Chapter 37

13.7K 1.3K 85
                                    

CHANYEOL POV

"Chanyeol... adikmu bukan hanya Sehun."

Uratku menegang didalam kulitku, mataku mencari-cari keraguan dalam mata ayah tapi yang ada hanya kejujuran dan penyesalan. Ayah bahkan tidak berani menatapku saat ini, ia sibuk meremas-remas jarinya.

"Itu semua kecelakaan, aku tidak pernah berniat mengkhianati ibumu." Ayah sekarang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, entah ekspresi apa yang terpasang dibalik kulit itu. Sedangkan aku hanya diam, hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan ayah.

"Jongin." Bisikku sangat pelan namun rupanya itu terdengar oleh ayah. "Dia adikku, bukan?"

"Siapa marganya?" Tanya ayah serius, matanya nampak berapi-api. Saat aku tidak menjawab, ia malah meremas tanganku erat. "Jawab aku, Chanyeol, siapa marganya? Apa kau mengenalnya? Bagaimana?"

Bibirku terbuka, namun tertutup lagi. Sial, jantungku berdegup sangat kencang sampai-sampai aku bisa mendengarnya. "Kim. Kim Jongin. Adik angkat Do Kyungsoo, namun ia memutuskan untuk memakai marga ibunya. A-aku mengetahuinya karena-" Chanyeol terhenti, menelan ludah. "Darahnya cocok hampir seratus persen denganku dan Sehun."

Wajah ayah memucat dan itu membuatku ketakutan, tangannya tak lagi meremas sesuatu, kali ini terkulai lemas. Ia menatap meja didepannya kosong. "Ayah... dia adikku, ya atau tidak?" Tanyaku dengan sangat hati-hati.

Ayah melakukan satu gerakan setelahnya dan itu membuat jantungku berhenti berdetak untuk beberapa detik. Sambil menatap tak percaya ke arah ayah, aku meremas pegangan sofa disampingku dan berusaha memfokuskan mataku. Ayah mengangguk. Singkat, padat, dan cukup membuatku mengerti dengan jelas.

Itu kenapa darah Jongin cocok dengan darahku dan Sehun disaat tubuhnya tidak bisa menerima darah dari orang lain selain keluarganya. Aku dan Sehun juga memiliki ciri khusus itu. Jongin, dia adikku. Sama seperti Sehun, dia adikku.

Nama Jongin memenuhi otakku untuk beberapa saat, sebelum dengan paksa kuhapus dari otakku sesaat. Aku berusaha fokus menatap ayahku, kali ini bisa kulihat tanganku bergetar. "C-Ceritakan padaku, ayah, kumohon."

Ayah menghela nafas berat, "Itu semua dimulai saat aku akan menanda tangani kontrak dengan perusahaan di Jepang. Saat itu kau baru berusia dua tahun, beberapa minggu sebelum ibumu mengandung Sehun. Aku menginap disebuah hotel di Jepang, dan saat itulah di malam hari, saat aku hendak tidur, ibu Jongin memasuki kamarku dengan keadaan mabuk."

"Ia tampak kacau saat itu, sungguh. Ia berdandan seperti perempuan jalang, dan ia menangis di atas ranjangku tanpa peduli ada seseorang lain disampingnya. Ia memintaku untuk membantunya melupakan masalahnya, malam itu, aku melakukan hal itu dengannya."

"Aku terbangun dengan keadaan tanpa busana, namun ia sudah menghilang. Ia hanya meninggalkan sebuah note di atas meja, mengatakan kalau ia sudah mengambil kartu namaku, berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu padanya. Aku hanya menganggap remeh hal itu. Setelah menyelesaikan urusanku di Jepang, aku segera kembali ke Korea dengan perasaan tenang."

Aku melirik pahaku untuk memastikan aku masih terduduk dengan benar karena lututku terasa lemas.

"Lalu di sebuah malam, sebuah panggilan datang darinya. Ia berkata kalau ia mengandung anakku. Pada awalnya aku dengan sangat keras menolak, namun ia tetap bersikeras kalau anak itu adalah anakku. Aku membuat kesepakatan dengannya, jika setelah anak itu lahir dan terbukti kalau ia benar anakku, aku akan mengiriminya sejumlah uang setiap bulannya sebagai bentuk tanggung jawab. Beberapa minggu berlalu dengan sangat berat bagiku, karena ibu Jongin terus saja menghubungiku."

"Lalu ibumu terbukti positif mengandung Sehun. Saat-saat itu adalah saat yang paling terberat dalam hidupku, Chanyeol, kau masih berusia dua tahun dan aku sudah memikirkan saat-saat ini sejak dulu. Bagaimana wajahmu ketika kau mendengar kalau kau ternyata mempunyai dua adik, aku sudah membayangkannya sejak saat itu. sembilan bulan berlalu dan aku tidak tahu harus merasa senang atau sedih, kedua anakku hampir lahir disaat yang bersamaan. Aku berada di rumah sakit saat itu, menggenggam erat tanganmu yang sedang menangis karena ibumu dibawa oleh beberapa perawat untuk melahirkan Sehun. Saat itu pula aku mendapat telepon dari ibu Jongin kalau Jongin benar anakku."

[ChanBaek] TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang