Bab 45

806 15 0
                                    

"Eh abang," Mahreen ingin beranjak namun di hentikan oleh Zidan.

"No-no adek jangan bangun," Zidan mengulurkan tangannya kemudian Mahreen mencium tangan abangnya itu di susul Alfares.

"Gimana kabarnya dek?" tanya Alfares.

"Alhamdulilah baik bang tumben baru kesini padahal deket loh asrama ke sini," ucap Mahreen.

"Abang sibuk kuliah kalo udah capek udah males kemana-mana kalo ngajar sih enggak," jawab Alfares.

"Oh gitu," ucap Mahreen.

"Gimana keponakan abang baik-baik ajakan di dalam perut?" tanya Alfares sembari mengelus perut sepupunya.

"Pasti dong bang bayinya juga aktif kok buktinya perut Aren suka di tendangnya lagi main bola kayaknya di dalam," canda Mahreen.

"Keponakan om jangan nakal-nakal ya kasian uminya ya sayang om gak sabar lagi mau melihat jagoan om," ucap Alfares.

"Siap om," ucap Mahreen.

"Umi sama abah kemana tumben gak keliatan?" tanya Zidan.

"Oh itu mereka lagi kondangan di desa sebelah bang," jawab Azzam.

"Owalah pantesan aja gak keliatan tadinya abang mau izin pulang soalnya kan dua hari lagi mau acara lamaran," ucap Zidan.

"Oh gitu ya udah abang tunggu aja mungkin sebentar lagi pulang lagian ayah sama bunda juga udah siapin maharnya jadi abang tinggal siapin aja diri abang mau ketemu calon mertua," ucap Mahreen.

"Iya deh iya," ucap Zidan.

"Bang Ares kapan nyusul nih?" tanya Azzam.

"Belum ketemu yang cocok Zam lagian masih pengen sendiri dulu," ucap Alfares.

"Jangan lama-lama bang keburu tua nanti kan gak enak belum nikah udah keriput duluan," ledek Azzam.

"Enak aja gini-gini ya masih cakep buktinya banyak yang ngantri," ucap Alfares dengan pedenya.

"Abang udah makan belum kalo belum makan dulu gih di dapur ada ayam balado tuh pasti pada laper kan?" tanya Mahreen.

"Hehe tau aja kamu dek ya udah abang mau makan dulu ya," ucap Zidan berjalan ke arah dapur di susul Alfares.

******

Hari ini Adiba akan pulang ke rumah mengingat dua hari lagi Zidan akan datang untuk mengkhitbahnya.

Orang tua Adiba sudah sambang ke pesantren setelah abah Raidan memberikan izin kepulangan Adiba.

Kini mama dari Adiba sudah berada di dalam asrama.

Setelah semua barang Adiba di kemasi semua barang milik Adiba sudah di masukkan ke dalam mobil.

Kini mereka berada di depan rumah abah Raidan tak lupa Mahreen, Azzam, Zidan, dan Alfares berada di depan teras menunggu kepergian Adiba Mahreen pun menghampiri kedua sahabatnya.

"Aina Mahreen aku pulang dulu ya nanti aku balik lagi kok kesini," ucap Adiba.

"Iya Dib kamu hati-hati ya di jalan cepat kembali lagi," ucap Mahreen.

"Pasti kok Reen walaupun cuma beberapa hari di rumah aku pasti kangen kalian," ucap Adiba.

"Jaga diri kamu baik-baik ya Dib," ucap Aina.

"Pasti kamu juga ya Ai maafin aku untuk beberapa hari ini aku gak bisa temenin kamu tidur," ucap Adiba.

"Gak papa kok Diba aku doain semoga acara khitbahnya kamu lancar ya sampe hari H," ucap Aina.

"Aamiin makasih doanya Ai ya udah aku pulang dulu ya assalamualaikum," Adiba pun masuk ke dalam mobil.

"Waalaikumsalam hati-hati," ucap Mahreen Adiba menganggukkan kepalanya.

Sebelum Alina masuk ke dalam mobil Zidan menghampiri calon mertuanya itu.

"Saya titip Adiba ya tan jagain calon istri saya," ucap Zidan.

"Udah pasti nak Zidan," ucap Alina.

"Kami pamit dulu ya nak," ucap Alina.

"Iya tan hati-hati di jalan Aina titip Adiba tante," ucap Aina.

"Iya nak ya sudah tante pamit assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," Zain pun melajukan mobilnya keluar dari area pesantren nampak raut sedih antara ketiga sahabat itu walaupun sementara pasti terasa berat untuk mereka.

"Cie sedih ya bang calon istrinya udah pulang duluan," ledek Mahreen.

"Enggaklah lagian nanti setelah menikah juga puas ngeliatin istri abang," ucap Zidan.

"Iya deh iya yang mau nikah bisa bucinin istri tiap hari," timpal Aina.

"Harus dong lagian dia  sebentar lagi jadi istri saya," ucap Zidan.

"Udah yuk masuk ke dalam ikut aja ke dalam Ai gak papa kok," ajak Mahreen.

"Eh gak usah Reen segan aku," tolak Aina.

"Kayak sama siapa aja yoklah boleh kan mas?" tanya Mahreen.

"Iya boleh," ucap Azzam.

"Tuh di bolehin sama mas Azzam," ucap Mahreen.

"Gak usah Reen,"

"Em gini aja deh gimana kamu nginep di ndalem tidurnya di kamar tamu aja lagi kosong kok," usul Mahreen.

"Aku sih mau-mau aja tapi di izinin ndak?" tanya Aina.

"Gimana mas? Aku kasian sama Aina dia pasti tidur sendirian di asrama kalo kenapa-kenapa gimana? Untuk beberapa hari aja mas sampe Adiba kembali ke pesantren" tanya Mahreen kepada Azzam.

"Ya sudah gimana baiknya aja," ucap Azzam.

"Beneran gak papa?" tanya Mahreen lagi.

"Iya sayang beneran," ucap Azzam.

"Ya udah nanti malem aku tidur di ndalem," ucap Aina.

"Oke siap aku tungguin nanti malem Ai," ucap Mahreen.

"Ya sudah aku ke asrama dulu assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," Aina pun berlalu pergi meninggalkan mereka yang masih berada di teras sedari tadi Alfares melirik Aina entah mengapa dirinya merasakan seperti ada magnet dalam tubuhnya ketika menatap Aina akan tetapi segera di tepis oleh Alfares.

"Res!" panggil Zidan karena tidak ada sahutan Zidan mengeraskan sedikit suaranya.

"ALFARES RAYYAN AL MUKHTAR!" ucap Zidan membuat Alfares tersadar dari lamunannya.

"Astaghfirullah Zidan bisa gak sih gak usah teriak-teriak?" kesal Alfares.

"Dari tadi saya panggil kamu gak nyaut terus Res jadi saya kencengin biar kedengeran mikirin apa sih sampe orang manggil gak nyaut?" tanya Zidan.

"Gak adalah udah ah mau ke asrama aja," Alfares berlalu pergi meninggalkan Zidan.

"Eh tungguin Res!" pekik Zidan.

"Bang Res kenapa bang tumben aneh banget tingkahnya? hari ini gak biasanya ngelamun" tanya Mahreen.

"Abang juga gak tau dek nanti abang tanya dia ya udah abang pergi dulu assalamualaikum," ucap Zidan.

"Waalaikumsalam," setelah kepergian Zidan dan Alfares Mahreen dan Azzam memilih untuk masuk ke ndalem.

LENTERA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang