BAB 19

72 8 1
                                    

Dengan hati yang terasa panas, aku kembali keruangan kerjaku mencoba menurunkan emosi seraya menyelesaikan pekerjaanku hingga sore hari.

Tok,tok,tok
Suara ketukan pintu menyadarkanku yang sedari tadi fokus pada pekerjaanku.

"Tuan, saya mendapat aduan dari para pelayan bahwa tunangan anda memasuki taman bunga lili dan memetiknya, tak ada yang berani menegur putri mendiang count itu."

Ujar seorang prajurit yang seketika itu membuatku semakin murka akan tingkah wanita itu, bagaimana tidak, sedari dulu aku selalu menjaga kebun mendiang ibuku agar kebun itu tak pernah berubah, namun wanita yang menjadi tunanganku malah merusaknya dengan memetik bunga-bunga itu.

Seketika aku bangkit dan dengan cepat aku menuju wanita itu.
Dan benar saja, bersama pelayannya, ia menerobos masuk dan memetik bunga-bunga disana.

"Berani sekali kau berkeliaran tanpa seizinku!"

Seruku menatap lurus pada wanita yang kini mengenakan gaun bewarna merah, gaun itu membuatku ingat akan kejadian mengerihkan  yang menimpa ibuku.

"Du,duke, aku hanya berjalan-jalan sebentar".

Dengan kalimat yang terbata-bata, wanita itu membela dirinya lagi.

"Jangan menyentuh bunga-bunga disini, apalagi berani memetiknya!"

Pekikku yang seketika melengos pergi, karena aku tak tahan melihat tingkah dan gaun yang dikenakannya.

                             ***

Kepalaku begitu sakit dan ingin segera mengusirnya, namun alasan itu tak cukup hingga akan menjadi bumerang saat kaisar mengetahuinya.

"Tuan, ini teh untuk anda. Segeralah minum agar meredakan sakit kepala anda."

Tutur pelayan pribadiku, ia selalu tahu akan kegelisahan yang kurasakan.

"Terima kasih Rona."

Sahutku seraya meneguk teh hangat itu, memang benar sakit kepalaku sedikit membaik.

"Saya akan menghidangkan teh yang sama pada tunangan anda Tuan, saya rasa ini akan baik untuknya."

Kebaikan hati Rona membuatku kagum, walaupun aku tak peduli dengan wanita itu, biarlah ia tetap dijamu dengan layak dikediamanku.

"Baiklah Rona."

Pungkasku, dan kemudian ia beranjak pergi. Kutatap punggung pelayan itu, ntah mengapa aku merasakan sebuah kerinduan, hingga membuatku lagi-lagi menatap lukisanku bersama Odelia.

aaarrhhhgggg

Suara teriakan Rona, membuatku seketika menghampiri arah suaranya.

Seketika aku tertegun kala melihat tunanganku yang sedang menjambak rambut Rona hingga membuat rambutnya terurai karena sanggulnya yang lepas.

"Lepaskan tanganmu Lady Charlotte!"

Kesabaranku telah habis, hingga bentakanku keluar seraya menatap lurus kearah wanita itu.

"Mengapa kau sangat berbeda dari  yang dirumorkan? Kemana sifatmu yang lembut dan baik hati?".

Wanita itu tampak kesal hingga ia melengos pergi tanpa menjawab pertanyaanku.

"Rona, apakah kau baik-baik saja?".

Tuturku seraya menenangkan pelayanku yang terlihat ketakutan, ia menunduk dan mengganggukkan kepalanya.

"Bawalah Rona keruang pengobatan agar ia mendapat perawatan".

Pungkasku yang kala itu menatap teh yang berbeda dengan yang diberikan Rona kepadaku.

"Teh apa yang kau sajikan itu? Aku belum pernah melihat teh yang seperti itu".

Tanyaku pada pelayan milik wanita itu.

"Ini teh Chamomile Tuan, teh ini memiliki kasiat menenangkan dan bisa membantu mengatasi insomnia."

Sahut pelayan itu sembari memunguti satu persatu serpihan gelas, pastilah ini yang menjadi penyebab wanita itu tega menganiaya pelayanku.

"Apakah boleh kau membuatkanku yang seperti itu?"

Tanyaku lagi kala penasaran, karena teh itu memiliki aroma yang mengingatkanku pada ibu saat ia meminum teh dengan aroma yang serupa bersama ayah.

"Baik tuan". Ia menggangguk pelan.

"Bawakan aku teh itu setelah makan malam, dan katakan pada Charlotte aku tidak bisa makan dengannya."

Pungkasku yang segera meninggalkan tempat itu.

                            ***

Sepertinya pelayan itu telah menyampaikan pesanku dengan benar, hingga aku bisa makan malam dengan tenang.

Namun pelayan yang berjanji bersedia membuatkanku teh chamomile tak kunjung datang, hingga malam semakin larut.

Tok,,tok,,,tok,,,

Suara ketukan dari balik pintu kamarku akhirnya berbunyi, aku mengira bahwa ia lupa akan janjinya.

"Masuklah, lama sekali kau datang, ini hampir larut."

Seseorang yang masuk itu seketika membuatku memasang wajah tak senang.

"Duke, ini teh yang anda inginkan, Marie tak bisa mengantarkan karena ia telah tertidur."

Sontak aku bangkit dari tempat duduk yang berada tepat dimeja kerjaku.

"Apa yang kau lakukan disini?".

Charlotte yang malam itu mengenakan pakaian tidur tipis hingga kulitnya tampak jelas menghampiriku dan meletakkan teh yang dibawanya kemeja kerjaku.

"Tuan, besok aku kembali ke county, bagaimana kalau malam ini aku tidur disini saja?".
Ucapnya sembari mengelus tubuhku.

"Keluar dari kamarku sebelum kuusir!".

Dengan nada yang menekan, aku memekik wanita yang tak tahu malu ini.

Bukannya merenungkan kesalahannya, ia malah memelukku erat, wanita itu menempelkan dadanya pada tubuhku dan sesekali mengecupku.

Aku yang tak tahan akan perlakuannya itu, seketika melepas dengan paksa dan mendorongnya menjauh dariku.

"Kenapa kau lakukan ini? Bukankah kita segera menikah?".

Ia tak terima dengan perlakuanku, hingga membuatnya berbicara dengan nada yang lantang.

"Kau benar-benar berbeda dari yang dirumorkan, jika bukan karena perintah kaisar, aku tak akan sudi menjadikanmu sebagai istriku."

Sontak ia menangis dan menundukkan pandangannya, hingga membuat punggung serta lehernya terlihat jelas dipandanganku.

"Siapa yang melakukan hal ini padamu?".

Teriakku yang saat itu terkejut menatap tanda merah pada kulitnya.

"Apa maksud Tuan?".

Ia menengadahkan wajahnya yang berlinangan air mata, namun aku tak mau terperangkap olehnya.

"Tanda ini, jangan mencoba menipuku, kau pikir aku bodoh?".

Tanpa sadar aku menggenggam erat kedua bahunya.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan!"

Ia memberontak kesakitan, teriakannya membuat para pelayan datang menghampiri termasuk Rona.

"Maaf Tuan, apa yang terjadi? Kami mendengar suara anda."

Ucap kepala pelayan dikastil duchy.

"Usir wanita itu sekarang juga, aku tak sudi melihat wajahnya!".

Kali ini aku akan memutuskan hubungan dengan keluarga aneh itu.

____________________________________

pecintasenjamu

Cedric Eleanor Rothesay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang