AUTHOR POV
Luhan merapatkan jaketnya karena udara pagi yang dingin. Setelah membayar taksi, ia menatap gedung rumah sakit di depannya dengan wajah tak terbaca. Segera kedua kakinya menyusuri lorong-lorong, lalu berbelok ke arah pintu yang bertuliskan 'Emergency'.
Kakinya terhenti ketika pemandangan di depannya terlihat. Ia melihat Chanyeol yang tertidur di bahu Baekhyun, dan kepala Baekhyun yang tertidur diatas kepala Chanyeol. Sedangkan Sehun masih setia membuka matanya, terlihat jelas kalau ia tidak tertidur semalaman. Ibu Baekhyun juga tertidur, memegang tangan ibu Sehun.
Luhan tidak yakin jika ia harus menghampiri Sehun, karena bibir namja itu tampak kering. Setelah berfikir beberapa saat, ia memutuskan untuk membelikan Sehun segelas kopi atau yang lainnya. Ia berbalik dan melangkah cepat ke lantai bawah, membeli segelas kopi hangat.
Dengan langkah cepat ia kembali ke area emergency, hanya untuk menemukan Sehun telah menghilang dari tempatnya. Dahi Luhan mengkerut, bertanya-tanya dalam hati kemana Sehun pergi. Ia menghela nafas, mengambil beberapa langkah untuk mencapai kursi Sehun. Ia melangkah dengan pelan agar tidak membangunkan orang-orang, namun seluruh badannya tiba-tiba terlonjak saat sepasang lengan melingkari pinggangnya dari belakang.
Luhan hendak melemparkan gelas kopi di tangannya karena kaget, namun ia urungkan ketika ia tersadar siapa yang memeluknya. Ia merasakan tangan Sehun memeluknya semakin erat, bahkan namja albino itu sekarang membenamkan wajahnya di leher Luhan.
"Kau datang?" Tanya Sehun pelan, belum melepaskan tangannya. Luhan merasakan pipinya memanas, melebihi panas kopi di tangannya. "Uhm, ya, aku membeli kopi untukmu."
"Terima kasih." Sehun tersenyum sebelum mengambil gelas hangat itu dari tangan Luhan, seketika kehangatan kopi itu terbaur ke seluruh syaraf kulitnya. Ia menghela nafas pelan, menyeruput minuman di tangannya pelan. "Bagaimana kau bisa sampai disini?"
"Keadaan di villa kacau. Semua orang ketakutan, pada awalnya mereka berfikir kalau keluargamu di culik, atau semacamnya. Tapi sekarang semua baik-baik saja, tak usah khawatir. Bagaimana dengan ayahmu?"
Sehun sempat terhanyut ketika melihat wajah Luhan, tapi beberapa detik setelah Luhan berhenti berbicara, ia tersadar. "Ah, uh, dia baik-baik saja. Kami belum di perbolehkan menjenguknya."
"Sehun,"
"Ya?"
"Kudengar... Jongin adalah kakakmu?" Tanya Luhan ragu, ia tidak tahu mengapa ia sangat ingin bertanya tentang hal itu pada Sehun. Tapi ternyata ekspresi namja albino itu berubah sendu, dan Luhan mulai menyalahkan dirinya sendiri.
"Ya, itu benar. Dan aku sama sekali tidak memperbaiki keadaan." Sehun tersenyum tipis.
"Apa maksudmu?"
"Aku membentaknya. Mengatakan kalau ia tidak pantas lahir atau semacamnya. Ia tampak marah namun ia tidak memukulku. Mungkin seharusnya lebih baik ia memukulku, setidaknya itu terdengar seperti seorang Jongin."
Luhan sempat terkejut akan penjelasan Sehun, kini semakin banyak pertanyaan yang bersarang di benaknya.
"Aku tidak tahu apa yang telah aku pikirkan sampai-sampai aku berkata seperti itu padanya. Tapi untuk saat ini, aku sangat... sangat menyesal." Gumam Sehun pelan, lalu meremas gelas kertas di tangannya, pertanda kalau kopi di tangannya sudah habis.
"Kau ingin satu gelas lagi?" Luhan bertanya, hampir tidak menyelesaikannya karena Sehun tiba-tiba menariknya ke dalam sebuah pelukan. Luhan hanya membenamkan wajahnya ke dada Sehun meskipun ia sangat ingin bertanya banyak hal. Ia ingin meringankan beban hati Sehun, ia ingin menjadi kekasih yang berguna. Tapi untuk saat ini, ia biarkan kedua tangannya merangkul pinggang Sehun dan memejamkan matanya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ChanBaek] Troublemaker
Fanfiction"Berjanjilah satu hal padaku." "Apa itu?" "Jangan jatuh hati pada Chanyeol." [YAOI, 15+] [Beberapa dari chapter akan di privat. Untuk membaca, follow me first, akan bisa automatis terbaca jika sudah.]