AUTHOR POV
Dua tahun. Masih terbayang-bayang ketika Chanyeol memakai seragam sekolah, begitu pula dirinya, terjerat di dalam hubungan penuh rintangan dan kemanisan, Baekhyun tidak bisa erhenti tersenyum ketika mereka memiliki akhir yang terlampau indah. Hampir delapan tahun bersama Chanyeol membuatnya bertanya-tanya mengapa perasaan gugup dan menggelitik itu masih ada bahkan ketika Chanyeol hanya mengecup pipinya di pagi hari untuk membangunkannya. Well, meskipun mereka pada akhirnya berdebat karena bau pagi khas dari mulut mereka. Tapi, siapa peduli? Mereka berakhir saling mencumbu diatas kain putih itu.
Sebuah tangan dengan cincin yang terbalut manis di jari manisnya meraih pegangan koper dan mengangkatnya penuh semangat. Di tangan satunya tergenggam seberkas paspor lengkap dengan smartphone-nya. Baekhyun berlari-lari kecil menembus kerumunan, lalu sebuah suara di belakang menghentikan langkahnya.
"B-Baekhyun! Baekhyun!" suara tersebut terdengar panik, Baekhyun menoleh dan mendapati Luhan yang memeluk tas gendongnya di dada dengan erat, alis terpaut dan bibirnya tergantung panik. Baekhyun menghela nafas, mengulurkan tangannya dan segera disambut Luhan. Tentu saja, ia membawa Luhan. Bagaimana ia bisa lupa?
"Kemari Lu, shush, aku disini." Baekhyun mengaitkan jari-jarinya dengan Luhan, lalu menarik namja kecil itu ikut bersamanya. Luhan menurut, menunduk dalam-dalam ketika berjalan. Sudah biasa, Baekhyun mengelus tangan Luhan untuk memberitahu namja itu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Mereka baru saja tiba dari Toronto, berlibur seminggu bersama lelaki kecil itu membuatnya sedikit relaks, tentu, namun ada satu hal yang kurang. Siapa lagi kalau bukan—
"Chanyeol!"
Ponsel namja tinggi itu terjatuh bersamaan dengan koper di tangan Baekhyun ketika Baekhyun meloncat ke tubuh Chanyeol, melingkarkan kakinya di pinggang kuat Chanyeol dan lengan-lengannya mengikat leher Chanyeol. Untuk pertama kalinya dalam seminggu Baekhyun bisa kembali menghirup aroma yang ia rindukan, dan itu membuatnya terlewat senang untuk beberapa detik.
"Uh, aku merindukanmu." Suara Baekhyun teredam di bahu Chanyeol. Tanpa ia lihat pun, ia yakin Sehun dan Luhan juga melakukan hal yang sama. Hanya saja mungkin Luhan tidak memeluk Sehun bak koala seperti yang ia lakukan sekarang. Sentuhan manis telapak tangan Chanyeol di punggungnya membuat Baekhyun semakin tidak mau melepaskan pelukannya, namun ia merubah pikiran karena astaga, sudah lama sekali rasanya ia tidak menatap wajah Chanyeol.
Chanyol terkekeh, "Apa-apaan ini? Memelukku seperti ini. Tuan Park, kau menjatuhkan ponsel terbaruku."
"Tidak peduli, tidak peduli, tidak peduli." Baekhyun menjulurkan lidahnya. Ia menangkup kedua sisi wajah Chanyeol dan mencium kilat bibirnya sebelum mencubit pipi Yoda tiruan itu keras-keras. Itu membuat Chanyeol mengaduh, dan tertawa keras segera setelah ia melihat wajah penuh rasa bersalah Baekhyun. "Hah, siapa sangka aku akan merindukanmu seperti ini? Tahu begitu seharusnya kau dan Sehun ikut saja ke Toronto."
Chanyeol hanya tertawa kecil, mengelus surai hitam pekat Baekhyun. Baekhyun meletakkan tangannya di simpul dasi Chanyeol, memperbaikinya dengan bibir bawah yang maju. "Tapi sayangnya kau dan Sehun terlalu sibuk untuk itu."
"Kau tahu aku bisa kapan saja menyusul kesana, bukan? Bagaimana liburanmu?"
Baekhyun mau tak mau harus turun dari badan Chanyeol dan bergelayut pada lengan namja itu sebagai gantinya. Chanyeol menarik kopernya, dan Baekhyun menyempatkan diri untuk melirik bagaimana tagan kekar Chanyeol yang dibalut jam Rolex lapis emasnya itu dengan mudah membawa kopernya. Baekhyun menggigit bibirnya, menahan diri untuk tidak menerjang Chanyeol hanya karena tangannya yang seksi.
Baekhyun mengabaikan tawa cekikikan Luhan dibelakang, yang tampaknya sangat senang bisa menempel dengan Sehun kembali. Well, tidak bisa ia pungkiri terkadang ia merasa kewalahan ketika di Toronto karena setiap malam dalam waktu yang sama Luhan akan bangun dan berjalan di sekitar kamar hotel sambil memanggili Sehun. Meski ia sudah mengenali Baekhyun sepenuhnya, terkadang namja kecil itu menolak untuk tidur lagi dengan alasan bahwa ia sangat merindukan Sehun. Jadi satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah menelpon Sehun dan membiarkan keduanya berbicara hingga subuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ChanBaek] Troublemaker
Fiksi Penggemar"Berjanjilah satu hal padaku." "Apa itu?" "Jangan jatuh hati pada Chanyeol." [YAOI, 15+] [Beberapa dari chapter akan di privat. Untuk membaca, follow me first, akan bisa automatis terbaca jika sudah.]