BAB 29

60 8 0
                                    

Semua orang menatapku bingung saat aku tiba diistana masih mengenakan baju zirahku.

"Bukankah itu Duke?"

Para bangsawan tampak heboh dengan kedatanganku dan mereka saling berbisik.

"Apa perangnya sudah berakhir?"
Ucap salah seorang bangsawan yang tak begitu kukenal.

Tanpa peduli, aku berjalan menuju Odelia yang kala itu tersenyum menyambut kedatanganku.

"Selamat ulang tahun Tuan Putri."

Aku menekuk lututku seraya menengadahkan tangan kanan pada Odelia, perlahan aku menyerahkan kotak merah padanya sebagai hadiah ulang tahun.

"Du,duke, apa anda baru saja kembali dari peperangan?"

Suara dari wanita yang paling kubenci benar-benar menggangguku, ekspresinya menatapku kecewa.

"Terima Kasih Cedric, bangunlah. Kau tidak perlu berperilaku seperti itu padaku."

Odelia mengambil hadiah yang kuberikan dan kemudian ia membantuku berdiri, memang sengaja aku tak menggubris Charlotte dan mengubah pandanganku kearah Edward yang kala itu berjalan menghampiri kami.

"Selamat datang Duke, aku tak percaya anda kembali begitu cepat."

Ujarnya yang tampak menyambut kedatanganku dengan senang hati.

"Aku segera kembali, kaisar mengizinkanku untuk menghadiri pesta ini walau sebentar."

Dengan datar aku menjawab ramah-tamahnya itu, aku malas menceritakan tentang perang ini pada siapapun kecuali orangku dan keluarga kaisar. Apalagi semenjak aku mendengar desas-desus bahwa Edward akan menjadi pendamping putri mahkota, aku semakin membenci dirinya, kuharap itu hanya gosip belaka.

Charlotte yang sedari tadi tak diperdulikan seketika itu pergi, ia menghampiri pelayannya yang tengah duduk sembari menikmati jamuan yang tengah disediakan.

"Yang mulia, saya permisi sebentar."

Ucapku pada Odelia yang masih menggenggam hadiah dariku, kuharap ia senang saat membuka kotak tersebut, benda yang sengaja kupersiapkan sebagai hadiah ulang tahun jika suatu saat kekaisaran tak lagi dilanda peperangan. Itu adalah Permata langka yang kutemukan saat ekspedisi pertamaku ketika aku dinobatkan menjadi Duke.

                                  ***

Suara pecahan gelas menyebabkan pesta ulang tahun Odelia menjadi gaduh, ketika aku kembali setelah mengganti pakaian, kulihat Charlotte dan pelayannya mendekati Odelia hingga membuatnya tidak nyaman.

"Pelayan dan tuannya ternyata sama saja!"

Aku menatap lurus kearah Charlotte yang semakin membuatku muak, tak puas mengangguku kini ia mengganggu Odelia.

plaaakkkk

Suara keras dari tamparan Charlotte membuat pelayan itu terhuyung, mereka saling adu mulut,  namun aku tak mengerti.

"Yang mulia ampuni saya."

Pelayan itu buru-buru mengubah posisinya, ia sujud pada kaki Odelia.

"Saya hanya ingin menyelamatkan anda dari nona Charlotte, ia telah memasukkan racun arsenik pada gelas yang akan diberikannya pada anda."

Sontak Charlotte menjambak rambut pelayan itu karena tak terima akan tuduhannya.

mereka saling cekcok, membuat para bangsawan menjadikan mereka sebagai tontonan.

Kala itu Edward mencoba membantu pelayan malang itu, namun Charlotte memakinya dengan mengeluarkan kata-kasar.

"Yang mulia, dibalik gaun nona Charlotte, ia menyembunyikan racun itu disana."

Pelayan yang telah babak belur dianiaya Charlotte, masih mampu mengeluarkan kalimat dari mulutnya.

"Racun arsenik?"

kukira tadinya mereka hanya berpura-pura demi menarik perhatianku, namun saat aku mendengar nama racun itu, aku tidak bisa lagi tinggal diam.

