Chapter 35

15K 1.3K 118
                                    

AUTHOR POV

Chanyeol terbangun di pagi hari dengan keadaan yang cukup kacau. Ia masih terbalut didalam tuksedo hitamnya dan mengerang pelan saat berusaha duduk. Ia terkejut saat sosok Jongin terduduk di sofa kamar hotel mereka dengan wajah tenang sambil membaca koran, dengan pelan ia bangkit dari duduk dan menghampiri Jongin.

“Hyung, sudah bangun?” Tanya Jongin lalu tersenyum kecil. Rupanya bukan hanya sebuah koran yang menjadi teman Jongin pagi itu, melainkan juga secangkir kopi yang diminumnya berselingan.

“Ya, tapi kurasa itu tidak penting. Bagaimana dengan lukamu?”

“Baik. Jika saja Kyungsoo tidak ada, mungkin aku masih berbaring lemas di rumah sakit.” Jongin melipat korannya, lalu meletakkannya disisi kanannya. Jongin melipat kakinya, memandang Chanyeol.

“Apa?”

“Apa saja yang aku lewatkan? Kau dan Baekhyun hyung sudah menjadi sepasang kekasih, ‘kan?”

Chanyeol diam selama beberapa detik sambil memandang Jongin, namun akhirnya menggeleng pelan. “Aku tidak bisa. Kami tidak bisa.” Chanyeol tahu ia terdengar sangat putus asa, karena memang itulah yang ia rasakan. Ia bisa mendengar Jongin ber-ouch ria dengan nada mengejek.

“Perjuangkan cintamu, hyung!” Jongin berkata seperti ia adalah salah satu pahlawan dunia, dengan kepalan tangan yang terangkat dan ekspresi keras. “Ouch.” Erangnya tenang lalu memegang kepalanya, Chanyeol tertawa.

“Jaga baik-baik tubuhmu, aku dan Sehun dengan sangat berbaik hati menyumbangkan darah padamu.”

Chanyeol tidak berharap mendapat reaksi seperti ini dari Jongin; wajah pemuda tan itu tiba-tiba memucat, memandang Chanyeol seakan berkata ‘tolong-katakan-kalau-itu-hanya-bercanda’ namun Chanyeol tetap diam.

“Tidak mungkin.” Kata Jongin dingin.

“Memang. Tapi dengan sangat ajaib darahku dan Sehun bisa memasuki tubuh kurusmu tanpa masalah. Kenapa reaksimu seperti itu, huh? Kata ‘Terimakasih kembali’ sudah berada diujung lidahku.”

“T-Tidak, tidak apa-apa.” Jongin segera bangkit dari duduknya dan hendak menjauh dengan pandangan kosong, namun Chanyeol dengan sigap menahannya. “Hei, kau baik-baik saja?”

“Ya. Aku baik-baik saja, aku hanya harus mengambil air putih.” Jongin melepaskan diri dari Chanyeol, berjalan menjauh sampai tubuhnya tak lagi berada dijangkauan mata Chanyeol. Setelah ia menutup pintu kamar mereka, pikirannya melayang ke tiga belas tahun lalu—sehari sebelum ia memasuki rumah sakit.

“Dengarkan ibu, Jongin.” Seorang wanita meremas kuat lengan anak kecil didepannya yang menangis keras. Suara dingin dan menusuknya tidak meredakan tangis anak itu sama sekali.

“Kumohon, bu, ijinkan aku ikut bersamamu!” Jongin—anak kecil itu meremas ujung baju ibunya erat sambil menangis keras. Ibunya memandang aneh ke sekitar lalu melepas remasan Jongin keras. “Jangan menangis seperti perempuan! Ibu tidak mengajarimu untuk tumbuh menjadi anak yang bodoh!”

Suara musik club yang membalut pendengaran Jongin membuat anak itu semakin ketakutan. Ibunya berdiri didepannya, tepat didepannya namun auranya menunjukkan seolah wanita itu bisa menghilang dari sisinya kapan saja. “Janagn menjadi pengecut. Ayahmu meninggalkanku hanya karena istri bodohnya, jadi kenapa aku harus merawatmu? Ayahmu tidak pernah memberikanku apapun selain uang, kenapa kau merengek kasih sayang padaku? Kau sudah menemukan orang tua yang layak, jadi jangan temui aku lagi!”

Jongin berlutut ditanah saat ibunya hendak meninggalkannya. Ia meremas ujung rok pendek ibunya dan meraung meskipun tak sedikit tendangan yang ia terima dari wanita itu. “Bu, aku akan menjadi anak yang baik. Aku tidak akan merepotkanmu! Aku akan belajar keras, aku akan membantumu selama kau bekerja. Apapun itu asal ijinkan aku ikut bersamamu, bu!”

[ChanBaek] TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang