AUTHOR POV
Begitu Chanyeol dan Baekhyun tiba dirumah mereka, mereka segera menuju ruang makan untuk menyantap makan malam. Saat itu, ayah dan ibu mereka sudah menunggu dengan senyuman masing-masing.
"Kemana saja kalian? Kami menunggu sangat lama," Mr. Park menggoda kedua putranya sambil tertawa sedangkan keduanya hanya membalas dengan senyuman kecil sambil mengambil tempat duduk berhadapan. "Chanyeol-ah, ada apa dengan wajah dan penampilanmu?"
"Baekhyun, kau terlihat sangat kotor. Apa kalian bertengkar?"
Baekhyun dan Chanyeol saling lirik, keduanya melempar tatapan 'kau-saja-yang-menjelaskan' namun tidak ada yang berbicara, alhasil Mr. Park meletakkan sendok dan sumpitnya. "Kalian bertengkar?"
Baekhyun menghela nafas lalu menjelaskan kepada ayah barunya, namun Chanyeol hanya terdiam saat ditanya apa yang ia lakukan seharian sampai menghilang dan ditemukan di trotoar dalam keadaan babak belur.
"Jangan menanyaiku. Bagaimana kalau kita menyelesaikan ini dengan cepat? Aku lelah." Chanyeol terus menolak untuk menjelaskan.
"Jangan mengabaikan ayahmu, Chanyeol. Jawab aku."
"Jangan memaksaku, aku juga mempunyai urusan pribadi, bukan hanya ayah." Chanyeol memandang ayahnya lurus. "Aku selesai." Ucapnya lalu bangkit dan melesat ke lantai atas.
"Aku juga selesai." Baekhyun menyusul sehalus mungkin dan mengabaikan tatapan heran dari kedua orang tuanya.
"Menurutmu apa yang terjadi dengan anak-anak itu? Chanyeol tidak pernah datang dengan keadaan seperti itu sebelumnya," Mr. Park memandang kedua putranya yang menaiki tangga dengan khawatir. "Mengenai Baekhyun, aku minta maaf. Sepertinya aku terlalu menekannya. Aku tak berfikir kalau ia akan merasa sangat tertekan jika ia diberikan penjagaan yang cukup ketat."
Ibu Baekhyun tersenyum, "Baekhyun hanya seperti anak lelaki kebanyakan yang tidak suka berada dirumah. Jangan dipikirkan, sepertinya kau harus mencari tahu apa yang terjadi pada Chanyeol, aku khawatir padanya."
"Terima kasih sudah mengkhawatirkannya."
BAEKHYUN POV
Baik, ini adalah hari yang sangat buruk. Tak ada satupun hal yang berjalan mulus. Aku benci diriku, kehidupan baruku dengan segala urusan rumitnya. Aku tidak sadar kalau aku sedang berdiri didepan kamar Chanyeol saat ini, yang akan terdengar aneh karena aku baru saja berdebat dengannya.
Oke, aku mengkhawatirkannya. Aku tidak memungkiri itu. Wajar kan jika seorang saudara mengkhawatirkan saudaranya? Walaupun entah mengapa itu semakin membuat hatiku berat. Aku mengeratkan genggamanku pada kotak obat ditanganku sebelum menarik nafas dan mengetuk pintu kamarnya.
Beberapa detik kemudian pintu kamar Chanyeol terbuka dan menampakkan pemiliknya dibalik pintu dengan tampang kusut. Chanyeol memberiku jalan masuk dan menutup pintu saat aku sudah berada didalam.
Chanyeol terduduk disisi kasurnya dan aku duduk berhadapan dengannya, aku sudah memikirkan kata-kata yang tepat untuk kukatakan padanya namun otakku tiba-tiba terasa kosong saat Chanyeol menatapku lurus.
"Aku datang untuk mengobati wajahmu," Kataku akhirnya dan ia mengangguk pelan, tanpa melepas tatapannya padaku. Aku mulai mengambil kapas dan menuangkan sedikit alkohol diatasnya, "Mungkin akan sedikit perih,"
Namun saat aku mulai mengobati wajahnya, tak satupun erangan maupun suara kesakitan lainnya yang keluar dari bibir Chanyeol, yang ada malah tatapan Chanyeol terhadapku semakin lama semakin membuatku merasa tak karuan.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Tanyaku karena aku sudah tidak sabar sambil terus mengobati wajahnya.
Chanyeol tertawa tanpa membuka bibirnya, "Aku suka melihatmu, ada masalah?"
AUTHOR POV
"Aku suka melihatmu, ada masalah?"
