Pagi ini aku mengumpulkan semua pekerja termasuk ksatria penjaga di aula pertemuan.
Sudah sangat lama aku tidak menatap mereka dengan hati yang tenang seperti ini, sebelumnya pertemuan yang sama membuatku sedih. Karena selalu mengumpulkan mereka untuk berpamitan berperang.
"Aku berterima kasih karena dengan setia kalian mengabdikan diri dikastil ini, bertahun-tahun kesedihan selalu menghampiri namun aku bersyukur, kalian tak pernah mengeluh dan selalu tegar membantuku mengurus kastil dan duchy yang telah ditinggalkan oleh sebagian besar penduduk.
Hari ini, aku dengan bangga menunjukkan sedikit hasil dari perang yang telah ku lewati."Dengan sigap beberapa ksatria bergantian membawa kotak besar dan menjajarkannya, hingga para pelayan dikastil tampak terkejut dengan puluhan kotak berisi harta berharga saat kstria tersebut membukanya.
"Ini adalah harta rampasan perang, belum termasuk hadiah yang akan diberikan oleh kaisar. Dengan ini aku berencana membuat duchy kembali membaik, dan aku harap kalian bersedia membantuku."
Seketika itu para pekerja bersorak bahagia, diantara mereka tampak airmatanya tak mampu terbendung.
"Tuan, yakinilah kami akan selalu setia kepada anda, kami percaya duchy akan bangkit dan kembali disegani oleh para bangsawan termasuk kaisar."
Seru kepala pelayan pengganti Bibi.
***
Aku memerintahkan Fel untuk mengawasi Kastil yang akan direnovasi, kepala pelayan sebagai pengelola bahan makanan dan seragam para pelayan yang akan dijahit.
Sementara itu, aku dan beberapa ksatria lainnya berkeliling kerumah penduduk yang masih menetap di duchy, karena aku ingin membuka lahan pertanian dan peternakan agar mereka tak perlu lagi menderita kelaparan.
Aku terus menatap tanah subur sehingga membuat rumput liar tumbuh hingga tinggi, membuatku semakin malu karena tak mampu membuat penduduk menanam barang sepohonpun disini.
Tok,,tok,,tok,,
Kala itu aku perlahan mengetuk sebuah gubuk tua yang tampak tak layak dijadikan sebuah tempat tinggal, hingga tak perlu lama, seorang pria dengan tubuh ringkih keluar dari balik pintu itu.
"Siapakah anda Tuan? Ada perlu apa anda mendatangi rumah saya?".
Ucap pria itu sembari memegangi perutnya.
"Maaf menganggu istirahat anda, saya adalah Duke."
Seketika pria itu tak mampu menahan emosinya, ia menangis.
"Duke, maaf jika saya tidak berlaku sopan dengan sang pahlawan kekaisaran, silahkan masuk, namun tak ada yang mampu saya berikan kepada anda."
Betapa hatiku terenyuh melihat keadaan penduduk pinggiran yang kukira tak separah dipusat duchy. Namun mereka tetap berlaku sopan padaku yang telah membuat mereka menderita seperti ini.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin melihat keadaan disini, ada berapa orang yang tinggal dirumah ini?."
Timpalku.
"Aku hanya tinggal sebatang kara Tuan."
Jawabnya sehingga membuatku semakin terenyuh.
"Lalu, bagaimana keseharianmu dan darimana kau mendapat makanan?".
Tanyaku lagi.
"Penduduk disekitar sini bergotong-royong agar tetap bisa makan meski seadanya, para pemudalah yang biasanya bergantian berburu kehutan dengan alat sederhana, sehingga sampai saat ini kami bertahan hidup."
Jawab pria itu lagi.
"Apakah kau bisa membantuku mengumpulkan para penduduk disini?".
Ucapku padanya, dan tanpa pikir panjang, ia mengangguk pelan hingga membawaku beranjak dari tempat tinggalnya.
Satu-persatu rumah penduduk kami datangi, hingga membuat mereka mengekspresikan wajah yang sama seperti saat aku bertemu pria itu pertama kali.
Disebuah tanah kosong, puluhan penduduk berdiri berhadapan denganku bersama beberapa ksatria penjaga. Para pemuda yang kembali dengan tangan kosong ikut dalam barisan tersebut.
"Aku sangat malu berhadapan dengan kalian seperti ini, meski kita sama-sama mengetahui penyebab duchy menjadi seperti ini, namun semua ini tetaplah kesalahanku karena menjadi seorang pemimpin yang tidak kompeten. Aku harap kalian mengampuniku dan menerima sedikit bantuan kecil sebagai permohonan maafku."
Perlahan aku memberikan isyarat pada salah satu ksatria, hingga dengan cepat ia mengeluarkan kantung yang telah kusiapkan.
"Tolong bagikan ini kepada para penduduk."
Seruku pada ksatria itu.Hingga seketika ia menyuruh penduduk berbaris untuk mendapatkan kantung itu.
"Tuan Duke, ini sangat banyak."
Seru seorang Pria setelah membuka kantung itu, seketika penduduk lainnya ikut membuka kantung milik mereka, ekspresi diantaranya tampak terkejut bercampur haru.
"Gunakanlah koin emas itu untuk kebutuhan kalian sementara, beberapa hari lagi aku akan kembali."
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Cedric Eleanor Rothesay
Historical FictionBagaimana Duke menghadapi perasaannya? Apakah akhirnya ia terpaksa menikah dengan lady yang dibencinya? atau putri mahkota yang ingin dilindunginya? Sementara itu, hanya seorang pelayanlah mengerti akan dirinya.