Tak terasa sudah lima hari kami di desa itu, bersama para pengawal, kami membantu memulihkan desa yang telah lama tak beraktivitas karena para orangtua disana sibuk merawat anak-anak mereka.
"Tuan, bukankah pesta penyambutan Count yang baru akan dilaksanakan? Apakah sebaiknya kita kembali?"
Ujar Rona yang kala itu tampak cemas, sontak aku tertegun, karena aku telah melupakan undangan yang diberikan keluarga itu.
"Kau benar Rona, sepertinya kita harus segera kembali, namun bagaimana dengan desa ini?"
Nyatanya aku ingin menyelesaikan persoalan disini karena bagiku penduduk ditanah ini lebih penting daripada menghadiri pesta itu.
"Tak masalah Tuan, bukankah ada saya dan para pengawal? Anda dan Rona pulanglah, percayakan semuanya pada saya."
Pungkas Fel mencoba menenangkanku.
"Baiklah, aku mengandalkanmu Fel."
Hingga tanpa menunggu waktu lama, aku meninggalkan kebun yang sedang digarap ulang, bersama Rona aku kembali kerumah kepala desa untuk berpamitan.
***
Persediaan makanan telah disiapkan oleh pekerja dari rumah kepala desa, aku dan Rona meninggalkan desa itu tanpa khawatir mengenai perbekalan.
kini hanya kami berdua dijalan yang sunyi itu, kami diam tak saling berbincang.Dicuaca yang sejuk itu, aku dan Rona berhenti untuk beristirahat sejenak, disana kami menyantap makan siang dengan diam, anehnya Rona kembali menjadi dirinya, dingin dan membisu.
"Rona, apakah ada masalah?"
Tanyaku khawatir akan dirinya yang terus diam disepanjang jalan.
Ia hanya menggelengkan kepalanya sembari mengunyah Roti lapis berisi daging dan sayuran.
"Baiklah, jika ada hal yang kau keluhkan, katakanlah padaku."
Kali ini ia menjawab dengan menganggukkan kepalanya, hingga membuatku bingung, tak mengerti tentang dirinya yang terus berubah.
"Apakah aku telah berbuat salah Rona?"
Lagi-lagi ia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaanku.
"Rona, bukankah aku majikanmu? Bisakah menjawabku dengan benar?"
Ujarku yang terpaksa mengatakan hal itu, karena aku tak mau adanya salah paham diantara kami, aku tak ingin tindakanku sebelumnya menyinggungnya.
"Maafkan saya Tuan, saya tak bermaksud melawan anda, hanya saja saya berpikir, saya telah melewati batas saat berada didesa itu, meski saya telah membantu anda membuat obat untuk anak-anak disana, namun tak sepantasnya saya memeluk anda."
Meski jawaban yang lontarkan Rona benar, namun aku tak masalah dengan hal itu, karena sekarang ia adalah orangku yang berharga, dan lagi ia tak melakukan sesuatu yang menyakiti hatiku.
"Rona, jangan pernah merendahkan dirimu, kau adalah wanita yang kuat dan hebat, aku senang kau adalah pelayanku, kuharap kita bisa menjadi dekat tanpa adanya perasaan bersalah."
Kemudian Rona kembali tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, aku bisa memahami itu, apalagi Rona adalah gadis yang masih muda, wajar jika ia memiliki pikiran yang berubah-ubah.
***
Kami terus menelusuri hutan rindang itu, untungnya tak ada binatang buas yang melintas ataupun gangguan lainnya seperti perompak, hingga tepat dihari kesembilan sebelum acara perjamuan keluarga count, aku dan Rona tiba dikastil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cedric Eleanor Rothesay
Historical FictionBagaimana Duke menghadapi perasaannya? Apakah akhirnya ia terpaksa menikah dengan lady yang dibencinya? atau putri mahkota yang ingin dilindunginya? Sementara itu, hanya seorang pelayanlah mengerti akan dirinya.