Lima kata yang terluncur dari bibir Chanyeol membuat Baekhyun tidak bisa berkata-kata dan tidak dapat menahan rasa aneh yang muncul dari dalam dadanya. Jika dikategorikan ke dalam candaan, sepertinya tidak karena Chanyeol tidak tertawa sama sekali melainkan terus menatap Baekhyun mulai dari mata, turun ke hidung, lalu ke bibir, dan kembali ke atas berkali-kali.
Ia lalu buru-buru menjauhkan tangannya dari wajah Chanyeol, menolak keras untuk menatap balik Chanyeol karena ia tidak mau mengambil resiko untuk menjadi gila dalam sekejap. "Kau bercanda sangat tidak lucu," Baekhyun berkata dengan nada pecah.
Chanyeol tertawa kecil lalu mengambil pergelangan tangan Baekhyun dan meletakkan kapas yang digenggam Baekhyun pada ujung bibirnya, "Disini belum terkena alkohol."
Baekhyun menelan ludah lalu mendekat kearah Chanyeol, mulai mengobati luka diujung bibir Chanyeol dengan sangat hati-hati. Kaki mereka bersentuhan begitu juga dengan lengan mereka. Ia bahkan bisa merasakan nafas Chanyeol menerpa sebagian wajahnya. Ia tahu jika ia bertahan di posisi seperti ini lebih lama, mungkin ia dapat mendengar detak jantungnya sendiri.
"Sudah," Baekhyun menjauh dengan sangat cepat dan memasang senyum paksa. Ia membuang kapas bekas ditangannya lalu mulai mencari-cari obat selanjutnya. "Uh... apa obat selanjutnya?" Tanyanya ragu karena tiba-tiba ia lupa seluruh merek obat yang ada didalam kotak itu.
Chanyeol menunjuk obat berbotol biru dan Baekhyun mengangguk.
"Baekhyun,"
"Ya?"
"Aku ingin bertanya sesuatu padamu," Chanyeol berkata sambil tetap menatap Baekhyun.
"Tanya saja, jika aku tahu jawabannya pasti akan kujawab."
"Apa hubunganmu dengan Sehun?"
Baekhyun melirik Chanyeol, "Hanya sebatas teman."
"Sudah berapa lama kau mengenalnya? Kapan kau bertemu dengannya? Apa kau sering berpergian dengannya? Bagaimana sifatnya?" Chanyeol bertanya, ia tak mengerti kenapa semua pertanyaan itu meluncur dari bibirnya. Yang ia pikirkan hanyalah Baekhyun, sedangkan ia tahu seharusnya ia bertanya karena dirinya sudah terpisah dengan Sehun sejak lama.
"Aku bertemu dengannya pada saat musim dingin 2002, em, sejak itu kami berteman dan mendapat satu sekolah hingga sekarang. Ia adalah anak yang baik, ramah, sangat pintar dan disukai banyak wanita." Baekhyun tersenyum.
"Kau juga menyukainya." Tambah Chanyeol sambil memalingkan wajah.
Baekhyun menatap Chanyeol, walaupun ia berkata kalau dirinya menyukai Sehun sebenarnya tak sepenuhnya berbohong. Sehun selalu ada bersamanya saat ia mendapat kesusahan dan Baekhyun merasa nyaman jika berada didekat hoobae nya itu.
"Aku hanya akan menyukainya dari jauh, tenang saja, aku takkan merusak adikmu." Baekhyun merapikan alat-alat obatnya dan menutup kotak itu dengan hati-hati. "Bagaimanapun, kita bertiga adalah saudara sekarang."
Chanyeol menonton Baekhyun sambil mencerna alasan yang dikatakan Baekhyun. Ia sungguh tak peduli jika Sehun juga menyukai laki-laki, dan ia benci fakta kalau Baekhyun akan menyukai Sehun dalam diam dengan alasan seperti itu. Ia tidak suka dengan kata kata terakhir yang dikeluarkan Baekhyun mengenai mereka seharusnya menjadi saudara.
"Baekhyun, sungguh," Chanyeol menahan Baekhyun yang hendak bangkit dari ranjangnya. "Aku benci jika harus bersaudara denganmu." Chanyeol menatap Baekhyun lurus sedangkan Baekhyun melebarkan dahinya, "Tidak, aku—tidak membencimu. Hanya saja..."
Baekhyun menunggu kelanjutan kata-kata Chanyeol, "Hanya saja apa?"
Hanya saja kupikir aku mulai menyukaimu. "Kau akan menjadi kakak yang buruk bagiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ChanBaek] Troublemaker
Fanfiction"Berjanjilah satu hal padaku." "Apa itu?" "Jangan jatuh hati pada Chanyeol." [YAOI, 15+] [Beberapa dari chapter akan di privat. Untuk membaca, follow me first, akan bisa automatis terbaca jika sudah.]