BAB 5

260 34 4
                                    

Setelah hari itu, ibu menjalani kehidupan dengan normal, ia tak pernah lagi menangis ataupun berteriak dimalam hari.

Keadaan dikastil menjadi tenang, adikku pun terlihat sehat.
Hingga suatu hari Ibu mengirimku ke akademi dengan alasan agar aku lebih mengenal dunia luar.

Pekerjaan ayah yang tertunda berhasil ibu selesaikan, sehingga wilayah kami yang kesulitan kini mulai membaik.
Begitulah informasi yang ku dapatkan melalui surat yang dikirimkan ibu.

                             ***

"Kau siswa baru disini?."

Seorang bocah lelaki berambut perak, dengan kulit pucat yang terlihat seumuran denganku mengajakku berbicara secara tiba-tiba.

"Iya". Jawabku singkat, karena aku tidak terbiasa berbicara dengan orang asing.

"Aku Aaron dari keluarga Barnett, siapa namamu?".

"Aku Cedric dari keluarga Rothesay".
Dengan terpaksa aku terus menjawab pertanyaanya itu.

"Wah kau putra seorang duke, mulai sekarang kita berteman, kau akan duduk bersamaku disetiap pelajaran".

Dengan seenaknya ia berbicara dengan seseorang yang baru ditemuinya, namun aku diam saja karena malas jika berurusan dengannya.
Dan yang anehnya apa ia tak tahu bahwa ayahku telah meninggal?.

Ntah mengapa tanpa sadar kami menjadi dekat, dan selalu belajar bersama.

Hingga setelah beberapa tahun kemudian, diumurku yang ke 13 tahun, aku mendapat kabar duka bahwa Chloe adik perempuanku meninggal dunia karena demam yang tak kunjung sembuh.

Aku yang begitu terpukul tanpa pikir panjang langsung meninggalkan akademi bersama Aaron yang memaksa ikut denganku.

Setelah perjalanan panjang akhirnya kami sampai di duchy, pemandangan yang membuatku sesak, mengingatkanku akan kejadian dihari kematian ayahku.

"Cedric, kau tidak apa-apa?".

Ucap Aaron yang menahan tubuhku saat akan terjatuh karena aku merasa sangat lemas.

Aku merasakan kesedihan yang luar biasa, namun seperti sebelumnya, setetespun airmataku tak keluar.

                            ***

Aku terkejut setelah melihat keadaan ibuku yang memprihatinkan, tubuhnya kurus, pipinya cekung dan matanya terlihat lelah.

"Ibu?".

Perlahan, diantara kerumunan pekerja dikediamanku, wajah ibuku menoleh kearahku.

Aku berlari dan  akhirnya memeluk ibuku, namun ibuku tak membalas pelukanku. Ia hanya diam seperti orang yang kehilangan akal.

"Tuan, saya akan membawa nyonya beristirahat, sebaiknya anda segera membersihkan badan dan mengajak teman anda makan bersama".

Ucap bibi pengasuh yang terlihat lebih tua dari ingatanku.

"Baik bibi".
Aku melepaskan pelukanku dan membiarkan ibu dipapah pelayan lain menuju kamarnya.

"Cedric, maaf karena aku melihat kejadian ini. Sebagai temanmu aku sangat prihatin".
Lenguh Aaron pelan, sembari memegang pundakku guna menenangkanku.

"Kau tak perlu merasa bersalah Aaron, aku sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini".

                            ***

Selama seminggu aku dan Aaron berada dikediamanku, ia terus mengajakku kembali ke akademi namun aku merasa berat untuk meninggalkan ibuku sendirian.

"Cedric, sepertinya sekarang adalah hari terakhir aku berada dirumahmu, nanti sore keluargaku akan menjemputku, mereka telah membalas surat yang ku kirimkan tempo hari".

"Baiklah, kau bisa pergi sesukamu".
Jawabku singkat seperti biasanya, meski kami telah mengenal lama.

Aku dan Aaron terus berada diantara sepi, karena aku sudah tidak bersemangat untuk berbincang dan mungkin Aaronpun merasa tidak enak jika mengajakku berbicara disaat seperti ini.

Ibuku tidak pernah meninggalkan kamarnya, ia selalu mengurung diri dan lebih memilih melakukan semuanya didalam kamar.

Hingga tibalah sore hari, keluarga yang ditunggu Aaron datang dikediamanku.

"Kakak, aku merindukanmu".

Seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Odelia berlari menghampiri Aaron. Sikap manja terhadap kakaknya membuatku sedih karena mengingatkanku pada Chloe yang bahkan tak kuketahui bagaimana rupa wajahnya dihari kematiannya.
Karena ia telah dimakamkan sehari sebelum aku sampai ke duchy.

"Hai, aku Charlotte Barnett, apakah Kau teman kakakku?".

Sifat ramahnya itu mirip sekali dengan Aaron.

"Benar". Jawabku.

"Terima kasih karena telah berteman dengan kakakku".

Oceh gadis itu lagi.

"Tentu".

"Charlotte, apa yang kau katakan. Kakakmu ini adalah orang yang populer diakademi".
Timpal Aaron, memotong pembicaraan kami.

"Dimana ayah dan ibu?". Tanya Aaron pada adik perempuannya.

"Tidak tahu, semuanya pergi. Aku sendirian dirumah bersama dengan monster kecil".

Jawab gadis itu sehingga membuatku sedikit terkejut.

"Monster kecil?". Tanpa sadar bibirku berucap tanpa aba-aba.

"Ah, dia hanya bercanda, kau tahu sendirilah, adikku ini anak yang bodoh".
Aaron tertawa sambil memukul pelan pundak adiknya.

"Baiklah Cedric, terima kasih karena mangizinkanku menumpang dikediamanmu, aku pamit dahulu. Dan aku akan menunggumu kembali ke akademi".

Aaron bersama adik perempuannya berlalu, mereka menggunakan kereta kuda yang sangat mewah, kehidupan mereka yang ceria berbanding terbalik denganku.

Dikereta kuda yang telah melaju, gadis kecil itu melambaikan tangan, dan perlahan aku membalas lambaian tangannya.

Kepergian Aaron dari rumahku membuat kediamanku semakin suram.

Orang-orang dirumahku tidak saling bicara, kini semuanya tampak berbeda. Aku seperti disebuah kastil tua tak berpenghuni kecuali diriku sendiri.

____________________________________

pecintasenjamu

Cedric Eleanor Rothesay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang