Dikesunyian yang membuatku tenang kala itu seketika musnah saat seorang prajurit kekaisaran mendatangi kastilku dengan membawa berita yang sangat tak mengenakan.
"Duke Cedric Eleanor Rothesay, Sebagai Prajurit kelas satu istana, saya menyampaikan bahwa keluarga kaisar turut berbelasungkawa atas kematian tunangan anda dan bersama surat ini, yang mulia memberi titah tentang tunangan anda yang baru, kami selalu mendoakan kebahagiaan sang pahlawan perang."
Seru prajurit itu yang masih menekuk salah satu lututnya memberi hormat, tampak sebuah surat dengan cap kaisar disodorkannya padaku.
Ia masih mempertahankan posisinya kala aku sengaja membiarkannya, sungguh sulit dipercaya saat aku membaca surat yang membuatku geram.
Ku katupkan gigiku hingga membuat wajahku mengeras kesal. Pria tua bangka itu memang tak layak disebut penguasa, ia bahkan lebih hina dari binatang yang menjijikkan.
"Pergilah!"
Ucapku yang masih menahan emosi, aku tak ingin pertumpahan darah terjadi hanya karena kekonyolan ini.
Kuremas kuat kepalan tangan dimana surat yang telahku baca itu masih dalam genggamanku, hingga membuat kertas tak berguna itu berubah bentuk.
Ntah mengapa ia terobsesi membuatku menjalin hubungan dengan putri dari keluarga count, dalam pikiranku ia memang sengaja menjauhkanku dari Odelia.
Namun setidaknya putri kedua count itu memiliki reputasi baik, dan aku akan membujuknya untuk membatalkan pertunangan ini, mengingat aku adalah sahabat kakaknya, pastilah ia akan mengerti.
***
Srriiinggg
Ditempat pelatihan ksatria duchy utara, suara pedang saling beradu.
Fel jatuh dengan posisi terkapar ditanah seraya mendongakkan kepalanya menghindari pedangku yang kini tertahan dibawah dagunya dan hendak menggores lehernya, aku menatapnya tajam setelah memalingkan wajah kearah pedang fel yang telah terlempar.
"Kau menang lagi yang mulia!".
Ucapnya dengan penuh bangga, meski telah dikalahkan berkali-kali, tapi ia tak merasa terhina dengan pangkat yang saat ini dimilikinya.
"Aku tahu."
Perlahan aku mengedarkan pandangan pada para prajurit yang menyaksikan petarungan ini, kulihat tatapan mereka kagum bercampur cemas.
"Selanjutnya!".
Ucapku lantang seraya menarik pedang.
"Tuan, apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah saat ini perbatasan sedang dalam keadaan tenang?".
Tanya Fel mendesah sembari ngos-ngosan, ia telah kehabisan tenaga.
"Aku melihat kalian sangat santai sehingga membuatku berpikir suatu saat kalian akan kehilangan kemampuan berpedang."
Sahutku, perlahan aku memasukkan kembali pedang milikku.
"Tuan, maafkan kami jika membuat anda khawatir, namun anda benar-benar berbeda, apa yang sebenarnya anda pikirkan?".
Ucapannya itu membuatku membisu, takku sangka Fel mengenalku begitu jauh.
"Semuanya bubar!".
Seruku lagi, hingga para prajurit disana kembali pada tempatnya masing-masing.
***
Dua minggu telah berlalu dan hari ini aku menunggu Charlotte tunangan baruku yang segera tiba dikastilku,
Melihatnya yang dengan sengaja memakai gaun yang pernah dikenakan Liliana, membuatku yakin keluarga itu ingin menghinaku.
Bersama seorang pelayan, wanita itu perlahan menyodorkan sebuah kotak hadiah padaku, yang saat kubuka, ternyata itu adalah hasil sulaman yang merupakan simbol wilayahku.
Kuperkenankan iring-iringan dari keluarga count itu memasuki kastilku, namun tatapan genit tunangan baruku membuatku merasa risih hingga aku mengurungkan niatku untuk berbincang padanya.
Kini aku dan wanita itu telah berada diruang perjamuan bersama pelayannya yang sedari tadi terus menempel padanya.
Sesekali kutatap wanita itu yang tampak tak menikmati hidangan ini, pastilah ia memang sengaja melakukan itu, mengingat dirinya yang dipenuhi kehidupan mewah, hidangan seperti ini sudah biasa baginya.
"Apa hidangan ditempat ini tak membuatmu berselera? Sehingga kau tak menghabiskan makananmu?"
Tanyaku sembari menantapnya yang memainkan sendok pada hidangan itu.
"Ti,tidak, semuanya sangat lezat, ta,tapi aku sedang tidak enak badan."
Gaunnya yang tampak sempit, membuat setengah dadanya menonjol keluar, hingga aku yakin ia telah berbohong.
"Bagaimana kau bisa menempuh perjalanan yang sangat jauh, jika sedang tidak enak badan? Kau seharusnya memberitahuku melalui surat, lagipula aku tak memaksamu untuk datang kesini!".
Aku benar-benar muak dengan tingkah keluarga itu, meski aku pria yang normal, namun aku tak bernafsu saat melihat dirinya yang seperti itu.
"Du,duke, maafkan saya, saya kesini demi anda, tunangan saya."
Ia yang mencoba membela diri semakin membuatku muak.
Bbrraaakk
Sontak aku membanting alat makanku, karena aku tak nyaman akan jawaban darinya.
"Kau membuatku tak berselera makan, kupikir kau berbeda dengan lady lainnya. Aku sangat membenci wanita yang terobsesi terhadapku. Dan lagi, hari ini kau sangat mirip dengan kakakmu yang telah mati, sama-sama penyakitan.
Apa kutukan keluarga count juga menjangkit anak haram?!"Seruku yang dengan sengaja melukai hatinya, karena aku berharap ia membatalkan pertunangan ini.
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Cedric Eleanor Rothesay
Historical FictionBagaimana Duke menghadapi perasaannya? Apakah akhirnya ia terpaksa menikah dengan lady yang dibencinya? atau putri mahkota yang ingin dilindunginya? Sementara itu, hanya seorang pelayanlah mengerti akan dirinya.