"Mengapa anda lebih percaya pada seorang pelayan daripada bangsawan yang menjadi tunangan anda?"

Charlotte memekik seraya menangis sejadi-jadinya, namun aku yang semakin muak dengan dirinya menatapnya dingin.

"Pengawal, periksa Lady Charlotte!"

Kali ini aku tak akan membiarkannya bertindak lebih jauh, apalagi ia mencoba menyakiti Odelia, aku tidak akan pernah memaafkan tindakannya yang menjijikkan itu.

Dengan cepat para pengawal disana menghampiri dirinya mencoba mencari tahu kalimat yang dilontarkan pelayan itu, namun Charlotte yang merasa direndahkan menolak dan terus memaki.

"Tuan Putri, biarkan saya yang memeriksa jus itu, agar anda percaya ucapan saya."

Perlahan pelayan itu bangkit menuju pecahan gelas yang telah menumpahkan jus jeruk, ia akan meletakkan jarinya kemudian memasukkannya kedalam mulutnya, jika ia mati maka ucapannya itu adalah benar.

"Mengapa tidak seseorang dengan tubuh yang memiliki toleransi terhadap racun yang mencobanya?"

Ucap Edward sambil mengarahkan pandangannya padaku.
memang benar aku memiliki toleransi tinggi terhadap racun, karena sedari remaja aku sengaja membuat diriku terkena racun demi menjadikan diriku semakin kuat.

Odelia menggenggam tanganku, mencoba meredamkan amarahku.

"Kau tak perlu melakukan itu, kita akan memanggil alchemist meski memakan waktu yang lebih lama."

"Jangan khawatir yang mulia, saya harus membuktikan percobaan pembunuhan ini sekarang juga."

Dengan perlahan aku melepaskan genggaman Odelia dan berjalan menuju pelayan itu.

"Cedric, jangan lakukan itu!"

Tahu-tahu, Charlotte yang tengah bersimpuh bangkit dan memelukku.

"Sial, berani-beraninya wanita ini."

Aku mencoba melepaskan pelukannya hingga tanpa sengaja membuatnya terhempas mengenai kue ulang tahun milik Odelia.

"Duke, tega-teganya kau melakukan pada aku yang merupakan tunanganmu! Semua ini salahmu, kalau kau tak membuatku sedih, aku tidak akan kelewatan seperti ini!"

Ia terus menggila dan melempar pecahan kaca pada Edward yang mencoba menenangkannya, hingga membuat wajah Edward tergores.

"Yang mulia, ampuni saya, saya mengaku salah."

Charlotte yang kala itu menangis, merangkak menghampiri Odelia, ia tampak ketakukan.

"Putri, saya malu karena perasaan pribadi saya, malah membuat anda hampir celaka."

Ia menggenggam ujung Gaun Odelia, tampaknya ia tak mampu menunjukkan wajahnya, hingga ia terus menudukkan pandangannya.

"Bagaimanapun juga, kesalahanmu tetap harus diadili, namun aku berjanji akan meringankan hukumanmu."

Nada bicara Odelia yang rendah membuatku terus mengagguminya, hingga aku tak sengaja menghilangkan kewaspadaanku terhadap Charlotte.

"Ucapan itukan yang kau harapkan?"

Sontak wanita itu bangkit dan mencekik leher Odelia, genggaman kuat dileher Odelia membuatnya kesakitan dan kesulitan berbicara.

sssrrraaannnggg

Tanpa pikir panjang, aku menggoreskan pedangku pada punggung Charlotte hingga membuat ia terjatuh.

Darah segar terus menetes dari balik gaunnya, namun ia terus tertawa dan terus menggila, hingga akhirnya iapun kehilangan nyawanya.

Saat itu tak ada rasa penyesalan dalam diriku, hanya perasaan lega, orang yang membuat diriku tertekan beberapa tahun ini telah pergi.

                           
______________________________________

Instagram : Pecinta_senjamu


Follow langsung followback 🤗

Cedric Eleanor Rothesay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang