dengan kaki masih dalam keadaan sakit Zahwa mencoba bangkit memegang tangan ummanya.

"Azzam sudah dulu nak kita pulang dulu mau obatin kakinya Zahwa," ucap umi Alimah.

"Oke umi," Azzam berlari menyusul uminya.

LENTERA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang